Seruni.id – Sejumlah artis Indonesia, seperti Naura Ayu, Marion Jola, Melaney Ricardo, hingga Fuji Utami, baru-baru ini menjadi sasaran komentar negatif warganet, yang menyebut mereka memiliki “aura magrib”. Hal ini lantaran warna kulit mereka yang gelap. Istilah aura magrib ini digunakan untuk mengolok-olok mereka karena tidak memiliki kulit putih dan mulus, yang dianggap sebagai standar kecantikan oleh sebagian masyarakat.
Istilah Aura Magrib Bikin Naura Ayu Jengkel
Fenomena ini memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk Naura Ayu yang mengungkapkan kekesalahannya di media sosial. Ia menyatakan kesiapannya untuk melawan orang-orang yang mempopulerkan istilah tersebut dan menegaskan kebangaannya dengan fisiknya.
“Tolong edukasi diri kalian. Saya memang tidak putih, kenapa? Perihal ini, aku mau banget stand up. Kalau ada kampanye pemberhentian komen aura magrib, aku garda depan,” kritik Naura Ayu.
“Inget, ya, itu waktu salat, loh,” sambungnya lagi.
Pandangan Ulama Tentang Istilah Aura Magrib
Ustaz Soleh Sofyan, pengurus harian Lembaga Dakwah PB Nahdlatul Ulama (NU), turut angkat bicara mengenai hal ini. Beliau menjelaskan bahwa dalam Islam, menghina atau merendahkan orang lain dengan alasan apa pun, termasuk warna kulit, adalah perbuatan yang terlarang.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa kata “magrib” memiliki makna yang sakral dan penting dalam Islam. Magrib merujuk pada waktu salat wajib, menandai dimulainya hari baru dalam kalender Islam, dan bahkan disebut sebanyak 13 kali dalam Al-Qur’an dengan berbagai arti dan maksud.
“Al-Qur’an pun banyak menyebut kata magrib tidak kurang 13 kali dengan berbagai varian arti dan maksud. Magrib adalah waktu yang mustajab kita untuk berdoa,” jelasnya lagi.
Oleh karena itu, Ustaz Soleh Sofyan menyayangkan penggunaan kata “magrib” untuk merendahkan orang lain. Beliau menegaskan bahwa magrib adalah nama yang terhormat dan tidak seharusnya dikaitkan dengan hal yang negatif seperti warna kulit gelap.
“Dalam Islam magrib memiliki makna yang sakral dan sangat penting,” jelasnya.
Ia menjelaskan, magrib juga merupakan salah satu nama salat wajib yang dilakukan di waktu tenggelamnya matahari. Bahkan, magrib juga digunakan untuk menandai dimulainya hari baru atau bulan baru dalam kalender Islam.
Dari uraian di atas jelas bahwa tidak ada kata buruk yang melekat pada kata magrib. Jadi sangat disayangkan netizen justru menggunakan kata itu untuk hal yang tidak benar.
“Magrib adalah nama yang terhormat. Oleh karena itu saya kira tidak ada alasan menggunakan kata magrib untuk merendahkan seseorang. Seolah-olah magrib bermakna gelap, kusam dan hitam. Sangat salah kaprah dan tidak memahami bahasa,” tegasnya.
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang bahaya body shaming dan pentingnya memahami makna di balik kata-kata yang kita gunakan. Kita harus menghormati satu sama lain dan tidak boleh merendahkan orang lain berdasarkan penampilan fisik mereka.
Baca Juga: 5 Kalimat yang Termasuk Body Shaming
Penting untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya body shaming dan meningkatkan pemahaman tentang makna di balik kata-kata yang kita gunakan. Kita harus bersama-sama membangun budaya saling menghormati dan menghargai perbedaan.