Mey Hasibuan, seorang diaspora (orang Indonesia yang tinggal di luar negeri), bersama dengan desainer Yurita Puji, telah menghadirkan beberapa busana berbahan kain ikat Nusa Tenggara Timur (NTT) di New York Fashion Week. Yurita mengedepankan pakaian ready-to-wear (siap pakai) dinilai tepat untuk dipamerkan di New York Fashion Week. Yurita memperlihatkan 12 koleksi karyanya yang dibuat dengan kain tenun dari 22 kabupaten di Nusa Tenggara Timur dibantu oleh Julie Laiskodat, yang merupakan pemilik butik kain ikat NTT.
Kain tradisional serta aksesori yang eksotis dari NTT tampak begitu indah dan trendi ini merupakan karya Yurita Puji di bawah naungan label LeVico sebagai penyokong kain tenun. Koleksi-koleksi ini adalah koleksi Spring/Summer 2017. Karya yang paling dibangga-banggakan Yurita yaitu rancangan maxi dress berwarna cokelat dengan desain tengkorak di tengahnya karena sulit dipotong dan sangat langka. Yunita memilih kain tenun NTT adalah ingin melestarikan kebudayaan tenun yang makin langka agar kain tenun tidak akan punah. Ia menginginkan dunia berpikir bahwa tenun bukanlah lagi barang yang kuno tetapi dapat menjadi suatu hal yang modern serta praktis.
Pameran karya bangsa ini merupakan hasil kerjasama Mey Hasibuan dibawah nama Gallery of Indonesia dan Yurita Puji. Gallery of Indonesia adalah penjembatan Indonesia serta Amerika untuk menggiatkan usaha jual beli produk kreatif Indonesia di Amerika Serikat agar dapat memberdayakan masyarakat lokal.
Mey sebenarnya telah lama memperkenalkan produk budaya tanah air dengan membuka kelas membatik di pusat kebudayaan Greenvile. Tetapi, kelas itu hanya berjalan satu tahun karena dia harus kembali di Indonesia karena diminta menjadi direktur komersial PT Railink di Medan pada tahun 2012. Memang belum apa-apa, tetapi kemauan untuk menggiatkan kekayaan budaya Indonesia kembali setelah ia resign dari perusahaan tersebut.
Pekerjaan Mey setelah itu yaitu harus bisa menjual kain ikat NTT ke pasar internasional. Selain itu, ia juga memboyong Arie Untung untuk membawa film yang diproduserinya di Festival Film Asia di Atlanta pada tanggal 7 Oktober nanti.
Tidak hanya film, Mey juga ingin membawa makanan khas Indonesia ke Negeri Paman Sam tersebut. Hanya saja, usaha untuk membawa kuliner Indonesia di AS tidaklah gampang karena regulasi di AS tentang penjualan makanan sangat ketat. “Karena itu, sementara ini saya fokus membawa produk kreatif berbentuk kain tradisional serta film Indonesia terlebih dulu. Makanannya terakhir, ” tutur Mey.
Sumber: Jawa Pos
Baca juga: Berkat Setrikaan Inovasi Terbaru, Mahasiswa ITSB Ini Raih Medali di Cina