Seruni.id – Bayi usia 16 bulan yang berasal dari Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, belakangan menjadi perhatian warganet. Pasalnya, di usia tersebut, bayi yang bernama Kenzie itu, memiliki bobot tubuh yang tak wajar, yakni 27 kilogram.
Padahal, saat dilahirkan pada Oktober 2021 lalu, Kenzie memiliki berat badan sebesar 4 kilogram. Namun, setelah memasuki masa MPASI, berat badan terus mengalami kenaikan hingga tak wajar.
Sang ibu, Pitriah, menuturkan bahwa sebelum memasuki usia enam bulan, berat badan putranya itu terbilang normal. Akan tetapi, setelah enam bulan, berat badan Kenzie melonjak antara 15-16 kilogram.
“Lahirnya kan 4 kilogram. Pas perubahannya, 6 bulan. Naik sekilo-sekilo,” ujar Pitriah.
Ia baru menyadari anaknya semakin besar ketika melakukan penimbangan di posyandu. Ia juga mendapatkan komentar dari orang sekitar terkait perubahan bentuk tubuh pada anaknya.
“Saya juga udah merasa, ini anak (Kenzie) makin gede. Orang juga pada ngomong, ‘Tri ntar anak lu ntar takutnya obesitas gitu’. Pada ngomong begitu,” kata Pitriah.
Berat badan yang semakin bertambah, membuat tumbuh kembang Kenzie menjadi terganggu. Di usia tersebut, ia belum bisa berdiri tegak, pun sang ibu mengaku tidak lagi membawanya ke posyandu lantaran tidak kuat menggendongnya.
Dari kasus tersebut, ada hal-hal penting yang bisa dipetik oleh para orangtua. Seperti:
1. Memantau BB Bayi yang Normal
Bagi para orangtua, penting sekali untuk membawa si buah hati ke fasilitas kesehatan, guna memantau perkembangannya secara berkala. Dokter pun akan memantau dan memberi saran terkait berat badan bayi yang normal.
Antara usia 6-12 bulan, berat bayi biasanya akan bertambah secara perlahan. Rata-rata beratnya pada bayi perempuan adalah 19 pounds 10 ounces (8,9 kg), dan laki-laki adalah 21 pounds 3 ounces (9,6 kg)
Sementara range-nya menurut dokter spesialis anak dari RSIA Bunda dr Abdullah Reza dikutip dari detikHealth, bayi satu tahun normalnya memiliki berat badan 7-11 kg. Memantau BB anak bermanfaat untuk mengecek status gizi juga kesehatan si kecil.
“Kalau kelebihan (berat badan) itu dia harus dirawat. Itu pasti ada sesuatu. Itu dirawat ke BPJS,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin perihal kasus Kenzie.
2. Mengetahui Asupan yang Cocok untuk Diberikan pada Si Kecil
Sejak baru lahir hingga berusia enam bulan, bayi disarankan hanya diberikan ASI. Pemberian ASI bisa dilanjutkan hingga bayi berusia dua tahun bersama makanan pendamping asi (MPASI). Namun, sering ditemui kasus ibu yang tidak dapat mengeluarkan ASI-nya karena kondisi tertentu.
Dalam hal ini, Pitriah mengidap penyakit bantu empedu, sehingga Kenzie diberikan asupan lain yakni air putih dan susu kental manis. Kondisi perekonomiannya yang terbatas membuat Pitriah terpaksa melakukan hal tersebut demi buah hatinya.
Mengutip artikel yang dipublikasikan di laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), praktik pemberian makan yang benar pada awal kehidupan si kecil, punya peranan penting buat pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, imunitas, pencegahan obesitas, perlindungan terhadap alergi, dan masalah jantung anak di kemudian hari. ASI itu sendiri dinilai dapat memberikan zat gizi yang cocok serta adekuat buat bayi di awal bulan kehidupan.
Saat ASI tidak keluar yang dikarenakan berbagai faktor tertentu, para ibu disarankan untuk melakukan konsultasi dengan doter maupun konselor laktasi. Umumnya ibu akan dibantu agar ASI bisa kembali keluar, atau dokter akan merekomendasikan ASI donor hingga susu formula yang sesuai resep.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Susu Penambah Berat Badan Bayi