Seruni.id – Bertambah satu lagi putra Indonesia yang berhasil mengharumkan Tanah Air. Dia adalah Zahran Auzan, hafiz cilik asal Langkat, Sumatera Utara. Bocah 13 tahun itu, berhasil meraih juara dalam ajang Musabaqah Hafalan Al-Qur’an (MHQ) Internasional Tahun 2022 di Arab Saudi.
Berhasil Meraih Juara Dua
Tentu ini menjadi kabar yang membanggakan. Bukan hanya bagi keluarga Auzan, tapi juga untuk masyarakat Indonesia. Hafiz cilik ini, mengikuti musabaqah bertajuk King Abdul Aziz International Holy Qur’an Contest pada pertengah September 2022 lalu. Pada kontes yang diikuti oleh peserta dari 50 negara itu, ia berhasil meraih juara 2.
Keberhasilan Auzan, pastinya tak lepas dari campur tangan Allah SWT serta peran kedua orangtuanya. Sang ayah, Ismuddin (43), yang berprofesi sebagai penjahit, tak kenal lelah membimbing putranya agar menjadi penghafal Al-Qur’an.
Rupanya, Auzan telah menghafal ayat suci Al-Qur’an sejak masih berusia empat tahun. Tentunya dengan bimbingan sang ayah. Barulah setelah berusia sembilan tahun Auzan sudah bisa menghafal sendiri.
Sang ayah seolah tak ingin menghabiskan waktu hanya untuk menjahit, sehingga ia tak segan untuk menyisihkan waktunya demi memantau buah hatinya itu. Sebab, menurutnya, anak adalah hal yang paling penting.
“Setelah usia sembilan tahun, dia bisa menghafal sendiri. Paling bertanya Abi, nanti waqaf di mana. Saya bekerja di rumah jadi bisa memantau, menjahit hanya 3-4 jam, cukup untuk menyambung hidup untuk besok, karena yang terpenting untuk anak, yang paling penting kebutuhan pokok ada,” kata Ismuddin.
Tak Menemukan Kesulitan Saat Membimbing Sang Anak
Ismuddin mengaku, selama membimbing anaknya, ia tak menemukan kesulitan yang berarti. Hanya saja, ketika Auzan mulai lelah, maka dia akan berhenti untuk belajar, lalu memenuhi keinginan anaknya itu. Biasanya, untuk mengembalikan mood anaknya, Ismuddin akan mengajak Auzan berjalan-jalan dengan menggunakan sepeda motor.
Sejak usia sembilan tahun, Auzan memulai sekolah dari rumah. Dari sanalah, ia kemudian mulai menambah hafalan Al-Qur’annya sebanyak satu halaman per harinya. Auzan rupanya juga punya jadwal tersendiri untuk menghafal, loh.
“Dia mulai menghafal dari pukul 09.00 sampai zuhur selesaikan satu halaman, atau kalau bisa dihafal satu atau dua jam setelah itu dia bebas bisa ngapain saja. Setelah itu, dia makan, tidur, menjelang Ashar murajaah, setelah maghrib dia bisa murajaah lagi hafalan yang tadi sampai isa, mau tidur murajaah lagi,” kata Ismuddin.
Hari-harinya memang dihabiskan untuk menghafal Al-Qur’an, sehingga ia jarang sekali menonton televisi. Dalam sepekan saja, biasanya dia hanya dua kali menonton televisi. Di samping itu, dalam mengikuti perlombaan MHQ di Arab Saudi, Ismuddin mengatakan, Auzan memiliki waktu tiga bulan untuk persiapan. Dia mengungkapkan, LPTQ Sumut memintanya untuk bersiap-siap untuk mengikuti MHQ di Arab Saudi.
“Kami persiapkan diri, maksimal saja, untuk juara gak mikir, yang penting tampil maksimal. Baca Al-Qur’an karena Allah, malaikat mendengarkan, manusia yang menilai tidak usah dipikirkan. Walaupun ada banyak tantangan dia bisa maksimal, ada grogi tapi tertutupi,” ucap Ismuddin.
Bersaing dengan Orang-orang Dewasa
Meraih juara 2 dalam ajang tersebut, menjadi kebanggaan bagi sang ayah. Apalagi, kala itu, Auzan menjadi salah satu hafiz cilik yang harus bersaing dengan orang-orang yang usianya lebih dewasa.
“Mendengar juara dua tidak menyangka, gembira, kalau Allah berkehendak, walaupun bersaing dengan abang-abang usia hampir 25 tahun, nggak ada yang nggak mungkin. Banyak doa restu dan dari Allah, senang, gembira, terharu, Allah berkehendak kepada kita nggak menyangka. Ini juga bisa jadi ujian kalau sombong, lengah pada pujian, sanjungan bisa membahayakan. Jaga pesan itu Auzan untuk tetap istiqamah, ini bisa jadi istidraj,” lanjutnya.
Sang bunda, Aminatun Zahirah (42), berhenti mengajar semenjak kelahiran Auzan pada 2009 silam. Ia ingin fokus merawat dan mendidik Auzan. Meskipun mereka harus hidup sederhana karena hanya mengandalkan penghasilan suaminya sebagai seorang penjahit. Tapi, semua itu mereka jalani dengan hati lapang.
“Menghafal Al-Qur’an saya mulai dari empat tahun dari orang tua langsung. Usia sembilan tahun sudah hafal enam juz, dibimbing sama orang tua sendiri. Kemudian sembilan tahun tidak lagi sekolah, full di rumah selama 1,5 tahun bisa hafal 24 juz. Jadi hafal 30 juz umur 10,5 tahun,” kata Auzan.
Menjadi juara di ajang internasional, tidak membuatnya cepat puas. Pasalnya, ke depan ia akan terus belajar agar dapat mengikuti perlombaan lainnya seperti musabaqah tafsir Al-Qur’an. Menurut sang ayah, membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun untuk mempelajarinya.
Mendapatkan Banyak Apresiasi
Atas prestasi yang berhasil diraih oleh hafiz cilik ini, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, mengaku bersyukur.
“Alhamdulillah, tentu kita bersyukur dan berbahagia atas prestasi tersebut,” kata Kamaruddin.
Kamaruddin mengatakan, Kementerian agama dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) terus mengawal dan melakukan pembinaan terhadap hafiz hafizah Indonesia.
“Di samping Kemenag melaksanakan MTQ tingkat nasional juga mengirim hafiz hadizah Indonesia dalam kancah kompetisi Internasional seperti ke Arab Saudi, Iran, Turki, Kuwait bahkan ke Amerika Serikat,” ucap Kamaruddin.
Di samping itu, sebelumnya Kasubdit Lembaga Pengembangan Tilawah dan Musabaqah Alquran dan Al-Hadits Kementerian Agama, Rijal Ahmad Rangkuty mengaku bangga dengan Zahran yang berusia 13 tahun mampu sejajar dengan delegasi dari negara lain. Zahran menyisihkan peserta yang berasal lebih dari 50 negara. Semoga menjadi motivasi bagi semua untuk terus belajar dan tidak lelah berikhtiar.
“Ini merupakan berita gembira untuk masyarakat Indonesia sekaligus penanda bahwa generasi kita mampu bersaing di kancah internasional,” kata Rijal.
Rijal mengatakan, bimbingan dan pembinaan yang diberikan orang tua Auzan dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Provinsi Sumatra Utara bisa diteladani daerah lain. Menurut dia, capaian Auzan menjadi bukti pentingnya pendidikan sejak dini.
“Ini inspirasi untuk anak-anak dan orang tua seluruh Indonesia. Ini salah satu keberhasilan pembinaan dan pendidikan sejak dini yang diberikan orang tua dan LPTQ Sumatra Utara,” kata Rijal.
Rijal berharap, capaian Zahran terus berlanjut, tidak hanya dari Sumatera Utara. Rijal berharap lahirnya hafiz, qari, mufassir, dan muhaddits kelas internasional dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga: Ahmad, Penghafal Qur’an yang Ingin Hadiahkan Mahkota untuk Orangtuanya di Surga
Pada cabang 30 juz MHQ Internasional di Arab Saudi, juara satu diraih Achmad Achiri asal Maroko. Sedangkan juara tiga diraih Abdoulie Njie asal Gambia. Juara satu berhak mendapatkan uang pembinaan 200 ribu riyal, juara dua mendapatkan 185 ribu riyal, dan juara tiga mendapatkan 170 ribu riyal.