Berita  

Sempat Ditahan, Gulbakhar Cililova Ungkap Kejamnya Cina pada Muslim Uighur

indonesiainside.id

Seruni.id – Gulbakhar Cililova adalah salah satu wanita beretnis Uighur (Turkistan Timur), dengan kewarganegaraan Kazakhstan. Selama 20 tahun, ia sudah menjalani bisnis antarnegara Cina-Kazakhstan. Namun, pada 2017 lalu ia ditanggap. Dan berikut kesaksian Gulbakhar Cililova tentang fakta pahit selama ia menjadi tahanan Pemerintah Komunis Cina.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by IPPHO SANTOSA – Motivator (@ipphoright) on

Pemerintah Cina menangkapnya atas dugaan terorisme. Dan selama kurang lebih 16 bulan, Gulbakhar Cililova dizalimi hingga diancam di dalam kamp. Semua HAK-nya sebagai warga pun dicabut. Di sana, di dalam kamp, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana teman-teman Muslim Uighur disiksa.

“Saya Gulbakhar Cililova, wanita beretnis Uighur (Turkistan Timur), akan tetapi berkewarganegaraan Kazakistan. Selama 20 tahun saya melakukan bisnis antarnegara (Cina dan Kazakistan). Namun tahun itu (2017) pemerintah Cina menangkap saya atas dugaan terorisme. Sekitar 16 bulan saya dizalimi dan diancam di dalam kamp, semua hak saya dicabut. Ketika saya masuk kamp, saya melihat teman-teman Uighur yang disiksa,” ujar Gulbakhar Cililova.

“Ketika saya berada di kamp tersebut, saya dimintai KTP Cina saya. Saya memberi tahu mereka bahwa saya adalah orang asing dan bahwa saya tidak melakukan kesalahan,” kata Gulbahar dalam diskusi ‘Kesaksian dari Balik Penjara Uighur’, Sabtu (12/1/2019).

Namun, ia terus diinterogasi mengenai identitasnya selama lebih dari satu tahun. Dan selama penginterogasian itu pula Gulbahar dikurung di dalam ruangan yang pengap, berukuran 7x6x3 meter. Di sana, ia kerap melihat Muslim Uighur yang ditahan, disiksa tiap kali mereka ingin beribadah.

Baca Juga: Menyakitkan, Begini Kondisi Muslim Uighur yang Sebenarnya

“Kepala menengok ke kanan dan ke kiri saja, dianggap melakukan shalat. Atau mengusap muka, dianggap habis berwudhu. Karena gerakan itu, mereka dihukum seperti kaki mereka diberi pemberat seberat 5 kilogram. Ada juga yang kuku-kuku mereka dicabut, dan bentuk represi lainnya yang membuat saya stres,” kenang Gulbakhar pilu.

Baca Juga: Aydin Anwar, Hijabers Pejuang Hak Muslim Uighur di China

Depresi melihat semua penyiksaan itu, membuatnya sampai empat kali dilarikan ke rumah sakit tahanan, yang kondisinya sangat tidak layak. Ia menceritakan jika di rumah sakit itu terdapat tahanan seumur hidup atau Muslim Uighur yang dijatuhi hukuman mati.

“Mereka tidak dibunuh langsung, tapi secara perlahan dengan pemberian obat-obatan yang mematikan,” jelas Gulbakhar.

Dan baru pada September 2018 lalu Gulbakhar Cililova dibebaskan.

“Karena saya orang Uighur yang memiliki kewarganegaraan Kazakhstan, atas desakan Kazakhstan dan keluarga, kemudian saya dibebaskan. Tapi teman-teman saya di sana (yang ditahan) hanya memiliki Allah, tidak ada yang lain. Saya berjanji pada saudara-saudara Muslim Uighur yang ditahan di kamp, untuk menyuarakan fakta pahit ini. Ini suatu ketidakadilan HAM. Mereka perlu doa dan dukungan kita semua,” tutup Gulbakhar.

Kalau bukan kita saudara sesama Muslim, siapa yang akan bergerak menolong Muslim Uighur? Pasntaskah kita berdiam?