Seruni.id – Ketika hidup seolah berjalan baik-baik saja tanpa ada hambatan apapun, bahkan selalu dilimpahkan harta kekayakan, boleh saja keadaan yang sesungguhnya tidaklah baik dalam pandangan Allah SWT. Konidis ini berkaitan dengan istidraj. Pengertian istidraj sendiri merupakan salah satu istilah dalam ajaran agama Islam yang cukup populer.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, istilah ini mengacu pada jebakan bagi umat muslim berupa kenikmatan. Kenikmatan kok menjebak, ya? Untuk lebih lengkapnya, yuk simak di bawah ini.
Pengertian Istidraj
Menurut bahasa, istilah istidraj diambil dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasa Arab berarti naik dari satu tingkat ke tingkatan berikutnya. Namun, secara istilah memiliki makna azab yang berupa kenikmatan. Ketika seorang muslim gemar melakukan maksiat dan jarang sekali beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, bisa jadi ia sedang terjebak dalam kenikmatan hdup, padahal ia semakin lalai menunaikan ibadah serta kewajiban lainnya. Inilah yang bisa disebut sebagai istidraj.
Ciri-ciri Istidraj
Setelah mengetahui pengertian istidraj secara singkat, kita juga perlu tahu apa saja ciri-cirinya sebagai berikut.
1. Kenikmatan Dunia Melimpah Meski Keimanan Terus Menurun
Ciri-ciri yang pertama yakni, ketika seseorang selalu dilimpahkan kenikamtan dunawi, padahal keimanannya terus menurun, adalah ciri dari istdraj. Allah SWT telah memberikan kenikmatan duniawi, namun tak semata-mata memberikannya begitu saja, melainkan di baliknya ada ujian yang sungguh berat dan perlu dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Kenikmatan duniawi yang berikan kepada mereka yang beriman dan tidak beriman, tentu sangat berbeda. Mereka yang beriman akan selalu bersyukur dan mendapati ketenangan dalam hidupnya. Namun, hal ini tidak dirasakan oleh orang yang tidak beriman. Mereka justru sebaliknya, akan merasa kurang dan gelisah meski tengah menikmati harta yang berlimpah ruah.
2. Rezeki Mengalir Deras Tetapi Lalai dalam Beribadah
Sebagian orang ada yang terlahir dalam keadaan serba kecukupan, sedangkan sebagiannya lagi harus berusaha keras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Salah satu usahanya adalah melibatkan Sang Pencipta, demi membantu kelancaran rezekinya. Namun, ketika seseorang yang selalu meninggalkan ibadahnya dengan sengaja, tapi rezekinya terus mengalir seperti air, hal tersebut termasuk ke dalam cirri-ciri istidraj.
Semakin banyak rezeki yang ia peroleh, maka semakin berat pula tanggung jawabnya. Semakin mengabaikan ibadah dan perintah-Nya, maka akan semakin berat dosa yang akan ditanggung. Ibnu Athaillah berkata: “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”
3. Hidup Sukses dan Sejahtera Padahal Selalu Bermaksiat
Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata: “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya”.
Dalam perkara ini, sudah jelas bahwa maksiat akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan. Akan tetapi, ketika maksiat terus berjalan seiiring bertambahnya kesuksesannya, maka hal tersebut merupakan kemurahan hati yang Allah berikan dalam bentuk istidraj yang mesti diwaspadai.
4. Hartanya Semakin Melimpah, Padahal Kikir dan Boros
Kita perlu menyadari, di setiap harta yang kita miliki sebagiannya adalah hak para fakir. Hak tersebut bisa kita salurkan melalui sedekah, zakat, dan lainnya. Semakin besar harta yang dimiliki, maka akan semakin besar pula sedekah pun zakat yang harus dikeluarkan.
Akan tetapi, tak sedikit orang yang justru merasa bahwa harta yang dimiliki, hanyalah miliknya. Sehingga, mereka merasa sayang jika hartanya harus dibagi dengan orang lain, meski dalam bentuk sedekah sekalipun. Maka jika Allah masih bermurah hati menjaga harta untuknya, itu adalah salah satu ciri ujian dalam bentuk istidraj.
Allah subhana hua ta’ala berfirman dalam surat al-Humazah ayat 1-3 yang berbunyi:
وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ لُّمَزَةٍ ١ ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ ٢ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ ٣
Artinya:
(1) Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela; (2) yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung; (3) dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. (QS. Al-Humazah : 1-3).
5. Jarang Terkena Musibah Sakit
Kita bukanlah robot yang tidak bisa jatuh sakit, tubuh kita bisa lelah dan perlu istirahat sejenak. Jadi, sakit sepertinya hal yang wajar terjadi pada manusia. Sebab, ada masa di mana sistem imun menurun sehingga menyebabkan sakit. Namun, bagi orang-orang yang sedang mendapatkan ujian berupa istidraj, biasanya mereka jarang sekali jatuh sakit karena seperti yang kita tahu, hikmah dari sakit ialah berguguran dosa-dosa yang ada dalam diri kita. Imam Syafi’I pernah mengatakan mengenai perkara ini bahwa:
“Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.”
6. Sombong Karena Harta yang Dimiliki
Harta yang berlimpah ruah, terkadang membuat seseorang tinggi hati dan sombong. Tak jarang, mereka merasa lebih hebat, lebih mampu dari orang di bawahnya. Lebih mengerikan lagi, mereka bisa saja menganggap orang lain remeh karena tidak memiliki harta yang sebanding dengan dirinya.
Rasululah SAW bersabda: “Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa”. (HR. Al Hakim)
Cara Menghindari Istidraj
Ada tiga cara yang bisa kita lakukan demi menghindari istidraj, berikut penjelasannya:
1. Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan
Cara pertama menghindari istdiraj adalah dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Jadikan kedua hal tersebut sebagai landasan bagi kita dalam menjalankan kehidupan yang hanya sementara ini. Karena dengan iman dan ketakwaanlah kita akan meraih keberkahan yang sesungguhnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pasti lah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS al-a’raf ayat 96)
2. Mengerjakan Amal Soleh dan Menjaga Hubungan Baik dengan Sesama
Menjaga hubungan baik dengan Allah adalah hal utama yang mesti kita lakukan. Namun, menjaga hubungan baik dengan manusia juga tak kalah penting. Sebab, setiap kebaikan yang kita berikan terhadap sesama, maka kebaikan tersebut akan kembali kepada diri kita.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman. maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-nahl ayat 97)
3. Berdoa
Berdoalah agar terhindar dari istidraj. Sebab, doa menjadi senjata paling ampuh bagi kaum muslimin. Berdoa dengan sungguh-sungguh merupakan cara kita meminta kepada Allah secara langsung agar diberikan keberkahan harta, waktu, keluarga dan juga kenikmatan kenikmatan dunia yang lainnya.
Tidak salah jika kita menikmati karunia dan rahmat yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagai bentuk syukur dengan apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan. Namun, jangan sampai kenikmatan tersebut membuat kita lalai sehingga malas beribadah, dan merendahkan orang lain.
Bahkan, membuat kita semakin jauh dari Allah. Ingatlah bahwa sebaik-baiknya kenikmatan ialah yang akan kita dapatkan di akhirat kelak kenikmatan yang kekal selama-lamanya.
Baca Juga: 7 Cara Menenangkan Hati Ketika Dihadapkan Sebuah Masalah
Demikian pembahasan mengenai pengertian istidraj, ciri-ciri serta cara menghindarinya. Semoga kita terhindar dari istidraj dan juga kita mau menasihati orang lain untuk tidak melakukan hal demikian.