Kisah Anak Sopir Angkot, Balas Hinaan Tetangga dengan Prestasi

Kisah Anak Sopir Angkot, Balas Hinaan Tetangga dengan Prestasi
brilio.net

Seruni.id – Hinaan memang terkadang menyakitkan, tapi jangan sampai hinaan tersebut mematahkan langkahmu untuk meraih kesuksesan. Anggap saja itu sebuah motivasi kita semakin semangat meraih apa yang diimpikan.

Kisah Anak Sopir Angkot, Balas Hinaan Tetangga dengan Prestasi
wolipop.detik.com

Seperti kisah yang dibagikan oleh anak sopir angkot yang viral di sosial media ini, di mana ia berhasil membungkam hinaan tetangganya dengan sebuah prestasi. Lantas, bagaimana kisah selengkapnya? Simak berikut ini, ya.

Mendapatkan Hinaan dari Tetangganya

Ini adalah kisah tentang seorang gadis bernama Dian Nursiati, anak sopir angkutan kota (angkot) yang kerap dicemooh oleh para tetangganya. Namun, ia berhasil membalas cemoohan tersebut, bukan dengan hal serupa, melainkan dengan sebuah prestasi. Dian, begitu sapaan akrabnya, berhasil menyelesaikan kuliahnya di Meiho University, Taiwan.

Kisah tersebut awalnya ia bagikan melalui akun TikTok miliknya @diannursiati. Dalam video tersebut ia terlihat sedang memang toga dan baju khas wisuda.

“Waktu itu ada orang yang ngomong begini sama gue. Anak sopir angkot aja mimpinya ketinggian. Pengen kuliah di luar negeri (sambil menjulurkan lidah). Alah, bu paling banter juga dia di sana cuman jadi pembantu. Cuman emaknya malu, makanya bilangnya ini program kuliah, begitu. Sabarin aje,” ucap akun TikTok @diannursiati.

Kata-kata pedas tersebut sering kali ia dapatkan. Bahkan, seorang tetangganya mengatakan, bahwa ia tidak akan bisa pulang ke Indonesia karena tidak ada biaya.

“Alah paling kate juga nanti dia gak kelar, mana bisa bapaknya ngebiayain dia sampai lulus…Ga pape sabarin aje, Cuma gue mau ngomong satu ye, mah bah neng lulus,” pungkas dian berkaca-kaca.

Namun, dengan tekad yang kuat, Dian berhasil mematahkan semua omongan julid tetangganya selama 4 tahun yang menghina keluarganya dengan meraih gelar sarjana di Meiho University, Taiwan.

Bekerja untuk Biaya Kuliah dan Kehidupan di Taiwan

Dian yang tinggal di daerah Kedungwaringin, perbatasan Karawang dan Bekasi itu menegaskan, jika dari awal kuliah hingga lulus, orangtuanya tak mengeluarkan biaya apa pun. Sebab, di sana ia tidak sekadar menuntut ilmu saja.

Melansir dari laman wolipop, diketahui pada 2017 ia magang di Caesar Park Kenting Hotel, Taiwan. Kemudian pada 2018-2021 ia magang di PT Kisaraki food.co.ltd zhutian Taiwan.

“Karena ini beasiswa parcial yang gratisnya itu hanya sebagian, jadi sebagian lagi dibayar dari hasil magang dan part time (curi waktu) di luar. Selama program magang Dian beberapa kali dapet kendala, jadwal tidak sesuai karena Corona akhirnya harus putar otak bagaimana caranya ketika nganggur Dian tetap bisa bayar kuliah dan makan,” kenangnya.

Hingga akhirnya ia memilih melakukan berbagai jenis pekerjaan paruh waktu. Bahkan, ia pernah bekerja setengah waktu di kebun buah, pelayan di restoran yakiniku, hingga menjadi juru masak dan cuci piring di warung tempura. Berbagai pekerjaan rela ia lakukan demi membiayai pendidikan dan kehidupannya saat itu.

“Itu semua aku lakukan karena selain Dian harus bayar kuliah, makan, dan lainnnya, orangtuaku di rumah kesulitan ekonomi sebab angkot sudah mulai jarang penumpang karena banyak ada ojek online, ditambah masa pandemi,” kenangnya.

Begitu banyak ujian yang harus ia lalui, bukan hanya dari tetangga saja, tapi juga dari teman satu kampusnya. Di mana mereka sering kali mengucilkan Dian. Padahal, Dian adalah penerjemah dan menjadi jembatan yang mendaftarkan mereka di tempat magang karena mereka memiliki kendala di bahasa Mandarin.

Beberapa kali ia juga sempat masuk rumah sakir. Pada 2019 Dian kecelakaan kerja di perusahaan tempatnya magang, tangannya terjepit mesin. Pada 2020 Dian harus operasi karena patah tulang setelah ditabrak.

“Tahun 2019-2020 itu tahun paling berat,” ucap Dian.

Suka Menari Jaipong

Beruntungnya, bully-an yang ia terima tidak menyurutkan langkahnya untuk mengeyam pendidikan. Terkadang, untuk melepas penat, ia mengalihkan pikirannya dengan berbagai aktivias, salah satunya adalah menari.

Ia mengaku sudah jatuh cinta pada tarian seni Jaipong sejak kecil karena diajarkan langsung oleh ayahnya, Daman Sudirman. Oleh karena itu dia mencoba melestarikan budaya Indonesia di kampusnya dengan memperkenalkan tarian Jaipong.

“Dian juga sering tampil Jaipong di Taiwan saat acara festival dan sempat jadi guru les untuk seni tari Indonesia di Taiwan. Aku juara satu pas acara pencarian bakat tari Jaipong di Taiwan dan juara 1 acara seni di festival seni antar negara,” ujarnya.

Dian fokus mencari kegiatan yang positif usai menjalani kuliah. Ia kerap mengisi acara kampus dengan tarian Jaipong. Dan prestasinya tersebut mendapatkan reaksi positif dari kampusnya.

“Semester 2 Dian peringkat 3, semester 3, 4, 5 peringkat 2. Selanjutnya Dian kurang maksimal karena Dian izin operasi tiga bulan. Oiya, peringkat ini diambil dari penilaian peringkat seluruh mahasiswa Indonesia aja. Terakhir aku dapat penghargaan mahasiswa terbaik Indonesia,” imbuhnya.

Dian berhasil menyelesaikan program S-1-nya pada tanggal 1 Juli 2021. Rencananya, ia akan pergi ke Surabaya dan berkerja di sebuah yayasan yang memberangkatkan pekerja migran ke luar negeri dan menetap di yayasan tersebut.

Baca Juga: 7 Tips Memilih Jurusan Kuliah Bagi Kamu yang Masih Bingung Soal Minat dan Bakat

Semoga kisah ini dapat menjadi motivasi untuk kita semua. Dan ingat, meski banyak orang yang mengatakan bahwa mimpimu mustahil, percayalah mereka hanya tidak melihat apa yang kamu lihat. Sebab, pandangan mereka tidak sampai pada mimpi yang kamu bangun. Jangan berkecil hati jika mereka meremehkan mimpimu, ya. Buktikan saja sampai mereka bisa melihat apa yang kamu lihat sebenarnya.