Seruni.id – Sifat mustahil bagi Allah SWT adalah sifat-sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki oleh-Nya.
Seperti yang kita tahu selain sifat mustahil, Allah memiliki sifat wajib karena Dia merupakan zat yang Maha Sempurna.
20 Sifat Mustahil Bagi Allah
Sebagai penguasa alam semesta beserta isinya, mustahil bagi Allah untuk memiliki sifat yang mengingkari keagungannya tersebut.
Tak perlu lama-lama, kali ini Seruni akan membagikan artikel mengenai sifat mustahil bagi Allah yang berjumlah 20 beserta arti dan Arabnya. Mari simak ulasannya berikut ini:
1. Adam (ﻋَﺪَﻡْ) = Tiada
Sifat mustahil bagi Allah yang pertama adalah adam, yang memiliki arti tiada. Ini merupakan kebalikan dati sifat wujud.
Lantas, mengapa Allah mustahil memiliki sifat ini? Sebab, bumi, langit, dan seluruh isinya merupakan bukti keberadaan Allah SWT yang tak boleh kita ragukan.
Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Araf yang berbunyi,
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemanyam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al Araf: 54).
2. Huduts (ﺣُﺪُﻭْﺙْ) = Baru
Sifat mustahil bagi Allah yang kedua adalah huduts yang berarti ada yang mendahului. Sifat yang satu ini merupakan lawan kata dari qidam yang artinya tidak ada yang mendahului.
Tidak mungkin ada yang mendahului keberadaan Allah SWT. Sebab, hanya Dialah yang menciptkan alam semesta beserta isinya. Tentunya pencipta sudah pasti lebih dulu dari segala yang diciptakan-Nya.
“Dialah yang awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Hadid: 3).
3. Fana (ﻓَﻨَﺎﺀِ) = Berubah-ubah (akan binasa)
Fana memiliki arti binasa, tidak kekal, dan memiliki kesudahan. Sifat mustahil bagi Allah ini merupakan kebalikan dari sifat baqa yang berarti kekal.
Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini passti akan musnah saat waktunya tiba. Namun, tidak dengan Allah SWT.
4. Mumathalatuhu lilhawadith (ﻣُﻤَﺎﺛَﻠَﺘُﻪُ ﻟِﻠْﺤَﻮَﺍﺩِﺙ) = Menyerupai sesuatu
Sifat mustahil bagi Allah yang keempat adalah Mumatsalatuhu Lil Hawadits, yang artinya Allah serupa dengan makhluk-Nya. Allah mustahil serupa dengan makhluk yang ia ciptakan.
Sangat berbeda sekali, baik dari zat, sifat, maupun perbuatannya. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menyerupai Allah. Sebagaimana firman Allah berikut ini,
وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
“Wa lam yakul-lahu kufuwan ahad”
Artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya.” (QS. Al-Iklhas: 4)
5. Qiamuhu bighairih (ﻗِﻴَﺎﻣُﻪُ ﺑِﻐَﻴْﺮِﻩِ) = Berdiri-Nya dengan yang lain
Allah SWT tidak memerlukan yang lain, justru kita sebagai makhluk yang membutuhkan-Nya.
Sebab, Allah mampu mewujudkan dan mengatur segala secara sempurna tanpa bergantung pada siapa pun. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an,
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.” (QS. Al-Ankabut: 6).
“Dan katakanlah segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula bina yang memerlukan penolong dan angungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Isra: 111).
6. Ta’addud (ﺗَﻌَﺪُّﺩِ) = Lebih dari satu (berbilang)
Sifat mustahil bagi Allah yang sangat tidak mungkin dimiliki oleh-Nya adalah ta’adud, yang artinya lebih dari satu. Allah itu Maha Esa.
Tidak mungkin berjumlah lebih dari satu. Bahkan, Allah tidak memiliki sekutu, tidak beranak pun diperanakan. Bukti keesaan-Nya tertuang dalam kalimat syahadat dan juga ayat Al-Qur’an yang artinya,
“Katakanlah ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya’.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4).
“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya: 22).
“Dan Tuhamu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163).
7. Ajzun (ﻋَﺟْﺰٌ) = Lemah
Selain ta’adud, sifat mustahil bagi Allah yang tidak dimiliki adalah ajzun. Dalam Al-Qur’an dijelaskan,
“Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 20).
8. Karahah (ﻛَﺮَﺍﻫَﻪْ) = Tidak berkemauan (terpaksa)
Kaharah yang berarti terpaksa merupakan salah satu sifat mustahil bagi Allah. Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Tidak ada satu pun yang bisa melawan atau menandingi kehendak-Nya. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an,
“Sesungguhnya keadaan-Nya abalia Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya; ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (QS. Yasiin: 82).
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107).
9. Jahlun (ﺟَﻬْﻞٌ) = Bodoh
Sifat mustahil bagi Allah yang berikut ini memiliki arti tidak mengetahui atau bodoh. Ini kebalikan dari ‘ilmun yang artinya mengetahui. Allah mengetahui atas segala sesuatu baik yang tampak maupun tidak.
10. Al Maut (ﺍَﻟْﻤَﻮْﺕ) = Mati
Al Maut artinya adalah mati. Namun, Allah SWT bersifat kekal alias tidak akan pernah mati. Sebab, Dialah yang mengurus makhluk hidup tanpa rasa lelah dan letih. Sifat mustahil bagi Allah ini telah dijelskan di dalam surat Al Baqarah ayat 255 yang artinya,
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
11. Shummum (ﺍﻟصُمُّمْ) = Tuli
Sifat mushtahil bagi Allah yang satu ini artinya adalah tuli atau tidak mendengar. Shamamun merupakan sifat mustahil bagi Allah, karena Allah mendengar segala yang diucapkan oleh hamba-Nya, baik yang dikatakan secara terang-terangan maupun yang disembunyikan.
12. Al-Umyu (ﺍﻟْﻌُﻤْﻲُ) = Buta
Selain tidak tuli Allah pun tidak buta. Dia Maha Melihat Segala Sesuatu. Tidak sekecil pun yang luput dari penglihatan-Nya.
“Dan Allah Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujurat: 18).
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-syuro: 11).
13. Al-Bukmu ُ(ﺍﻟْﺑُﻜْﻢ) = Bisu
Al-Bukmu artinya bisu. Mustahil bagi Allah memiliki sifat bisu. Namun sebaliknya, Allah memiliki sifat kalam yang artinya beriman. Jika Allah bisu, tidak mungkin Allah menurunkan wahyu kepada para Nabi. Sebagaimana Allah berfirman,
وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوۡسٰى تَكۡلِيۡمًا…..
“…Wa kallamullaahu Muusaa Taklimaa.”
Artinya: “…Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.” (QS. An-Nisa: 164)
14. Ajzan (ﻋَﺎﺟِﺰًﺍ) = Keadaan-Nya yang lemah
Sifat mustahil bagi Allah berikutnya adalah ajzan yang berarti lemah. Allah mustahil bersifat ajzan. Sebab, Allah Maha Berkuasa atas segalanya. Sehingga sangat tidak mungkin jika Allah itu lemah. Segala sesuatu yang terjadi itu atas kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah pun tidak memerlukan bantuan siapa pun. Jadi, Allah mustahil memiliki sifat ini.
15. Mukrahan (مُكْرَهًا) = Keadaan-Nya yang tidak menentukan (terpaksa)
Allah SWT bukanlah dzat yang terpaksa. Dia Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Hanya berfirman “kun fa yakun”, maka terjadilah apa yang dikehendaki-Nya.
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107).
16. Jahilan (ﺟَﺎﻫِﻼً) = Keadaan-Nya yang bodoh
Jahilan artinya yang maha bodoh. Sedang, Allah tidak mungkin memiliki sifat ini. Allah itu Maha Mengetahui, semua ilmu itu bersumber dari Allah SWT.
17. Mayyitan ( َََﻣَﻴِّتا) = Keadaan-Nya yang mati
Mayyitan atau dzat yang mati, merupakan sifat mustahil bagi Allah yang berikutnya. Karena Allah itu kekal, tidak mati, musnah, dan tidak bisana. Bahkan, Allah tidak pernah tdur. Selalu mengawasi segala yang dilakukan oleh hamba-Nya.
18. Ashamma (ﺃَﺻَﻢَّ) = Keadaan-Nya yang tuli
Ashamma memiliki arti yang maha tuli. Ini juga merupakan sifat mustahil bagi Allah, karena Allah Maha mendengar bahkan yang paling tersembunyi sekali pun. Allah mendengarkan apa yang tidak kita dengar. Maka, tidak mungkin jika Allah memiliki sifat ini.
19. A’maa (ﺃَﻋْﻤَﻰ) = Keadaan-Nya yang buta
Sifat mustahil yang berikutnya adalah a’maa atau yang maha buta. Allah tidak mungkin bersifat a’maa. Allah Maha Melihat, melihat semua ciptaan-Nya, tanpa terkecuali. Bahkan, Allah dapat melihat apa yang tersembunyi di dalam hati hamba-Nya.
20. Abkama (ﺃَﺑْﻜَﻢْ) = Keadaan-Nya yang bisu
Dan sifat mustahil bagi Allah yang terakhir adalah abkama, yang artinya keadaan yang bisu dan tidak bisa berbicara. Allah sangat mustahil memiliki sifat abkama. Allah justru memiliki sifat mutakalliman atau Maha Berfirman. Jika Allah bisu, tidaklah mungkin ada kitab yang diwahuyukan kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
20 Sifat Wajib Bagi Allah
Telah seruni bahas mengenai sifat mustahil bagi Allah. Nah, sekarang Seruni juga ingin membahas mengenai sifat wajib bagi Allah yang berjumlah 20.
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mendalami ilmu tauhid yang akan membuat kecintaan kepada Allah SWT semakin bertambah.
Di mana ilmu tersebut nantinya juga bisa diterapkan kepada anak-anak. Salah satu yang harus kita ketahui adalah mengenai sifat wajib bagi Allah SWT.
Menurut para ulama, Allah banyak memiliki sifat-sifat waib, itu karena Allah Maha Sempurna. Namun, berdasarkan dalil-dalil, sifat yang wajib diketahui berjumlah 20.
Berikut Seruni telah merangkum sifat wajib bagi Allah, dalam bahasa Arabnya dan artinya.
1. Wujud (ﻭُﺟُﻮْﺩ) = Ada
Sifat wajib bagi Allah yang pertama adalah wujud, yang berarti ada. Allah merupakan dzat yang sudah pasti ada dan Dia berdiri sendiri, dan tidak diciptakan oleh siapa pun.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat As Sajdah ayat 4 yang artinya,
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antanya keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemanyam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
2. Qidam (ﻗِﺪَﻡْ) = Terdahulu
Sifat wajib bagi Allah selanjutnya adalah qidam. Qidam berarti terdahulu atau awal. Allah SWT telah ada terlebih dahulu jauh sebelum apa pun yang diciptakan oleh-Nya. Sifat wajib bagi Allah ini tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat tiga yang berbunyi sebagai berikut,
هُوَ ٱلْأَوَّلُ وَٱلْءَاخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: “Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid: 3)
3. Baqa'(ﺑَﻘَﺎﺀِ) = Kekal
Baqa’ artinya kekal. Dalam hal ini berarti Allah SWT Maha Kekal. Yang dimaksud dengan kekal ini adalah Allah tidak akan bisa punah, binasa, atau mati. Adapun dalil yang menerangkan mengenai sifat wajib bagi Allah yang satu ini, sebagai berikut,
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar- Rahman: 26-27).
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qasas: 88).
4. Mukholafatul Lilhawaditsi (ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ) = Berbeda dengan Makhluk-Nya
Karena Allah SWT adalah yang menciptakan manusia, bumi, dan seisinya, maka Allah SWT sudah pasti jauh berbeda dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Tidak ada satu pun yang mampu sebanding dengan-Nya dan mampu menyerupai keagungan-Nya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an,
“Tidak ada satu pun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS Asy-Syura: 11).
5. Qiyamuhu Binafsihi (ﻗِﻴَﺎﻣُﻪُ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ) = Berdiri Sendiri
Sifat wajib bagi Allah SWT yang berikutnya adalah Qiyamuhu Binafsihi, yang artinya berdiri sendiri. Dalam hal ini maka, Allah SWT tidak bergantung atau membutuhkan bantuan dari siapa pun. Berikut ayat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Allah SWT yang berdiri sendiri,
“Dan katakanlah segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Isra: 111).
6. Wahdaniyah (ﻭَﺣْﺪَﺍﻧِﻴَﺔِ) = Esa atau Satu
Sifat wajib bagi Allah yang harus kita ketahui berikutnya adalah Wahdaniyah yang artinya esa atau satu. Seperti yang kita tahu, Allah hanya ada satu di dunia ini, maka dari itu Dia memiliki sifat ini.
Allah SWT bersifat tunggal, karena memang tidak memiliki sekutu. Sifat wajib bagi Allah ini tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas ayat 1 yang berbunyi,
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Artinya: “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa’.” (QS. Al-Ikhlas: 1)
7. Qudrat (ﻗُﺪْﺭَﺓِ) = Kuasa
Sebagai pencipta langi dan bumi serta seluruh isinya, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada satu makhluk pun yang dapat menandingi kekuasaan-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang artinya,
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah: 20).
8. Iradat (ﺇِﺭَﺍﺩَﺓِ) = Berkehendak
Sifat wajib bagi Allah SWT selanjutnya, yakni iradat yang berarti berkehendak. Apabila Allah sudah berkehendak atas sesuatu hal, maka tidak ada yang bisa menghalangi kehendak tersebut.
Sifat wajib bagi Allah yang satu ini, juga tertulis dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 107 dan surat Yasin ayat 82 yang berbunyi,
خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ
Artinya: “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107).
إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
Artinya: “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82).
9. Ilmu (ﻋِﻠْﻢٌ) = Mengetahui
Allah SWT Maha Mengetahui atas segala sesuatu, baik itu yang tampak maupun tidak. Sebagaimana yang telah Allah firmankan,
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf: 16).
10. Hayat (ﺣَﻴَﺎﺓْ) = Hidup
Hayat memiliki arti Maha Hidup. Adapun sifat wajib bagi Allah yang satu ini, maksudnya adalah Allah SWT merupakan makhluk yang kekal dan hidup selamanya. Sebagaimana yang telah dituliskan dalam Al-Qur’an berikut ini,
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendai-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi dan Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255).
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Furqon: 58).
11. Sama’ (ﺳَﻤَﻊْ) = Mendengar
Sam’un adalah salah satu sifat wajib bagi Allah yang berarti Maha Mendengar. Allah adalah dzat Yang Maha Mendengar segala sesuatu yang ada di dunia ini. Baik suara yang terdengar dan diucapkan secara lisan, maupun ucapan yang tersimpan di dalam hati. Sifat ini sudah tertulis dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 11 dan surat Al-Maidah ayat 76 yang berbunyi,
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ أَزْوَٰجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: “(Dia) Pencipta langgit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا ۚ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Artinya: “Katakanlah: ‘Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?’ Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 76).
12. Basar (ﺑَﺼَﺮ) = Melihat
Sifat wajib bagi Allah yang patut kita ketahui selanjutnya adalah Basar, yang artinya Maha Melihat.
Maksudnya, pandangan dan penglihatan Allah SWT tidak terbatas sama sekali. Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an berikut,
اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ
“Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujarat: 18).
وَمَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ وَتَثْبِيْتًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۢ بِرَبْوَةٍ اَصَابَهَا وَابِلٌ فَاٰتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَيْنِۚ فَاِنْ لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
“Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari rida Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 265).
13. Kalam (ﻛَﻼَ ﻡْ) Artinya Berbicara
Sifat wajib bagi Allah selanjutnya adalah Qalam yang artinya firman atau berbicara. Allah SWT dapat berbicara dan berkata secara sempurna tanpa bantuan apa pun.
Sifat Kalam pada Allah SWT tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 143 dan surat An-Nisa ayat 164 yang berbunyi sebagai berikut,
وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ
Artinya: “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentuakan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya.” (QS. Al-A’raf: 143).
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. An-Nisa: 164).
14. Qaadiran (ﻗَﺎﺩِﺭًﺍ) = Keadaan-Nya yang Berkuasa
Sifat wajib bagi Allah yang berikut ini memiliki arti berkuasa. Dalam hal ini berarti segala hal atau kejadian di dunia ini merupakan kuasa-Nya. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an, yaitu:
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ ۙ وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
“Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20).
15. Muridan (ﻣُﺮِﻳْﺪًﺍ) = Keadaan-Nya yang Berkehendak Menentukan
Apabila Allah sudah menakdirkan sesuatu, tidak ada satupun yang dapat mencegahnya.
خٰلِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ اِلَّا مَا شَاۤءَ رَبُّكَۗ اِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhamu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107).
16. ‘Aliman (ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ) = Keadaan-Nya yang Mengetahui
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Tidak peduli apakah hal itu ditampakkan secara langsung pun disembunyikan. I
ni merupakan sifat wajib bagi Allah yang disebutk sebagai ‘Aliman. Dengan sifat yang satu ini, tidak ada satu pun makhluk yang dapat menandingi pengetahuan Allah SWT.
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah: “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 176)
17. Hayyan ( ﺣَﻴًّﺎ) = Kedaan-Nya yang Hidup
Allah tidak pernah tidur, tidak lengah, apalagi mati. Sebab, Allah memiliki sifat Hayyan yang berarti Maha Hidup. Sifat wajib bagi Allah yang satu ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 58 yang berbunyi,
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا
Artinya: “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Furqan: 58).
18. Sami’an ( ﺳَﻤِﻴْﻌًﺎ) = Keadaan-Nya yang Mendengar
Sifat wajib bagi Allah berikutnya adalah Sami’an yang memiliki arti Maha Mendengar.
Allah akan selalu mendengar pembicaraan, permintaan, pun doa dari hamba-Nya. Adapun dalil yang menerangkan tentang sifat wajib bagi Allah yang satu ini yakni,
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-Baqarah: 256).
19. Bashiran (ﺑَﺼِﻴْﺭًﺍ) = Maha Melihat
Allah tak pernah lelah mengawasi hamba-hamba-Nya setiap saat. Tak ada satu pun yang luput dari pandangan-Nya. Sebab, Allah SWT memiliki sifat bashiran yang berarti Maha Melihat. Sifat wajib bagi Allah ini tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 18 yang berbunyi.
إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujurat: 18).
20. Mutakkaliman (ﻣُﺘَﻜَﻠِّﻤًﺎ) = Yang Maha Berfirman
Sifat wajib bagi Allah yang terakhir adalah Mutakkaliman, yang artinya Maha Berfirman atau berkata-kata. Firman Allah telah terwujud di dalam kitab-kitab suci. Berikut dalam Al-Qur’an yang menerangkan tentang sifat ini,
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۗوَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ
“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya, dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa Allah telah berfirman secara langsung.” (QS. An-Nisa: 164).
Baca Juga: Makna dan Hakikat di Balik Kalimat Allahu Akbar Serta Contoh Kaligrafi
Demikianlah 20 sifat mustahil bagi Allah dan 20 sifat wajib bagi Allah beserta artinya. Semoga dengan mengetahui informasi ini, dapat menambah keyakinan kita terhadap kebesaran Allah SWT, sehingga bisa menjadi cara meningkatkan iman dan taqwa. Semoga bermanfaat.