Seruni – Dalam beberapa waktu terakhir ini, perbedaan keyakinan antara yang satu dan lainnya sering menimbulkan kontroversi besar-besaran. Ikut prihatin dengan hal itu, artis cantik Shandy Aulia mencoba untuk mendamaikan publik dengan caranya sendiri.
Ya, melalui sebuah postingan di akun Instagram-nya belum lama ini, istri dari David Herbowo itu mengunggah sebuah postingan yang menyentuh dan inspiratif. Ia menceritakan tentang kisah kedekatannya bersama ketiga kakaknya yang beragama Islam.
“Mengasihi di tengah perbedaan adalah sebuah keputusan. Tidak perlu menunggu segalanya sejalan untuk dapat saling mengasihi” Shandy Aulia
Dan sebuah fakta baru pun terkuak jika ternyata kedua orangtua Shandy dulunya berpisah karena perbedaan keyakinan. Namun karena hal itu pula bintang film EIFFEL IM IN LOVE ini akhirnya jadi lebih toleransi terhadap segala perbedaan.
“Ketika kami masih kecil, kami sudah dihadapkan dengan begitu banyak pilihan hidup. Dibesarkan dengan orangtua yang sudah berpisah sejak kami kecil dengan perbedaan iman kedua orangtua, memberikan saya dan ketiga kakak saya sangat berwarna dalam menyikapi hidup dan perbedaan. Ya… perbedaan,” tulis Shandy di caption foto postingannya.
Dan pada postingannya, Shandy menunjukkan foto-foto kebersamaan antara dirinya dan ketiga kakaknya yang muslim. Karena perpisahan kedua orangtuanya, mereka pun harus hidup secara terpisah. Meskipun begitu, hingga saat ini Shandy dan kakaknya masih sangat akrab satu sama lain.
“Sedari kecil saya memilih beriman kepada Tuhan Yesus kristus sebagai Tuhan dan juru selamat saya hingga saat ini. Sedangkan ketiga kakak saya seorang muslim. Kehidupan kami sungguh berwarna. Berwarna dengan saling menghargai, saling mengisi, saling berbagi, saling memahami, saling mengasihi di dalam perbedaan hingga saat ini,” sambungnya.
Harus diakui jika beberapa orang masih sangat skeptis untuk bisa menerima orang lain yang memiliki keyakinan berbeda. Dan menurut Shandy, berbagi kasih pada sesama manusia, tak peduli siapa mereka, adalah sebuah anugerah yang dititipkan oleh Tuhan.
“Bagi saya, mengasihi sesama kita manusia yang searah pandangan dengan kita adalah hal yang biasa dan lebih mudah. Tetapi bagaimana bila kita tetap mengasihi tanpa syarat di dalam pandangan yang berbeda? Bagi saya itu sesuatu anugerah yang Tuhan berikan. Mengasihi di tengah perbedaan adalah sebuah keputusan. Tidak perlu menunggu segalanya sejalan untuk dapat saling mengasihi,” lanjut wanita berusia 30 tahun itu.
Banyak yang berpendapat bahwa kita harus sering-sering beribadah, berdoa atau menyebut nama Tuhan untuk jadi orang yang mulia di mata Tuhan. Namun Shandy memiliki pandangan lain mengenai hal itu.
“Setiap kita yang mengaku beriman kepada Tuhan bukan dilihat dan diukur dari seberapa sering kita berdoa dan beribadah, seberapa baiknya penampilan luar kita atau bahkan seberapa sering kita berbicara dan menyebut nama Tuhan. Karena bila diukur dengan dengan cara cara tersebut, hanya kulit luarlah yang tampak indah, tapi bagaimana dengan dalamnya? Saya percaya Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya adalah Tuhan yang melihat hati dan perbuatan nyata kita terhadap sesama manusia. Karena Tuhan adalah kasih. Tuhan tidak melihat kulit luar kita karena kulit luar adalah semu dan penuh dengan kemunafikkan. Tetapi Tuhan melihat perbuatan dan tindakan kita di dalam hidup. Saat perbedaan itu ada, bagaimana sikap kita? Bagaimana ucapan kita? Masih bisakah kita tetap saling mengasihi? Masih bisakah kita tetap saling mengisi? Bila karena kesamaan kita baru dapat saling mengasihi, lalu mengapa Tuhan izinkan perbedaan itu ada? Karena Tuhan ingin kasihlah yang dapat memampukan kita untuk tetap dapat saling mengasihi. Saya terlalu percaya kasih yang datangnya dari Tuhan dapat mengalahkan segala segala sesuatu yang jahat.”