Berita  

Depresi Mengintai Bocah di Cirebon, Diduga Akibat HP Dijual Orang Tua

Depresi Mengintai Bocah di Cirebon, Diduga Akibat HP Dijual Orang Tua
detik.com

Seruni.id – Seorang bocah berusia 13 tahun warga Bedeng, Kelurahan Pakiringan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, berinisial A mengalami depresi setelah handphone miliknya dijual oleh orang tuanya.

Menurut Siti Anita (48) yang tak lain adalah ibu dari bocah tersebut mengatakan, sang anak mengalami depresi usai HP miliknya dijual demi menutupi kebutuhan sehari-hari. Hal itu terpaksa ia lakukan, lantaran pada saat itu sang suami tidak memberikan nafkah selama delapan bulan saat bekerja di luar kota.

“Awalnya sih setelah HP punya anak itu saya jual buat kebutuhan sehari-hari. Waktu itu kan suami nggak ngirim uang delapan bulan waktu kerja di luar kota,” ungkapnya.

Sejak kejadian itu, A lebih sering melamun dan kondisi emosinya sudah tidak terkontrol. Di mana A menjadi sering mengamuk dan melempar barang.

“Setelah itu A emosinya nggak kekontrol sering ngamuk-ngamuk lemparin barang,” ujarnya.

Prihatin melihat kondisi anak yang kerap emosi, Siti pun berupaya membantu sang anak dengan berbagai cara. Ia berinisiatif membawa sang anak untuk diruqiyah, namun sayangnya tak kunjung mendapatkan hasil positif.

Setelah itu, ia membawa A untuk berobat secara medis. Saat itu, A dinyatakan mengalami depresi. Meski sudah berbagai cara diupayakan oleh orang tuanya, hingga kini kondisi A tak kunjung membaik, karena terbentur masalah ekonomi untuk membawa A berobat secara rutin.

“Karena kondisi ekonomi saya kurang mampu dan memang butuh biaya yang nggak sedikit, meskipun punya BPJS hanya terhalang untuk akomodasi dan membutuhkan bantuan orang untuk mengantar karena anak suka ngamuk saat di ajak berobat,” bebernya.

Gejala tersebut muncul ketika A duduk di kelas enam sekolah dasar, tepatnya setahun yang lalu. Saat itu, A mudah sekali marah bahkan pernah mengamuk di kelas. Karena kondisi tersebut, Siti memutuskan untuk A berhenti sekolah.

“Gejalanya muncul pas A kelas enam SD. Jadi, waktu itu di kelas suka gebrak meja dan buat teman-temannya takut. Jadi, saya putuskan A berhenti sekolah sampai sekarang,” tuturnya.

“A juga sempat hilang dan ditemui di Kuningan setelah saya share di Facebook,” ujar Siti.

Siti berharap, kondisi anaknya dapat segera normal kembali dan bisa kembali menempuh pendidikan setelah satu tahun berhenti sekolah.

“Harapan ingin anak kembali normal dan bisa sekolah lagi,” ucap Siti.

Kasus ini mendapatkan banyak perhatian dari berbagai pihak, salah satunya oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Siti Maria. Menurutnya kasus tersebut perlu mendapatkan penanganan khusus.

“Ini adalah kasus yang perlu mendapatkan penanganan serius, kami akan bantu kawal untuk pemulihan,” katanya usai meninjau langsung kondisi A.

Ia memastikan kondisi A masih bisa diobati dengan syarat berobat secara teratur. Pihaknya juga masih mencari faktor penyebab anak berusia 13 tahun itu mengalami gangguan kesehatan mental.

“Bisa kok masih bisa normal lagi dengan syarat berobat secara rutin, kita juga masih cari penyebab pasti supaya bisa dapatkan penanganan yang pas buat A,” jelasnya.

Dalam waktu dekat pihaknya juga akan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan agar bisa memberikan pendampingan untuk pemulihan kondisi A. “Kalau melihat dari gejala secara sekilas memang ada rasa ketakutan dengan orang banyak. Untuk pastinya kita akan observasi dulu,” ujar Siti Maria.

Hal yang Dapat Membantu Anak yang Mengalami Depresi

Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya memperhatikan kesehatan mental anak. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak yang mengalami depresi:

  • Membuka komunikasi yang baik dengan anak.
  • Memahami kondisi dan kebutuhan anak.
  • Mengajari anak tentang cara mengatasi stres dan depresi.
  • Membawa anak ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan bantuan profesional.
  • Menciptakan lingkungan yang aman dan supportive bagi anak.

Baca Juga: Apa yang Harus Kita Lakukan Ketika Orang Terdekat Mengalami Trauma?

Mari kita bersama-sama membantu A dan anak-anak lainnya yang mengalami depresi agar mereka dapat kembali hidup dengan normal.