Seruni.id – Berharap hanya kepada Allah SWT, tak akan membuat kita kecewa. Lain halnya, ketika kita menggantungkan harapan kepada manusia, kecewa dan hancur mungkin saja terjadi. Sebagaimana kata-kata Ali bin Abi Thalib yang mengatakan,
“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.”
Harapan adalah bagian dari fitrah manusia yang tidak mungkin ditinggalkan. Orang yang tidak memiliki harapan, pada hakekatnya adalah manusia yang mati, mengingat harapan merupakan titik awal manusia untuk selalu berkembang menuju kehidupan yang lebih baik.
Berharap hanya kepada Allah SWT, merupakan ibadah hati yang begitu istimewa. Sebab, ibadah ini dapat dilakukan tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga, hanya melibatkan perasaan hati saja. Para ulama berkata, barang siapa yang tidak pernah berharap hanya kepada Allah SWT, maka ia adalah seorang hamba yang kosong. Sebab, ia merasa bahwa dirinya mampu melakukan semuanya tanpa melibatkan Sang Pencipta. Allah SWT berkata kepada seluruh hamba-Nya,
“Wahai umatku, kalian adalah orang fakir kepada Allah”. Fakir yang dimaksud adalah, sangat membutuhkan Allah SWT, baik itu pertolongan-Nya, rahmat, serta kasih sayang-Nya. Tanpa campur tangan Allah, kita tak akan bisa melakukan sesuatu apa pun.
Agar kita selalu menggantukan harapan kepada-Nya, mari simak beberapa keutamaannya berikut ini:
Hikmah dan Keutamaan Berharap Hanya kepada Allah SWT
Raja’ yang berasal dari bahasa Arab, memiliki arti harapan. Adapun yang dimaksud raja’ pada pembahasan kali ini adalah, mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Raja’ merupakan salah satu akhlakuk karimah terhadap Allah SWT, yang manfaatnya dapat mempertebal keimanan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Umat Islam yang mengharapkan ampunan dari Allah, berarti ia mengakui bahwa Allah itu Maha Pengampun. Begitupun bagi umat Islam yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, berarti ia telah meyakini bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Oleh karena itu, sudah sepatutunya, sebagai umat Islam kita berharap hanya kepada Allah SWT saja. Bahkan, Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap hamba-Nya, agar berdoa kepada-Nya, dengan harapan doa tersebut akan dikabulkan. Allah Ta’ala berfirman,
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” (QS. Al-Mu’min, 40:60)
Setiap manusia yang berharap hanya kepada Allah, mereka akan mendapatkan hikmah dan keutamaan sebagai berikut:
1. Optimis
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) optimis memiliki arti, orang yang selalu berpengharapan atau berpandangan baik terhadap segala sesuatu. Optimis merupakan sifat terpuji, yang semestinya dimiliki oleh setiap umat Islam. Seorang muslim yang optimis, tentu akan selalu berprasangka baik terhadap Allah. Mereka akan selalu berusaha agar kualitas hidupnya meningkat.
Adapun kebalikan dari sifat tersebut adalah sifat pesimis. Sifat tersebut seharusnya bisa kita jauhi, karena termasuk ke dalam sifat tercela. Seorang yang memiliki sifat pesimis, kerap berprasangka buruk dengan segala hal, termasuk kepada Allah SWT. Dengan memelihara sifat pesimis, seseorang tidak akan dapat hidup maju. Sebab, mereka selalu khawatir akan kegagalan, kehancuran, kerugian, sehingga enggan untuk mencobanya.
Umat Islam yang memiliki sifat optimis, biasanya akan berharap hanya kepada Allah. Sehingga mereka akan mendapatkan pertolongan dari-Nya. Allah SWT berfirman,
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq, 65: 3).
2. Dinamis
Mereka yang selalu berharap hanya kepada Allah SWT, memiliki jiwa yang dinamis. Selama hidupnya, mereka enggan hanya berpangku tangan. Mereka akan berusaha secara sungguh-sungguh demi meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik. Sikap seseorang yang dinamis, sebenarnya sesuai dengan fitrah manusia, yang memiliki kecenderungan untuk meningkat ke arah yang lebih baik. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).” (QS. Al Insyiqaq, 84: 19)
Seorang muslim yang telah meraih prestasi, baik dalam bidang positif, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan prestasinya ke arah yang lebih baik. Hal ini sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan anjuran Rasulullah SWT dalam hadist-nya. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS.Al-Insyirah, 94: 7-8)
Rasulullah juga bersabda yang artinya,
“Bararang siapa yang amal usahanya lebih baik dari kemarin maka orang itu termasuk orang yang beruntung, dan jika amal usahanya sama dengan kemarin, termasuk yang merugi, dan jika amal usahanya lebih buruk dari yang kemarin, maka orang itu termasuk yang tercela”. (H.R. Tabrani)
3. Berpikir Kritis
Seseorang yang berpikir kritis, biasanya tidak lekas percaya dan selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan atau kekurangan. Kritik terdiri dari dua macam, ada yang terpuji dan ada pula yang tercela. Kritik terpuji adalah kritik yang sehat, dengan didasari niat ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas, apalagi sampai menyakiti hati. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, berikut,
“Yang dinamakan orang Islam, adalah orang yang menyelamatkan orang-orang muslim lainnya dari gangguan lidah dan tangannya, sedang yang dinamakan orang hijrah itu adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa’i).
4. Mengenali Diri dengan Mengharap Keridaan Allah SWT
Salah satu cara untuk berharap hanya kepada Allah SWT, adalah berusaha mengenali diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pepatah yang terkenal di kalangan tasawuf,
“Barangsiapa yang mengenal dirinya tentu akan mengenal Tuhannya”.
Bagi setiap mukmin yang mengenali dirinya, tentu akan selalu introspeksi apakah dirinya sudah betul-betul menghamba kepada Allah SWT? Jika sudah, maka bersyukurlah dan tingkatkan kualitasnya. Jika belum, maka kembalikan ke jalan yang Allah SWT ridai.
Mukmin yang mengenali dirinya akan menyadari bahwa ia hidup karena Allah dan bertujuan untuk memperoleh keridaan Allah. Mukmin yang ketika di dunianya memperoleh kerdiaan Allah, tentu di alam kubur dan alam akhiratpun akan memperoleh rida Allah SWT, ia akan terbebas dari siksa kubur dan azab neraka dan akan mendapatkan nikmat kubur serta pahala surga.
Akibat dari Berharap kepada Selain Allah
Setiap manusia, pastinya pernah menggantukan harapan selain kepada Allah SWT. Misalnya, beraharap kepada manusia lainnya. Berharap kepada manusia, sering kali berakhir dengan kekecewaan. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk berharap hanya kepada Allah SWT. Sebab, jika tidak, kamu akan merasakan akibatnya sebagai berikut:
1. Sakit Hati
Ketika tidak berharap hanya kepada Allah, bukan tidak mungkin kamu akan merasakan sakit hati. Seperti halnya, kamu mengharapkan cinta dari manusia, tetapi pada akhirnya dia meninggalkanmu. Untuk itu, jangan pernah gantungan harapanmu kepada manusia. Lakukan semua hal atas dasar niat yang tulus. Selain itu, selalu libatkan Allah di dalamnya.
2. Tidak Dapat Menghargai Pencapaian yang Telah Dilakukan
Saat kamu menggantungkan harapan kepada manusia, tapi pada akhirnya ekspektasi hanya sekadar angan. Hal tersebut hanya akan membuatmu sulit percaya atas kemampuan dan perjuangan yang telah dilakukan. Karena kamu tidak berharap hanya kepada Allah, maka kamu akan merasa menjadi manusia yang randah hanya karena ada satu hal yang tidak tercapai.
3. Menjadi Kurang Bersyukur
Akibat tidak berharap hanya kepada Allah, menjadikanmu sebagai seseorang yang selalu mematokkan keberhasilan dari pencapaian orang lain. Sikap tersebut, tentunya akan membuatmu lupa, bahwa banyak nikmat dari Allah yang patut disyukuri. Allah selalu memberi kesempatan untuk setiap manusia agar berjuang dan bedoa kepada-Nya.
Maka dari itu, berhenti untuk selalu berharap kepada manusia, dan berharap hanya kepada Allah SWT. Sebab, takdir Allah selalu lebih indah dari rencana kita. Ketika kamu sudah memasrahkan semuanya kepada-Nya, hatimu akan selalu tenang, meski kesulitan menghampiri.
4. Selalu Menyalahkan Diri Sendiri
Rasa bersalah mungkin akan selalu menghampiri, ketika kamu terlalu berharap kepada selain Allah. Sebab, kamu belum mampu mewujudkan harapan tersebut. Padahal, jika kamu tidak berharap terlalu tinggi, ketika kegagalan menghampiri, justru kamu dapat menjadikannya sebagai pelajaran berharga.
Selalu ingat, bahwa suatu saat manusia akan belajar dan menang. Ketika ikhlas dan pasrah kepada-Nya, kamu pasti akan menyadari, bahwa kegagalan hari ini adalah pembelajaran untuk jalan ke depan. Selalu introspeksi diri dan perbaiki kekurangan, agar dapat menjadi manusia yang lebih baik.
5. Trauma untuk Memulai Hal Baru
Terlalu sering menaruh ekspektasi terhadap orang lain, hanya akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Biasanya, kegagalan yang tidak tercapai, hanya akan membuatnya trauma untuk memulai hal baru. Rasa ketakutan akan hal buruk yang terjadi menghambat seseorang untuk berprogres kembali. Oleh karena itu, sebaiknya berharap hanya kepada Allah. Jika suatu saat harapanmu tidak sesuai ekspektasi, kamu tidak akan terlalu sakit dan kecewa. Sebab, kamu percaya, bahwa segala yang terjadi merupakan rencana terbaik-Nya. Setidknya, kamu dapat mengambil hikmah dari segala hal yang terjadi.
Cara untuk Mewujudkan Sebuah Harapan
Islam berpendapat, apabila seseorang memiliki harapan, maka mereka harus melakukan dua hal untuk mewujudkannya, yaitu:
1. Ikhtiar
Ikhtiar adalah sebuah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Mulai dari spiritual, material, hingga kesehatan. Ikhtiar harus dilakukan dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin. Namun, jika usaha tersebut gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik.
2. Berdoa
Selain berikhtiar, jangan pernah melupakan doa. Secara bahasa, doa berasal dari kata “Da’a” yang artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah, syara’ doa berarti “Memohon sesuatu yang beramnfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang mudharat. Pada hakekatnya segala sesuatu di dunia ini merupakan bentuk dari kekuasan Allah SWT, jadi kita di dunia ini hanyalah seorang budak yang lemah, hina, dan tak punya apa-apa, Oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari Allah SWT.
Jadi, itulah ulasan mengenai berharap hanya kepada Allah. Islam sendiri, telah menganjurkan manusia untuk selalu berharap, tetapi berharap hanya kepada Allah, karena Allah adalah Tuhan yang maha kuasa atas segalanya. Sebagaimana firman berikut ini:
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
“Dan hanya kepada Tuhanmulah (Allah SWT) hendaknya kamu berharap”. (Qs Al Insyirah: 8).
Baca Juga: 5 Solusi untuk Mengobati Rasa Sakit Hati
Semoga kita adalah salah satu hamba yang selalu menggantungkan harapan hanya kepada Allah SWT.