Seruni.id – Pedas, tapi nikmat dan menggugah selera. Itulah sambal. Meskipun termasuk dalam hidangan pelengkap atau pendamping, santapan terasa kurang istimewa tanpa kehadiran sambal. Sambal pun menjadi bagian penting dalam khasanah kuliner Nusantara.
Pedas, tapi Sehat
Secara harfiah, sambal dapat diartikan sebagai saus berbahan dasar cabai yang dihancurkan dan, biasanya, ditambahkan beberapa bahan lainnya, seperti garam, gula, terasi, atau cuka. Sambal telah menjadi kekhasan dari hidangan Indonesia dan Malaysia. Meskipun termasuk warisan kuliner tradisional negeri ini, cabai yang menjadi bahan dasarnya bukanlah tanaman asli Indonesia. Melainkan, berasal dari Benua Amerika.
Konon, di negeri asalnya pada masa lampau, cabai tidak digunakan sebagai bahan pembuat sambal. Tetapi, digunakan sebagai senjata tajam oleh Bangsa Maya di Amerika Tengah. Sedangkan pada era perbudakan di Jamaika, cairan cabai yang pedas digunakan untuk tetes mata sebagai hukuman bagi para budak.
Di dunia ini, terdapat sekitar 7000 jenis cabai atau Capsicum yang dibedakan atas dua kelompok besar, sweet pepper dan chilli pepper. Cabai merah (Capsicum annuum) dan cabai rawit (Capsicum frutescens) termasuk jenis chilli pepper. Sedangkan jenis sweet pepper, misalnya saja paprika.
Beruntunglah mereka yang doyan sambal. Di balik rasa pedasnya yang menggigit lidah, sambal memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh. Hal ini disebabkan berbagai kandungan zat gizi dalam cabai—yang digunakan sebagai bahan dasarnya.
Baca juga: 34 Makanan Tradisional Khas Aceh, Wajib Dicoba
Cabai banyak mengandung Vitamin C, provitamin A (Betakaroten), serta kalsium dan fosfor berkadar tinggi. Selain itu, cabai juga mengandung zat kapsaisin yang menyebabkan rasa pedas cabai. Kapsaisin dapat meningkatkan nafsu makan (stomatik), merangsang produksi hormon endorphin yang mampu membangkitkan kenikmatan, mengencerkan lendir hidung dan tenggorokan, mencegah impotensi, serta melawan berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan diabetes. Kapsaisin juga bersifat antikoagulan, antioksidan, dan antiradang.
Sambal khas Indonesia
Tak selamanya, sambal berasa pedas. Di beberapa daerah Indonesia, masyarakatnya ada yang menyukai sambal dengan rasa manis atau asam. Apa pun rasa yang mereka sukai, umumnya mereka tetap berpegang pada “pakem” sambal. Yaitu, dibuat dengan digiling atau ditumbuk menggunakan cobek batu atau lesung batu, bukan dengan peralatan canggih seperti blender. Selain tidak bisa lumat, penggilingan dengan blender juga menimbulkan aroma langu.
Sebenarnya, ada banyak cara pengolahan sambal. Selain digiling, ada juga sambal iris. Baik giling ataupun iris, sambal bisa disajikan mentah atau matang. Begitu pula dengan cara penyajiannya, seperti disantap bersama lalapan, berbagai jenis masakan, hingga pisang goreng, pun terasa istimewa di lidah. Agar terasa lebih nikmat, sambal ditambahkan bahan-bahan lainnya, seperti terasi, petis, tauco, atau ebi. Semuanya tergantung selera para penikmat sambal.
Dalam khasanah kuliner Indonesia, dikenal beragam jenis sambal yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dengan sejumlah kekhasan citarasa. Sebut saja, Sambal Bajak (Banten), Sambal Balado (Minangkabau), Sambal Pencit (Jawa Tengah), Sambal Kecap Petis (Jawa Timur), dan Sambal Parado (Nusa Tenggara Barat)
Sambal Lingkung (Palembang), yang dibuat dari campuran cabai merah, kelapa parut sangrai, dan daging ikan giling—biasanya, ikan tenggiri atau gabus. Meski disebut sambal, sambal lingkung lebih menyerupai abon ikan. Nikmat disantap bersama ketupat. Sedangkan di Pontianak, Sambal Belacan yang terbuat dari cabai dan udang yang dilumatkan (belacan) biasanya digunakan sebagai bumbu untuk tumisan kangkung, cumi-cumi, atau telur.
(Berbagai sumber)