Seruni.id – Pasti tahu kan jika Indonesia merupakan negara tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa? Nah, warga Indonesia saat ini tengah bersiap menyambut hari tanpa bayangan yang akan jatuh pada 21 Maret 2018 mendatang. Nantinya matahari akan berada tepat di atas garis ekuator atau khatulistiwa.
Hari tanpa bayangan merupakan saat matahari akan mencapai titik puncak atau kulminasi sekitar pukul 11.30 hingga 12.30 WIB, yang menyebabkan tidak adanya bayangan untuk beberapa saat. Pontianak, Kalimantan Barat adalah ‘tuan rumah’ bagi hari tanpa bayangan.
Tuan rumah bagi hari tanpa bayangan tepatnya berada di Tugu Khatulistiwa. Tugu Khatulistiwa merupakan kawasan yang dilintasi garis khatulistiwa dan tempat yangg menjadi saksi bagi peristiwa alam yang terjadi setiap 21-23 Maret dan 3 September itu.
Tugu Khatulistiwa juga merupakan tempat yang menjadi penanda letak nol derajat garis khatulistiwa ini dibangun oleh tim ekspedisi geografi, yang dipimpin oleh ahli geografi berkebangsaan Belanda. Dibangun pada 1928, kala itu untuk menentukan titik equator hanya mengandalkan ilmu astronomi dengan menggunakan alat sederhana dan benda-benda alam, seperti rasi bintang.
Pada awal didirikannya, bentuk tugu ini juga masih sederhana, hanya tonggak dengan tanda panah di atasnya. Kemudian pada 1930 Tugu Khatulistiwa kembali disempurnakan dengan mengganti tanda panah menjadi lingkaran.
Lalu di tahun 1938, tugu ini kembali diperbaharui dengan bentuk yang lebih baik. Bangunan tugu juga lebih rumit, terdiri dari empat tonggak kayu belian, masing-masing dengan ukuran 0,30 meter. Dilengkapi dengan dua buah tonggak dibagian depan setinggi 3,05 meter dari permukaan tanah. Sedangkan tonggak di bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah petunjuk arah memiliki tinggi 4,40 meter.
Hingga akhirnya pada tahun 1990 Tugu Khatulistiwa direnovasi dan dibuat kubah sebagai cungkup pelindung. Di atas kubah juga terdapat replika tugu yang ukurannya lima kali lebih besar. Dua tonggak bagian depan berukuran 1,5 meter yang memiliki tinggi 15,25 dari permukaan tanah. Dua tonggak di bagian belakang, di tempat lingkaran dan anak panah petunjuk arah memiliki ukuran 1,5 meter dengan ketinggian 22 meter dari permukaan tanah.
Tugu yang memiliki puncak bola serta panah yang terbuat dari besi itu diresmikan tepatnya pada tanggal 21 September 1991. Kini, Tugu Khatulistiwa menjadi ciri khas kota Pontianak, bahkan setiap tahunnya diadakan Festival Kulminasi di tempat tersebut.
Apalagi peristiwa kulminasi yang menjadi incaran ini hanya ada di lima negara, yaitu Indonesia, Equador, Peru, Colombia dan Brazil. Namun, yang benar-benar dilintasi garis khatulistiwa hanya Kota Pontianak.
Selain bisa melihat benda tanpa bayangan, keunikan lainnya adalah telur bisa didirikan secara sempurna. Hal tersebut dikarenakan magnet gravitasi yang cukup kuat di area tugu setinggi 4,4 meter tersebut.
Menarik bukan untuk dinikmati. Belajar lansung dari sumber pertama tentang garis khatulistiwa.