Seruni – Prilly Latuconsina menduga, media sosial, narasi infotainment, berikut persepsi netizen membentuk opini buruk terhadapnya soal pasangan. Sementara Prilly tipikal yang senang menjalin pertemanan dengan siapa pun.
Jadi, kalau salah satu dari mereka mengajak jalan-jalan dan ndilalah Prilly sedang senggang, ia bersedia. Yang terjadi kemudian, Prilly tertangkap kamera jalan dengan Si A. Lalu, muncul gosip pacaran. Tertangkap kamera lagi jalan dengan si B, muncul gosip lagi.
“(Perputaran gosip) itu membuat mental saya drop. Jujur, itu membuat saya hampir tiap hari menangis. Saya tidak nafsu makan. Berat badan terus menurun. Lalu sampailah saya pada satu titik dimana saya berpikir: Aduh! Salah banget nih saya meninggalkan sekolah demi dunia (seni) yang menyiksa diri saya sendiri,” Prilly blakblakan.
Persis ketika mental aktris kelahiran 15 Oktober itu terpuruk dan membulatkan tekat untuk menemui psikiater, Rizal mendekat. Ia tahu, kondisi kejiwaan putrinya tengah terguncang. Dengan sabar, Rizal menasihati Prilly. Inilah momen titik balik buat Prilly.
“Nak, kalau Papa bisa menukar hidup, Papa ingin hidup seperti kamu. Karena kamu diam saja mendapat pahala,” demikian Rizal memulai obrolan, pada hari itu.
“Maksud papa, apa?” sahut Prilly, pertanda belum mengerti.
“Nak, kamu bersedih karena tidak tahu hakikatnya. Kamu dirundung oleh banyak orang. Itu, orang-orang yang merundungmu, sebenarnya sedang mentransfer pahala kepadamu. Kamu duduk diam saja sudah dapat pahala. Jadi seharusnya kamu bersyukur. Kamu dirundung banyak orang itu adalah cara Tuhan memberimu pahala.” Mendengar petuah papa, Prilly tak mampu memberi jawab.
“Nak, kamu mungkin belum menjadi seorang muslim yang baik. Kamu belum sepenuhnya menutup aurat. Masih sering membuat dosa. Mungkin ini cara Allah untuk menutupi dosa-dosamu, dengan mengizinkan orang merundungmu. Harusnya kamu bersyukur. Andainya papa bisa bertukar posisi, lebih baik papa yang menggantikan posisimu agar beroleh pahala sepertimu.”
Mendengar perkataan itu, Prilly tidak bisa lagi menahan hati. Tidak ada lagi kata yang bisa dipilih untuk membantah atau sekadar memberi tanggapan. Ia menangis sejadi-jadinya. Kata-kata itu sampai sekarang terngiang di telinga Prilly. Membekas di benaknya. [wr]