Seruni.id – Jika berbicara tentang kasih sayang orangtua, kita tentu akan teringat akan kasih sayang seorang ibu, daripada kasih sayang seorang ayah. Sebab, kasih sayang ibu tidak ada tandingannya. Namun jika mengetahui kisah Sader Issa, kita akan sadar bahwa kasih sayang ayah juga tak kalah luar biasa.
Dibesarkan Oleh Ayah yang Hebat
Ia adalah seorang mahasiswa jurusan dokter gigi di Universitas Hama Suriah yang dibesarkan oleh seorang ayah yang hebat. Sebab, di tengah kondisinya yang mengidahp down syndrome, ia mampu membesarkan putranya hingga kini tengah menempuh pendidikan tinggi.
Dilansir dari liputan6, Jad yang merupakan ayah Sader itu memiliki tiga salinan kromoson 21. Namun, ia tetap bekerja di sebuah pabrik gandum. Semua orang mengenal kebaikannya, meskipun hidup dalam keterbatasan, ia tidak pernah meminta imbalan atas apa yang dilakukannya. Meski menderita down syndrome, kasih sayang untuk anaknya tak pernah putus.
Sader pun tak merasa malu dengan kondisi sang ayah, justru dia mengaku bangga karena lelaki tersebut selalu memberinya dukungan.
“Saya bangga dengan ayah saya. Beliau memberi saya dukungan terbesar,” kata Sader.
“Saya yakin, ketika matanya mengekspresikan kegembiraan dan kepuasan pasti dalam hatinya mengatakan bahwa dirinya adalah penderita down syndrome yang mampu mengantar anak lelakinya menjadi seorang dokter,” tambahnya.
Orangtua yang terkena down syndrome membuat adanya kemungkinan 35 hingga 50 persen anak mereka mewarisi kondisi tersebut. Namun beruntungnya, Sader tidak mengalami cacat fisik pun mental.
Kisah ini patut dijadikan sebagai inspirasi. Keluarga mereka berharap kepada penderita doen syndrome bahwa kemungkinan memiliki anak dengan kondisi berbeda itu sangat mungkin. Kebanyakan orang yang mengidap down syndrome akan cukup sering mengalami keguguran.
Kemungkinan lain yang akan terjadi seperti misalnya jika bayi yang dikandung perempuan mengidap down syndrome lahir secara premature atau membutuhkan operasai Caesar. Oleh karena itu, kebanyakan pengidap down syndrome memilih tidak memiliki anak atau tidak aktif secara seksual.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
“Ayah, Ajari Aku Mencintai Alquran”
[/su_box]
Tapi, ibu dari Sader sangat mensyukuri kondisi keluarganya, bahkan ia sangat mencintai Jad dalam kondisi seperti itu. “Mereka menikah karena intelektual mereka cocok satu sama lain dan mereka orang yang sangat sederhana dan peduli orang lain,” kata Sader.