Seruni.id – Ada yang berbeda dari laman pencarian utama Google hari ini, Rabu (14/9/2022). Google mengubah logonya sementara dengan menampilkan doodle pejuang kemerdekaan dan emansipasi wanita di Tanah Air, yakni Rasuna Said. Google doodle tersebut terpampang sebagai bentuk memperingati hari lahir Rasuna Said ke-112.
Rasuna Said dalam google doogle tersebut, ditampilkan dengan mengenakan kerudung di depan sebuah mikrophone. Mengapa mikrophone? Sebab, wanita dengan nama asli Hajjah Rangkayo Rasuna Said itu, merupakan pahlawan nasional yang dikenal pandai berpidato.
Melalui pidato-pidatonya yang menentang keras pemerintah kolonial Belanda, ia menjadi salah satu tokoh wanita yang disegani kala itu. Selain itu, ia juga kerap memperjuangkan hak-hak wanita melalui pandnagannya yang gigih dan luas. Tak heran jika dirinya kemudian menadapatkan julukan sebagai ‘Singa Betina’. Rasuna Said dikenal sebagai politisi dan orator yang andal. Bagaimana profil dan kisah perjuanganya? Mari simak ulasannya berikut ini:
Riwayat Hidup Serta Pendidikan Rasuna Said
Lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, pada 14 September 1910 silam. Rasuna Said merupakan putri dari seorang pengusaha dan tokoh yang disegani kala itu, yaitu Haji Muhammad Said. Tanah kelahirannya menjadi tempat Rasuna Said menghabiskan masa kecilnya. Di sana, ia menekuni pendidikan Al-Qur’an dan budaya Minang.
Ia menimba ilmu di Sekolah Dasar dan melanjutkan pendidikan ke Pesantran Ar-Rasyidiyah. Pada saat itu, pendidikan di pesantren mayoritas dipenuhi oleh laki-laki, sehingga ia menjadi satu-satunya santri perempuan di sana. Setelah lulus, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke School Putri di Padang Panjang.
Dikenal Sebagai Pejuang Hak-hak Wanita
Memajukan pendidikan kaum wanita, setidaknya itulah tekad yang dimiliki oleh seorang Rasuna Said. Hingga akhirnya ia sempat mengajar di Diniyah School Putri, tempat dimana dirinya pernah menempuh pendidikan. Namun, saat itu ia menyadari, bahwa untuk memajukan pendidikan kaum perempuan, tidak cukup hanya mendirikan sebuah sekolah saja, tapi juga dibutuhkan perjuangan politik.
Bahkan, ia sempat ingin memasukkan pendidikan politik di kurikulum sekolah Diniyah School Putri. Akan tetapi keinginannya justru ditolak. Akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti mengajar dan mulai berkecimpung di kancah politik untuk melanjutkan perjuangannya.
Perjuangan Politik Rasuna Said
Perjuangan politiknya dimulai dengan bergabung di Sarekat Rakyat sebagai sekretaris cabang. Rasuna Said juga bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia yang dahulu lebih dikenal dengan sebutan PERMI.
Kala itu, ia mendirikan sebuah sekolah bernama Thawalib di Padang, sekolah tersebut didirikan untuk para wanita muda sebelum memasuki jenjang pernikahan. Banyak sekali yang ia ajarkan pada wanita-wanita saat itu, mulai dari kursus keputrian hingga mengajarkan ilmu agama sebagai dasar kehidupan untuk wanita. Semua itu ia lakukan karena kepeduliannya terhadap sesama perempuan.
Bukan hanya mendirikan sekolah, Rasuna Said juga dikenal andal dalam hal berpidato melawan kolonial Belanda. Ia sangat mengecam pemerintahan Belanda. Aktivitasnya di bidang politik sangat meresahkan Belanda. Karena kepiawaiannya dalam berorasi, ia pun kerap dijuluki sebagai ‘laksana petir di siang hari’.
Kemudian, akibat pidatonya yang menyinggung Belanda, Rasuna akhirnya ditangkap dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang. Ia menjadi wanita pertama yang tercatat terkena hukum Speek Delict, yaitu hukum kolonial Belanda. Namun, hukuman tersebut tak membuat langkahnya goyah.
Salah satu pidatonya yang paling terkenal tajam dan menusuk yaitu, “Boleh anda menyebut Asia Raya karena anda menang perang, tapi Indonesia Raya pasti ada di sini,”. Orasi tersebut ia ucapkan tepat di depan para komandan militer Jepang. Karena kegigihan dan keberaniannya, Soekarno tidak segan mengajaknya untuk berorasi.
Bergerak di Bidang Pers
Bukan hanya piawai dalam berorasi, Rasuna Said juga berkecimpung di dunia jurnalistik. Bahkan, belia pernah menjadi salah satu pemimpin redaksi majalah “Menara Putri”. Melalui karya-karya jurnalistiknya, Rasuna Said memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam batas-batas keislaman dan memuat permasalahan yang dihadapi perempuan kala itu.
Semangat juangnya yang membara membuatnya dekat dengan sejumlah tokoh pergerakan nasional, salah satunya Soekarno. Hingga akhirnya Rasuna Said hijrah ke Jakarta dan menduduki posisi penting di pemerintahan. Setelah kemerdekaan, ia menjadi anggota DPR-RIS sebelum menjabat sebagai anggota DPA.
Merasakan Hidup dalam Tiga Zaman
Sosok wanita sekaligus pahlawan nasional ini, sempat merasakan hidup dalam tiga zaman. Ia berhasil menjalani kehidupan dari masa kolonial Belanda, Jepang, sampai revolusi kemerdekaan. Perempuan yang disebut ‘Srikandi Indonesia’ ini masih aktif dalam keanggotaan Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia.
Banyak sekali aktivitas yang ia lakukan sedari masih muda. Namun, ketika memasuki usia 55 tahun, tanpa disadari dirinya mengidap penyakit kanker payudara. Sampai akhirnya, ia mengembuskan napas terakhirnya pada Selasa, 2 November 1965 di Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Rasuna Said dianugerahi sebuah tanda Kehormatan Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan dan Satyalancana PerintisPergerakan Kemerdekaan. Pengusulan gelar pahlawan akhirnya disahkan pada tanggal 13 Desember 1974.
Baca Juga: 10 Sosok Pahlawan Perempuan Indonesia yang Harus Kamu Tahu!