Seruni.id – Membahagiakan orang tercinta adalah harapan setiap orang. Dalam Islam sendiri, membahagiakan istri juga menjadi tanggung jawab suami. Berbicara mengenai membahagiakan istri, ternyata kita memiliki panutan yang wajib diteladani, yakni Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Kira-kira, bagaimanakan cara Rasulullah membahagiakan istrinya?
Berbincang-bincang dengan Istrinya di Malam Hari
Diriwayatkan dari Al-Bukhari bahwasanya, “Adalah dahulu Nabi SAW jika berkumpul bersama Aisyah r.s di malam hari, maka Rasulullah berbincang-bincang dengan putri Abu Bakar r.a”
Dari hadist tersebut menunjukan bahwa suami yang baik adalah lelaki yang meluangkan waktunya untuk berbincang atau menjaga komunikasi dengan istri. Berbincanglah seputar hal yang bermanfaat. Entah perkara dunia pun akhirat. Hadist ini juga mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang harmonis terwujud manakala terjadi komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
Hadits ini juga menjadi dalil pengecualian atas sabda Nabi yang menyebutkan bahwa beliau tidak menyukai obrolan-obrolah yang terjadi selepas isya. Karena bercengkerama dengan istri adalah salah satu perkara yang bermanfaat. Bahkan termasuk ibada
Membantu Pekerjaan Rumah Tangga
Tak bisa dipungkiri, bahwa banyak laki-laki yang gengsi untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Padahal, apabila suami ikut membantu, istri akan merasa sangat bahagia. Mungkin jika dilihat begitu saja, pekerjaan rumah tangga memang tampak mudah dan ringan. Namun siapa sangka, ternyata tugas seorang istri sebenarnya sangat berat. Ia harus menyeimbangkan rumah tangganya. Aisyah pernah ditanya mengenai apa yang dilakukan Rasul saat ada di rumahnya. Aisyah menjawab “Beliau selalu melayani (membantu) istrinya.”
Mengungkapkan Rasa Cinta Kepada Istri Secara Lisan
Cinta tak melulu dibuktikan lewat perbuatan, agar seimbang, cinta juga harus diungkapkan lewat perkataan. Menampakkan dan menyatakan rasa cinta kepada istri adalah salah satu cara menjaga keharmonisan rumah tangga. Nabi SAW bersabda, “Aku diberi rizki berupa rasa cinta kepada istriku.” (HR. Muslim)
Rasulullah Tidak Pernah Membenci Istrinya
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang mukmin benci kepada seseorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridho dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” (HR. Muslim)
Berkata An-Nawawi, “Yang benar adalah Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam melarang, yaitu hendaknya dia tidak membencinya karena jika mendapati sikap (akhlak) yang dibencinya pada istrinya maka ia akan mendapati sikapnya yang lain yang ia ridhai. Misalnya wataknya keras namun ia wanita yang taat beribadah, atau cantik, atau menjaga diri, atau lembut kepadanya, atau (kelebihan-kelebihan) yang lainnya”
Suami yang paling sedikit mendapat taufiq dari Allah dan yang paling jauh dari kebaikan adalah seorang suami yang melupakan seluruh kebaikan-kebaikan istrinya, atau pura-pura melupakan kebaikan-kebaikan istrinya dan menjadikan kesalahan-kesalahan istrinya selalu di depan matanya.
Bahkan terkadang kesalahan istrinya yang sepele dibesar-besarkan, apalagi dibumbui dengan prasangka-prasangka buruk yang akhirnya menjadikannya berkesimpulan bahwa istrinya sama sekali tidak memiliki kebaikan.
Tatkala seorang suami marah kepada istrinya maka syaitan akan datang dan menghembuskan kedalam hatinya dan membesar-besarkan kesalahan istrinya tersebut. Syaitan berkata, “Sudahlah ceraikan saja dia, masih banyak wanita yang sholehah, cantik lagi…, ayolah jangan ragu-ragu…”. Syaitan juga berkata, “Cobalah renungkan jika engkau hidup dengan wanita seperti ini…., bisa jadi di kemudian hari ia akan lebih membangkang kepadamu…”
Atau syaitan berkata, “Tidaklah istrimu itu bersalah kepadamu kecuali karena ia tidak menghormatimu…atau kurang sayang kepadamu, karena jika ia sayang kepadamu maka ia tidak akan berbuat demikian…”. Dan demikanlah bisikan demi bisikan dilancarkan syaitan kepada para suami. Yang bisikan-bisikan seperti ini bisa menjadikan suami melupakan kebaikan-kebaikan istrinya yang banyak yang telah diterimanya. Jika sang suami telah melupakan kebaikan-kebaikan yang lain yang dimiliki isrinya maka sesungguhnya ia telah menyamai sifat para wanita yang suka melupakan kebaikan-kebaikan suaminya.
Tidak Pernah Melakukan Kekerasan Kepada Istri
Kekerasan dalam bentuk apapun memang tidak pernah dibernakan, termasuk kekerasan di dalam rumah tangga. Sesungguhnya kekerasan hanya akan membuat hubungan rumah tangga semakin renggang. Dari Aisyah r.a pernah berkata, “Suamiku tidak pernah memukul istrinya meskipun hanya sekali.” (HR. Nasa’i). Tahukah sobat? Sesungguhnya lelaki sejati tidak akan pernah memukul istri, meskipun dalam keadaan semarah apapun.
Menghibur Kesedihan Istri
“Suatu saat Shafiyah safar bersama Rasulullah, saat itu adalah hari gilirannya. Dia ketinggalan (rombongan) karena untanya berjalan lambat, lalu menangis. Maka Rasulullah datang mengusapkan air mata dengan kedua tangannya kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis” (HR. Nasa’i)
Pelajaran yang bisa diambil dari hadist di atas adalah, bahwa menghibur istri menjadi sebuah kewajiban bagi suami. Berusaha menghilangkan kesedihan dan kesusahan istri adalah sesuatu yang diisyaratkan Islam. Suami yang baik adalah dia yang tidak akan tahan dan tinggal diam manakala melihat istrinya menangis atau bersedih.
Sabar Ketika Istri Sedang Manja
Sebagai wanita tentunya berharap memiliki suami yang sabar dalam segala hal, apalagi ketika istrinya sedang ingin bermanja-manja. Bukannya malah menunjukkan sikap egois dan tidak memiliki kemauan untuk memanjakan istrinya. Padahal, Rasulullah pun suka memanjakan istrinya. Aisyah Radhiyallahu anha bercerita:
Suatu hari, beberapa orang laki-laki dari Habasyah datang ke Madinah. Mereka mulai bermain di masjid dengan rebana. Orang-orang melihat mereka dengan gembira.
Rasulullah SAW masuk ke tempat Sayyidah Aisyah dan bertanya, “Wahai Humaira’, apakah kamu suka melihat mereka?”
“Ya, saya suka,” jawab Aisyah.
Maka, Nabi Muhammad SAW berdiri di depan pintu untuk menutupinya sementara Aisyah meletakkan dagunya di bahu beliau. Pipinya menempel di pipi Rasulullah SAW. Ia terus melihat mereka yang sedang bermain di masjid dengan gembira.
Setelah beberapa waktu, Rasulullah SAW berkata, “Sudah cukup?”
“Belum, jangan buru-buru, wahai Rasulullah.”
Rasulullah SAW terus berdiri sampai Aisyah pergi sendiri.
Aisyah berkata, “Demi Allah, aku tidak tertarik melihat mereka bermain. Namun, aku ingin para wanita mengetahui kedudukan Rasulullah SAW dariku.” Masya Allah.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Hati-hati, 7 Hal ini Dapat Merusak Keharmonisan Rumah Tangga
[/su_box]
Demikianlah beberapa ulasan mengenai cara Rasulullah membahagiakan istrinya, semoga bermanfaat untuk mewujudkan rumah tangga yang penuh cinta kasih.