Siswi SMA di Surabaya Sukses Kembangkan Sampah Menjadi Belasan UKM

Kembangkan Sampah Menjadi Belasan UKM
Kembangkan Sampah Menjadi Belasan UKM

Seruni.id – Mutiara Alisya Bilqis, remaja kelas 2 SMA Negeri 7 Surabaya ini sukses kembangkan sampah menjadi belasan UKM (Usaha Kecil Menengah). Mutiara menjadi penggiat karang taruna di Kampung Genteng Candirejo itu menjadi penggerak selekilingnya agar lebih peduli dengan sampah.

Kembangkan Sampah Menjadi Belasan UKM
Kembangkan Sampah Menjadi Belasan UKM

Merintis Pinjaman untuk Ibu Rumah Tangga

Sejak empat tahun lalu, ia mulai merintis layanan pinjaman bagi para ibu tumah tangga. Syaratnya, mereka harus menggunakan uang itu untuk usaha produktif. Besaran pinjaman yang ia berikan relatif kecil, mulai dari Rp. 200 hingga Rp. 500 ribu. Pinjaman yang diterima dibayar dengan menggunakan sampah organik yang nantinya bisa dijual kembali.

Peminjam pertama bergerak dalam usaha pengelolahan belimbing wuluh. Jenis sayuran itu diolah menjadi berbagai macam prodok. Mulai dari jus, manisan, hingga diolah menjadi saus. Dari satu pengusaha, Kampung Candirejo kini telah memiliki 15 pengusaha dengan produk yang bernaka ragam.

Modal yang ia pinjamkan kepada para ibu-ibu itu merupakan dana yang mengendap di Bank Sampah. Di sisi lain, ia mengetahui tentang Siola, sentra pemasaran produk UKM di Surabya yang bisa dimanfaatkan untuk menjual produk ibu-ibu rumah tangga.

Ia pun melihat ada potensi untuk mengembangkan usaha tersebut menjadi lebih besaar lagi. Buktinya, produk makanan dan minuman dari kampungnya kerap menjadi pengisi goodie bag yang akan diberikan klien pada tamunya.

“Penghasilan ibu-ibu yang pinjam ke bank sampah itu sekrang Rp. 2 jutaan,” kata dia seperti yang dilansir di liputan6.

Ia mengaku terinspirasi memberdayakan masyarakat sekitar sambil mengadvokasi warga soal peduli sampah dari orangtuanya. Kebetulan sang ayah kerap menjadi pembicara bahkan juri di berbagai perlombaan terkait masalah lingkungan.

Ayahnya pula lah yang mendorong dirinya untuk terjun di karang taruna. “Ibu saya selalu bilang kerja seperti ini harus sabar karena enggak dibayar sementara yang dihadapi orangnya bermacam-macam,” jelasnya.

Dalam mengelola pinjaman modal tersebut, tak selalu berjalan mulus. Bahkan, ia pernah mengalami kejadian tak mengenakan, ia mengaku sempat sakit hati atas omongan pedas tetangga. “Tapi, ya, saya maju terus saja,” ucapnya.

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Temukan Obat Kanker Payudara, 2 Pelajar SMA Kalteng Raih Medali Emas
[/su_box]

Setelah usahanya kini relatif maju, ia pun mulai berkonsentrasi untuk mengejar target baru. Ia ingin sekolahnya juga memiliki bank sampah dan lebih peduli lagi dengan lingkungan.

“Aku SD, SMP sekolah di sekolah adiwiyata. Biasa pakai tumbler, lingkungannya terjaga. Nah di sekolah yang ini, enggak. Botol-botol plastik dijual bebas, enggak ada bank sampah juga. Jadi sekarang sedang cari cara supaya bisa (ada bank sampah),” tuturnya.