Seruni.id – Ayah, Bunda, apakah sudah tahu, bahwa rencananya sekolah tatap muka akan dimulai pada Juli 2021? Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) usai meninjau vaksinasi guru di SMAN 70 Jakarta Selatan, Rabu (24/2/2021).
Rencana Sekolah Tatap Muka
Target tersebut dipatok setelah vaksinasi Covid-19 bagi tenaga pendidik selesai pada Juni 2021. Pemerintah beraharap, seusai vaksinasi, sekolah dapat kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat baik bagi guru maupun murid.
Mungkin kabar ini membuat sebagian orangtua senang. Karena tak lagi kesulitan untuk mendampingi anak-anaknya belajar, apalagi banyak pelajaran yang tidak dimengerti. Bukan hanya orangtua, anak pun akan bahagia ketika mendengar kabar tersebut.
Dampak Belajar Tanpa Tatap Muka
Terlalu lama belajar tanpa tatap muka, bukan hanya membuat anak bosan saja. Tapi juga ada sejumlah dampak yang bisa terjadi, di antaranya:
1. Kesenjangan Capaian Belajar
Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh bisa mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama anak dari sosial ekonomi berbeda.
2. Risiko Learning Loss
Belajar jarak jauh terlalu lama juga berisiko terhadap pembelajaran jangka panjang, baik kognitif maupun perkembangan karakter anak.
3. Anak Mudah Stress
Mengapa anak menjadi mudah stress ketika belajar tanpa tatap muka? Hal ini bisa terjadi karena minimnya interaksi dengan guru, teman, dan lingkungan luar. Ditambah lagi tekanan akibat sulit mengikuti pembelajaran jarak jauh.
4. Kekerasan Tak Terdedetiksi
Tanpa belajar tatap muka secara langsung di sekolah, banyak anak terjebak dalam kekerasan rumah tangga. Hal inilah yang tidak terdeteksi oleh guru.
5. Ancaman Putus Sekolah
Risiko putus sekolah akibat anak terpaksa bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Seperti yang kita tahu, kondisi ekonomi keluarga sangat terdampak selama krisis pandemi Corona.
Risiko Sekolah Tatap Muka
Di sisi lain, sekolah online memang memiliki dampak yang mengkhawatirkan. Namun, bukan berarti Ayah dan Bunda bisa langsung setuju dengan sekolah tatap muka. Apalagi, di tengah angka kasus positif Covid-19 di Indonesia masih tinggi.
Melansir dari laman Republika, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menilai bahwa kegiatan belajar mengajar secara tatap muka memiliki risiko yang cukup tinggi. Meskipun belajar jarak jauh tidaklah mudah dengan sejumlah kendala yang menyertainya, tapi IDAI melihat hal tersebut masih lebih baik.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Umum IDAI, Aman B Pulungan.
“Anak yang tidak bergejala atau bergejala ringan dapat menjadi sumber penularan kepada orang di sekotarnya. Bukti-bukti menunjukkan bahwa anak juga dapat mengalami gejala Covid-19 yang berat,” katanya dalam keterangan tertulis pada Rabu (2/12/2020) lalu.
Data menunjukkan proporsi kematian anak akibat Covid-19 masih tinggi. Per 29 November 2020, tercatat sebesar 3,2 persen dari total kasus kematian di Indonesia tergolong berusia anak, dan merupakan yang tertinggi di Asia Pasifik saat ini.
Selain itu, Aman juga mengatakan, meningkatnya jumlah kasus yang cukup signifikan tersebut terjadi pasca pembukaan sekolah tatap muka. Bukan hanya di Indonesia saja, hal serupa juga terjadi di beberapa negara maju, seperti Korea Selatan, Prancis, Amerika, Israel.
Baca Juga: 6 Penyebab Anak Malas Belajar Secara Online di Rumah
Jadi, itulah sejumlah dampak dari sekolah online maupun sekolah tatap muka. Semoga para orangtua bisa mempertimbangkan matang-matang sebelum memberi persetujuan pembelajaran tatap muka pada anaknya. Namun, bagaimana menurut Ayah dan Bunda, siapkah si kecil kembali ke sekolah?