Penjual Bunga di Jalanan Kota Bangkok

IMBALONAMAKU-Wordpress.com

Aku bertanya, “adakah kau juga menjual doa?”

Kau tidak menjawab, kecuali seuntai senyum.
Aku tidak mengerti. Tapi kuartikan saja itu sebagai
sebuah peringatan: perjalanan tidak selalu
harus dimulaikan dari sebuah pagi, bukan?

Lalu wangi itu membisik.
Aroma gerimis.
Jatuhan rintik.
Sebaris.

Aku tidak perlu membayar, untuk silir angin dan aroma mawar.

Tiba-tiba, seperti kumengerti kenapa tadi senyummu mekar.

April 2005

(sumber)