Hijrah  

Sarah Price, Jurnalis Australia yang Jadi Mualaf Usai Mewawancarai Tokoh Muslim

Sarah Price, Jurnalis Australia yang Jadi Mualaf Usai Mewawancarai Tokoh Muslim
hops.id

Seruni.id – Pengalaman spiritual setiap orang dalam meyakini kepercayaannya tidak semudah apa yang orang lain lihat. Lika-liku perjalanan untuk sampai pada keyakinan yang sesungguhnya, tentu membutuhkan perjuangan panjang. Seperti yang dialami oleh jurnalis Australia, Sarah Price. Di mana, dirinya menjadi mualaf usai mewawancarai seorang tokoh muslim dan terpukau akan suara adzan. Bagaimana kisahnya?

Sebagai pekerja media, Sarah, tentunya sering sekali mendengar istilah islamis, jihadis. Bahkan, mengenai larangan mengemudi bagi perempuan di Arab Saudi dan burqa. Sebelum dirinya menjadi mualaf, ia sadar betul betapa islam kerap terpojokan. Apalagi, setelah banyaknya konotasi negatif yang disalahkan di media massa.

Beberapa orang yang menjumpainya, sering dibuat bingung ketika mengetahui dari mana jurnalis ini berasal. Sebab, Australia dan Muslimah bukanlah kombinasi yang terpikirkan bagi sebagian orang.

 

Proses Hijrah yang Tak Mudah

Jurnalis Australia ini mengaku, proses hijrahnya tidak mudah. Jatuh, bangun, ditolak, diselidiki, hingga dipecat dari pekerjaannya menjadi risiko yang harus ia terima. Belum lagi, teman-teman dan keluarga yang tidak bisa menerima perubahan Sarah saat itu.

Apakah ujian saat berhijrah hanya sampai di sana saja? Tentu tidak. Sarah, menuai banyak komentar. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa menjadi seoarang mualaf hanya ia lakukan demi seorang laki-laki.

Sebelum menjadi mualaf, Sarah adalah pemeluk Kristen yang cukup taat. Pengalamannya sebagai seorang Krtistiani, merupakan titik tolak perjalanan keimanannya.

Namun, Negeri Jiran berhasil membuka matanya tentang Islam. Hal ini bermula ketika ia berangkat ke Malaysia unutk pertukaran mahasiswa. Layaknya seorang bayi yang baru lahir, ia sama sekali tidak mengetahui apa pun tentang Islam.

Bahkan, jurnalis Australia ini juga mengagku, bahwa sebelumnya dirinya belum pernah bertemu denagn seorang Muslim. Dalam benaknya, ia hanya mengetahui, bahwa Muslim begitu jauh dari peradaban.

Malaysia, berhasil mengubah pandangannya. Di sana, Sarah bertemu banyak perempuan Muslimah berpendidikan yang tampak mencintai Islam. Berawal dari sana, ia mulai tertarik untuk menggali lebih dalam soal agama Islam.

 

Hatinya Menjadi Tenang Ketika Mendengar Adzan

Saat kali pertama menginjakan kaki di sebuah masjid Malaysia, hatinya menjadi tenang dan damai. Suara adzan yang begitu merdu, juga mampu menyentuh relung jiwanya. Apalagi, ketika pertama kali menundukkan kepalanya ke arah ka’bah, ia seperti menemukan rumah di dalam hatinya.

Meski Malaysia membuatnya jatuh cinta dengan Islam. Namun, ia tak lantas menjadi mualaf. Sarah baru memutuskan untuk bersyahadat setahun kemudian, itu pun dilakukannya bukan di Malaysia.

Ketika dirinya kembali ke tanah kelahirannya, ia merasakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Hingga akhirnya, Sarah mulai meneliti konsep-konsep kunci dalam agama Kristen dan berbagai kontradiksi dalam Alkitab.

Meski ia sudah memperoleh jawaban, tapi Sarah belum juga bersyahadat. Ia masih mencoba untuk meyakinkan diri. Sebab, berpindah keyakinan bukan keputusan yang mudah.

Ada satu momen yang membuatnya benar-benar yakin untuk memeluk Islam. Di mana, jurnalis Australia ini berkesempatan untuk mewawancarai seorang tokoh Muslim, yakni Marina Mahathir, yang juga putri mantan perdana menteri Malaysia kala itu, Tun Mahathir Mohamad.

Marina adalah salah satu tokoh Muslim berprestasi. Pada 2010 lalu, ia berhasil menyabet gelar UN Person of the Year dan tokoh SIS (Sister in Islam), menjadi penulis sekaligus pendukung hak-hak perempuan.

Pertemuan tersebut, lantas menodorng dirinya lebih dalam pada ketertarikannya dengan Islam. Terlebih, ketika ia melihat sikap Marina yang begitu tenang, tapi tegas, membuatnya semakin terkesan.Wawancaranya berjalan dengan mulus dan Marina menjawab begitu banyak pertanyaan yang Sarah simpan sejak tiba di Malaysia sebelumnya.

Baca Juga: Mengenal Islam dari TikTok, Bule Kanada Pilih Jadi Mualaf

Sarah merasa mendapat pengalaman baru yang jauh lebih besar dari apa yang pernah ia pikirkan. Sehingga hal itu membuat dirinya semakin yakin kepada Islam. Sarah menyadari bahwa jalan menuju kebenaran tidaklah mudah. Namun, Islam telah berhasil membuat Sarah merasa damai dan bahagia.