Valentine’s Day Cinta atau Nista?

Gambar Via: youtube.com

Seruni.id – Valentine’s day selalu menjadi ajang anak muda di seluruh dunia termasuk indonesia untuk dirayakan sebagai hari kasih sayang. Menjadi pertanyaan besar seharusnya bagi kita generasi muslim untuk perayaan tersebut. Perayaan tersebut berasal dari budaya eropa yg tidak terkait sama sekali dengan islam, lalu bagaimana hukum kita ikut perayaan tersebut? Simak penjelasan Ustadz Fatih Karim dalam rubik Kata UFK berikut ini!

Image result for valentines day in islam
Gamabr Via: dar-alifta.org

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, alhamdulillah bertemu lagi dalam rubik Kata UFK, yang memang saya persembahkan untuk semua kaum Muslimin di manapun berada, untuk menyikapi isu-isu terbaru dalam pandangan Islam. Mudah-mudahan lidah saya, hati saya dibimbing dalam kebenaran dan kita semua dilembutkan hatinya dalam kebaikan,” ujar Ust. Fatih Karim mengawali pembicaraan santainya pagi itu.

“Memang setiap tanggal 14 Februari, bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia, dijadikan tanggal kasih sayang, hari cinta. Hari yang secara sejarah merupakan hari yang diambil momennya, cinta dijadikan tanggal tertentu. Saya sebenarnya sedih (akan hal ini), karena sayang banget kalau hari cinta (hanya ada) setahun sekali. Kalau saya sih hampir setiap detik ada cinta,”

Baca Juga: “Ayah, Saya Sudah Pindah Agama (Menjadi Seorang Muslim)”

“Dan hari kasih sayang itu sekarang bukan hanya dimaknai dengan sekadar tukeran cokelat, tapi setelah Valentine’s Day, selalu ada yang namanya pesta seks. Di mana penjualan kondom meningkat hingga 300 persen di tahun lalu, dan hotel-hotel pun full booked. Pertanyaan saya adalah ini cinta apa nista?”

“Karena kalau cinta gak mungkin nista. Kalau laki-laki baik gak akan mau orang yang dia cintai dijebloskan ke neraka. Dia pasti (memilih) tanggung jawab dengan pernikahan. Jadi kalau nista sudah pasti bukan cinta. Anehnya, Valentine justru dijadikan budaya, dijadikan peradaban, seakan-akan masuk peradaban baru yang dinamakan liberalisme,”

“Liberalisme mengajarkan pada kita anak-anak muda Islam bahwa pasangan muda-mudi tidak harus menikah. Tapi mereka bisa lakukan apa saja, di mana saja, kepada siapa saja. Dan (lagi-lagi) tanggal itu dijadikan momennya. Secara sejarah ini memang hal yang buruk dan tidak ada kaitannya dengan Islam sedikit pun. Melainkan dari budaya pagan,”

“Di mana dari sisi fakta pun ini sangat tidak sesuai fitrah. Seperti yang tadi saya katakan. Cinta tuh setiap detik setiap hari. Setiap hari ya hari Ibu, setiap hari ya hari Bapak, setiap hari ya hari cinta, kasih sayang,”

“Dan yang kedua ternyata Valenine ini dimaknai sebagai hari nista. Bahkan, bukan sekadar bebas, tapi sudah menjadi budaya bebas. Levelnya sekarang bukan pacaran lagi, tapi apa? LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender). Jadi bukan lagi sekadar pacaran, tapi sudah melakukan hubungan sejenis,”

“Dan hati-hati, karena LGBT terus dikampanyekan, maka lama-kelamaan menjadi biasa. Seperti yang Hitler katakan, “Kebenaran adalah kesalahan yang diulang-ulang,” Jadi pacaran itu ‘kan gak benar sebenarnya, tapi karena diulang-ulang dan menjadi budaya, sekarang orangtua kalau anaknya gak pacaran gimana? Sedih,”

“Padahal pacaran itu tercela dalam Islam, karena dia menjadi aktivitas yang mendekati kepada perzinahan. Jadi sekali lagi, Valentine bukan sekadar seks bebas, dia membawa pesan peradaban liberalisme, yakni bebas beragama, bebas bertingkah laku, bebas bersikap, bebas berbudaya, bebas melakukan apa pun. Sangat bertolak belakang dengan prinsip Islam. Kalau liberalisme serba bebas, Islam terikat dengan hukum syariah,”

Lantas, mengapa kita harus mengampanyekan tentang haramnya Valentine’s Day?

“Karena teman-teman semua harus bantu, jadi bukan hanya saya dan tim, tapi seluruh kaum Muslimin harus mengampanyekan. Karena pacaran ini yang pertama, dia mendatangkan kenistaan, dia mendatangkan kemurkaan Allah, dan dia mendatangkan kesengsaraan,”

“Gak ada orang pacaran tuh bahagia. Kelihatannya doang bahagia. Pacaran itu tidak akan mendatangkan kebahagiaan, karena yang dinikmati hanya fisik semata. Kenapa kita harus terus mengampanyekan? Karena ini bagian dari syiar, bagian dari penyelamatan,”

“Dan saat yang diingatkan berkata jangan campuri hidupnya, memang ini hidupnya, urusannya, tapi saat Allah mendatangkan azab? Kita juga kena. Gara-gara satu orang, semua kena dampaknya. Pertama azab Allah, lama-lama akan kita anggap biasa, dan anak, istri, suami, orangtua ikut seperti itu. Kalau memang mau berbuat demikian, cari tempat selain bumi, karena selama melakukannya di bumi, akan membuat kerusakan pula di bumi. Itu peradaban yang merusak!”

Bagaimana kalau yang ingin mengampanyekan takut dijauhi kerabat, atau disebut radikal?

“Tidak akan mungkin kita bisa memuaskan semua orang, karena kita bukan alat pemuas. Jadi, jangan dengar maunya orang, ingat, maunya Allah saja. Jadi cari apa yang Allah sukai, karena jika Allah sudah tidak menyukai Anda, maka akan sangat bahaya untuk Anda,”

Pesan terakhir untuk yang masih ragu, mengikuti Valentine’s Day atau tidak, apa Ustadz?

“Begini, sekali lagi saya ingatkan, jangan sampaikan saat kita sedang melakukan kemaksiatan, mati (nyawa kita dicabut saat melakukan maksiat). Saya gak bisa ngomong apa-apa, saya sayang sama teman-teman semua. Jadi, jangan sampai nanti malam Valentine, kita melakukan sesuatu, ajal datang,”

“Pikir baik-baik, lagi melakukan aktivitas perzinahan, tiba-tiba ajal datang. Rajin salat, rajin tahajud, tapi matinya lagi begitu (melakukan maksiat). Makanya dalam Islam, saat kita tidak pacaran, tidak Valentine, Islam memberikan solusi, jadi cinta tidak dibunuh dalam Islam. Jatuh cinta itu boleh, orang cinta itu dari Allah kok,” tutup Ustadz Fatih Karim dengan mengucapkan salam.

Semoga, setelah membaca artikel ini, dan menyaksikan langsung videonya di atas, saya, kamu, dia, kita semua tidak lagi terjebak dalam budaya barat yang merusak akhlak. Aamiin.

Jangan malu untuk berubah lebih baik, jangan takut kehilangan ruang lingkup saat kamu ingin beranjak dari hal yang keliru. Sebab, Allah pasti akan berikan ruang, teman, dan semua hal yang lebih baik, untuk kamu yang semangat terus memperbaiki diri, dan semakin mendekatkan diri pada Allah SWT. Semangat!