Hijrah  

Al-Qur’an Membuat Hati Jeffrey Lang Terketuk Hingga Menjadi Mualaf

Al-Qur’an Membuat Hati Jeffrey Lang Terketuk Hingga Menjadi Mualaf
islampos.com

Seruni.id – Jeffrey Lang, adalah profesor matematika di University of Kansas yang semula adalah seorang atheis. Ya, ia adalah seorang yang tak percaya adanya Tuhan. Namun, sekeras apa pun penderiannya itu, hidayah Allah berhasil mengetuk hatinya, hingga dirinya menjadi mualaf. Lantas, bagaimanakah ia bisa mendapatkah hidayah tersebut?

Al-Qur’an Membuat Hati Jeffrey Lang Terketuk Hingga Menjadi Mualaf
yeniasiya.com

Tak Sengaja Membaca Al-Qur’an

Hal tersebut bermula ketika Jeffrey Lang tak sengaja membaca Al-Qur’an yang diletakkan oleh temannya. Awalnya ia tak tertarik untuk membacanya meski Al-Qur’an tersebut berisi terjemahan bahasa Inggris. Namun, karena rasa penasarannya, akhirnya ia mencoba untuk membuka dan membacanya.

Al-Fatihah adalah surat yang pertama kali Jeffrey Lang baca. Ia merasa bahwa ayat-ayat dalam surat tersebut hanyalah sebagai pujian semata, layaknya kitab Mazmur dan Alkitab. Hingga pada penghujung ayat, ia menemukan kalimat doa meminta petunjuk. Saat itu, ia merasa sedang rekecoh ketika membacanya dan berasumsi bahwa Al-Qur’an adalah buatan manusia.

“Saya baca surah pertama karena rasa penasaran akademis, bagi saya seperti Mazmur dalam Alkitab. Di awali seperti ini ‘Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, penguasa hari pembalasan, hanya kepada Engkaulah… dan seterusnya’. Saya pikir oh ini himne puji-pujian seperti Mazmur. Di bagian akhir saya sadar, kalimat akhirnya loncat jadi doa minta petunjuk.”

“Tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. penulis yang cerdas. Dia mengecoh saya untuk berdoa minta petunjuk, orang yang cerdas. Jadi, tentu saja saya berasumsi Al-Qur’an adalah buatan manusia,” ujarnya.

Membaca Surat Al-Baqarah

Kemudian, dibukalah surat kedua yakni Al-Baqarah. Di mana ayat tersebut berbunyi, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

Ketika membaca surat tersebut, Jeffrey Lang merasa seperti sedang berdialog dengan ‘pembuat’ Al-Qur’an. Lantas, muncullah di hatinya rasa kagum terhadap kitab suci Al-Qur’an.

Namun, saat sampai pada ayat ke-30 surat Al-Baqarah, kembali muncul keraguan pada hati Jeffrey Lang. Ayat 30 Al-Baqarah itu menceritakan tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala yang hendak memberikan tugas mulia kepada manusia. Terbesit dalam hatinya bahwa ada kesalahan dalam ayat tersebut.

Jeffrey Lang melanjutkan, “Lalu saya sampai ayat 30 , ‘Dan Tuhanmu berfirman pada para malaikat.’ Ini adalah pengumuman surgawi, momen besar, pemilihan akbar. ‘Dan Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, Aku hendak menjadikan khilafah di bumi, penguasa, utusan, perwakilan-Ku.’ Ini adalah pemilihan agung. Tuhan akan menciptakan manusia dan menugaskannya peran yang mulia.”

“Saya langsung katakan ‘tidak, jelas penulisnya keliru.’ Manusia diturunkan ke bumi bukan untuk menjalankan tugas mulia. Mereka diturunkan ke bumi sebagai hukuman. Karena dalam tradisi agama yang saya tinggalkan dulu, saya tidak lupakan begitulah kisah ini disampaikan. Maka penulis alquran pastilah keliru ketika dia mengulang kisah ini,” ujarnya.

Penasaran

Meski begitu, rasa penasaran tetap menguasai dirinya. Tak hentinya ia mencari tahu alasan diutusnya manusia ke muka bumi. Jeffrey Lang seakan tertarik. Apalagi, terdapat sebuah pertanyaan dari malaikat kepada Allah yang sama dengan pertanyaan yang membuatnya menjadi seorang atheis.

“Lalu para malaikat berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana? Sementara kamu bertasbih memuji Mu dan mensucikan nama Mu?’ membaca ayat itu, saya tidak bisa berpaling. Waktu itu saya merasakan amarah saya naik. Lihat apa yang dikatakan ‘Aku hendak memberikan peran mulia pada manusia’,” paparnya.

“Malaikat berkata: ‘Apakah Engkau hendak menciptakan mahluk yang berbuat kerusakan dan menumpahkan banyak darah? Ini adalah mahluk paling jahat, kejam lagi perusak, dan mengutusnya ke bumi, di dunia ini? Ketika Engkau bisa ciptakan kami.’ Saya meraskan bahwa itu adalah pertanyaan saya, itu hidup saya, itu maa kecil saya. Semuanya terangkum dalam 15 kata. Saya kaget,” lanjutnya.

Ia terus membaca Al-Qur’an hingga dirinya mendapatkan sebuah jawaban. Jawaban tersebut membuat pendiriannya sebagai atheis perlahan mulai luntur seketika.

“Selesai membaca Al-Qur ‘an, segala argumentasi saya yang menentang keberadaan Tuhan, semua gagasan yang saya bangun untuk menolak keberadaan-Nya, satu per satu jatuh berguguran. Selesai membaca Al-Qur’an. Saya tidak punya argumentasi untuk menentang keberadaan Tuhan,” kata Jeffrey.

Air matanya mulai menetes, ia menangis selama 20 menit layaknya seorang anak kecil setelah membaca surat Ad-Duha.

“Surah Ad-Duha. Waddhuha (Demi waktu duha). Wa laiili izasaja (Demi malam apabila telah sunyi). Ma wadda aka robbuka (Tuhanmu tidak meninggalkan engkau). Kau tahu? Di akhir surah, saya menangis layaknya bayi selama 20 menit. Saya bahkan tidak percaya Tuhan dan (bacaan itu) buat saya menangis. Saya coba mengabaikan pengalaman ini, tetap saja muncul.”

Merubah Cara Pandangnya

Meski ia baru sekali membaca Al-Qur’an, tapi dampaknya sangat besar, terlebih terhadap cara pandangnya selama ini. Semenjak saat itu, ia terus mempelajari bagaimana hubungan seorang muslim dengan penciptanya.

Suatu ketika, Jeffrey Lang memberanikan diri untuk mendatangi mushola di tempatnya mengajar. Di sana ia sempat berbincang dengan mahasiswanya yang beragama muslim. Ia bertanya mengenai rasanya menjadi seorang Muslim. Jawabannya cukup mengejutkan bagi seorang Jeffrey.

“Allah sungguh Maha Pengasih. Kasih Allah melebihi kasih ibu pada bayinya. Kita tidak bisa apa-apa tanpa kehendak Allah. Ketika kita mengirup dan mengela napas, itu atas kehendak-Nya. Ketika hendak melangkah, tidak bisa terjadi tanpa kehendak Allah.”

“Telapak kaki tidak akan pernah menyentuh bumi lagi, kecuali atas izin-Nya. Ketika kami sholat, bersujud ke tanah, kami merasa tenang, tenteram, dan khusyuk, kesejukan yang mustahil digambarkan. Anda hanya perlu mengalaminya agar mengerti,” ujar Jeffrey mengulangi perkataan mahasiswa Muslim yang ditemuinya.

Saat itu juga, tanpa ada keraguan, Jeffrey Lang memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan ia pun resmi menjadi seorang muslim. Sebelumnya, Jeffrey merasa seperti seorang yang kehausan, tapi dengan mengucapkan syahadat dan menjadi muslim, rasa hausnya pun mulai luruh.

“Rasanya saya seperti orang yang kehausan selama bertahun-tahun. Setiap kata syahadat seperti ada orang yang meneteskan air ke tenggorokan yang kering, saya pun menjadi seorang muslim,” katanya.

Baca Juga: Bunda Wiwin, Mantan MUA yang Putuskan Jadi Mualaf

Jeffrey Lang menuliskan kisah perjalanan spiritualnya dalam beberapa buku, antara lain “Struggle to Surrender” dan “Even Angels Ask”.