Desa Kweden yang sebelumnya “nol-buku”, namun saat ini sudah disulap menjadi “kaya buku” berkat hadirnya taman baca Pinarak Moco!. Dengan bekal antusiasme warga dan lahan kosong yang biasa dipakai untuk pengajian ini, taman baca tersebut resmi didirikan pada tanggal 28 Mei 2016 tepatnya di Dusun Pandansili, Desa Kweden, Kabupaten Nganjuk.
Anisah Fathiroh serta beberapa rekannya memilih nama “Pinarak Moco!” untuk taman baca ini lantaran kebiasaan orang-orang memakai Bahasa Jawa. Mereka menentukan nama “Pinarak Moco!” supaya setiap orang merasa “diajak” untuk membaca di sana. Pinarak adalah Bahasa Jawa krama dari ajakan silahkan atau monggo, dan “Moco” merupakan Bahasa Jawa dari membaca. Dengan slogan “amargi maos niku sae” yang berarti “karena membaca itu bagus”, mereka menginginkan taman baca ini tidak hanya jadi tempat dimana mereka membaca serta menyewa buku, tetapi juga menjadi fasilitas mereka untuk berkarya.
Taman Baca Pinarak Moco! mempunyai kegiatan seru seperti Story Telling setiap dua minggu sekali supaya muncul kemauan untuk membaca dari anak-anak karena menumbuhkan minat baca pada anak-anak sedikit susah. Story Telling ini dapat diperuntukkan bagi anak-anak yang mau menceritakan buku kegemaran mereka dan melatih kepercayaan diri serta memberikan suatu pengalaman baru dalam berliterasi.
Taman baca ini adalah suatu kegiatan yang berangkat dari keinginan Anisah Fathiroh serta kawan-kawannya yang gemar membaca untuk mendorong minat membaca anak-anak Desa Kweden. Para tim pembuat Pinarak Moco! yakin kalau banyak keajaiban yang terdapat dalam suatu buku. Sebuah buku yang bagus dapat membuat sang pembaca mulai berpikir, memahami kembali apa yang sudah mereka baca. Dari membaca buku tersebut, sang pembaca akan tergerak untuk mengubah dunia. Mereka yakin kalau para pembaca-pembaca buku ini akan mulai membangun sebagian mimpi mereka serta ingin berperan untuk negara.
Desa Kweden merupakan desa kecil yang berada 20 Kilometer dari Kabupaten Nganjuk. Desa kecil ini ditempati oleh orang-orang yang sederhana serta rendah hati. Tetapi, kesejahteraan desa ini belum terpenuhi. Rumah-rumah yang ada di desa ini masih banyak yang memakai tanah maupun semen. Masih sedikit ditemukan beberapa tempat tinggal yang memakai lantai. Kamar mandi yang layak juga jarang ditemukan di sini. Umumnya orang lebih memilih mandi di sungai. Kapasitas elektrik di sini juga masihlah sangat kecil.
Satu-satunya sekolah yang ada di desa itu yaitu Sekolah Dasar Kweden. Tetapi, Sekolah Dasar Kweden ini tidak mempunyai suatu “wadah” untuk membaca. Anak-anak ini hanya disajikan buku-buku pelajaran yang cenderung ringkas, padat, serta instan. Di setiap kelas di Sekolah Dasar Kweden diisi kurang lebih 16-17 murid. Ditambah lagi, selepas lulus dari bangku Sekolah Dasar, Karena jarak Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat jauh serta memakan waktu yang cukup lama untuk pergi ke SMP, banyak anak yang memilih untuk tidak meneruskan ke SMP.
Diharapkan dengan adanya taman baca ini, akan ada calon-calon penerus bangsa dari Desa Kweden yang berguna untuk nusa serta bangsa kita.
Baca juga: ICONIC 2016 Mendatang Untuk Industri Indonesia Yang Lebih Baik