Seruni.id – Siapa di antara kita yang tidak suka shopping atau belanja? Pasti semua orang suka kan, apalagi kaum perempuan. Setiap bulannya pasti wajib untuk belanja, entah itu belanja baju, tas, kosmetik, makanan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Apalagi dengan munculnya marlet place yang sangat mudah diakses dengan jari kita, membuat keinginan untuk berbelanja semakin meningkat.
Namun, bagi kita yang hobi sekali shopping atau berbelanja, baik offline maupun online, adakah dampaknya bagi kejiwaan kita? Nah, dikuti dari laman www.alodokter.com, ternyata hobi belanja yang berlebihan dapat mengganggu kejiwaan kita. Seperti apa ya penjelasannya? Simak di bawah ini ya!
Normalnya, belanja adalah kegiatan rutin yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Sebagian orang merasakan belanja sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi jeda di antara kesibukan. Namun apabila seseorang mengeluarkan uang secara berulang-ulang untuk berbelanja tanpa mengindahkan kebutuhan ataupun keadaan finansialnya sehingga mendatangkan pengaruh negatif, hal tersebut tergolong pada gangguan kesehatan mental.
Belanja sebagai Bentuk Kecanduan
Peneliti di bidang medis percaya bahwa otak manusia mengasosiasikan belanja dengan perasaan seperti melayang, serupa dengan yang dirasakan mereka yang mengonsumsi obat-obatan terlarang. Itu sebabnya mereka merasakan dorongan untuk belanja lagi dan lagi. Rasa gembira ketika berbelanja ini muncul karena terpicunya hormon endorphin dan dopamin yang dapat membuat seseorang merasa gembira.
Kecanduan belanja juga dapat disebut sebagai compulsive buying disorder (CBD) atau gangguan belanja kompulsif, disebut juga dengan shopoholisme. CBD sendiri didefinisikan sebagai hasrat yang tidak tertahankan untuk membeli barang secara berlebihan dengan jumlah pengeluaran besar dan menyita waktu yang pada akhirnya hanya mendatangkan pengaruh negatif di dalam hal keuangan dan keluarga. Berdasarkan gejalanya, gangguan ini bahkan mungkin dikategorikan sebagai gangguan bipolar, gangguan obsesif-kompulsif, kecanduan klinis, atau gangguan kontrol atas dorongan.
Sama seperti pecandu di bidang lain, para pecandu belanja dapat berusaha menyembunyikan masalah mereka. Beberapa penggila belanja berusaha memberi kesan bahwa mereka punya uang yang tidak terbatas dan kaya raya, padahal kenyataannya, utang mereka menumpuk. Orang yang mengalami gangguan ini umumnya kurang dapat memahami perasaannya sendiri dan kurang dapat mengelola perasaan buruk.
Pada beberapa kasus, pemicu kecanduan belanja bersumber dari depresi, gangguan kesehatan mental, ataupun masalah emosional. Kecanduan belanja ini juga dapat berakar dari pengalaman di masa kecil. Misalnya anak yang tidak mendapat perhatian cukup dari orang tuanya bisa jadi akan merasa tidak percaya diri karena merasa sebagai orang yang tidak penting. Akibatnya, mereka akan tumbuh dewasa dengan membeli benda-benda yang diharapkan dapat membuat mereka tidak lagi merasa sendiri.
Keberadaan banyaknya pusat perbelanjaan, kemudahan berbelanja melalui daring/online, dan kemudahan menggunakan kartu kredit pada selanjutnya seakan-akan makin memfasilitasi kecenderungan gila belanja. Dari perspektif psikologi sosial, orang yang tidak memiliki identitas yang kuat cenderung akan mencari jati diri dan pengakuan melalui kebiasaan berbelanja secara berlebihan.
Jika tidak segera mendapat pertolongan, pecandu belanja dapat kehilangan tempat tinggal akibat membayar utang, kehilangan pekerjaan, teman ataupun keluarga akibat utang atau kehilangan kepercayaan atas pengelolaan uang. Pecandu juga dapat kehilangan kepercayaan dari pasangan atau keluarganya karena terus-menerus berbohong. Secara emosional, pecandu juga menutup diri dari orang lain karena tidak ingin dikritik.
Jika pecandu telah sampai kepada tahap mencuri atau tidak mampu mengembalikan utang, maka kecanduan belanja juga dapat berakibat kepada konsekuensi hukum. Seperti bentuk kecanduan lain, setelah sembuh, gila belanja juga dapat kembali kambuh. Bantuan dan pendampingan dari orang-orang terdekat sangat dibutuhkan untuk menolong para pecandu ini.
Wah mengerikan ya? Yuk mulai kurangi dan rem keinginan berbelanja kamu jika sudah mulai berlebihan yaa!