Seruni.id – Tak ada satupun orang yang mau hidup dalam keterbatasan fisik, kita tentunya menginginkan hidup yang ‘sempurna’. Namun, kita juga tidak bisa menolak segala yang telah diberikanNya. Sebisa mungkin, harus bisa menerima, meski ‘berbeda’ dengan yang lainnya. Seperti hafidzah bermana Eman Abu Sabha yang terlahir dengan fisik yang kurang sempurna membuat dirinya harus beraktivitas di atas kursi roda.
Meskipun hidup dalam keterbatasan fisik, namun ia memiliki sebuah prinsip yang sangat bijak yakni, “Tidak ada kehidupan dengan putus asa dan tidak ada putus asa dengan kehidupan”. Dengan prinsipnya itu, ia rela mewaqafkan hidup dan matinya demi Alquran. Bahkan, sejak 9 tahun yang lalu di Masjid Khalid bin Walid kota Khan Younes di Jalur Gaza Selatan, ia telah berhasil mencetak calon-calon hafidzah.
Sakit Sejak Kecil
Eman Abu Sabha bercerita, bahwa ia telah menderita cacat sejak kecil. Saat itu, dia terjatuh ke lantai dan menyebabkan tulangnya patah. Akibat penyakitnya itu, dia harus rela tidak mendapatkan pendidikan selayaknya anak-anak lain. “Saya menderita cacat dan mengalami masalah pertumbuhan sejak kecil. Tulang saya patah karena jatuh ke lantai. Dokter berkata saya tidak dapat disembuhkan. Menurut mereka saya kekurangan calcium dan mengalami kelainan tulang, ” ceritanya.
“Akibat penyakit ini, saya tak dapat mengikuti pendidikan layaknya anak-anak lain padahal saya bercita-cita menjadi wartawan, namun Allah justru memuliakan saya dengan menghafal Alquran di Masjid Khalid bin Walid yang berdiri di sebelah rumah,’’ tambahnya.
Telah Menghafal Alquran
Meskipun hidup dalam keterbatasan fisik, namun dirinya sudah mulai menghafal Alquran sejak 2008 lalu dan berhasil mengkhatamkannya dalam waktu singkat, yakni hanya satu tahun. “Atas izin Allah saya menghafal Al-Qur’an tahun 2008 sampai 2009. Hal ini tek lepas dari dukungan orangtua dan saudara-saudara saya.”
“Sebaik-baiknya kamu adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya,” hadist yang mungkin sudah sering kita dengar ini, menjadi sebuah landasan atau alasan Abu Sabha dalam mewaqafkan dirinya demi kalamullah.
Wanita 33 tahun silam ini pernah mengikuti perlombaan tahfidz dan berhasil meraih juara satu. Selepas perlombaan tersebut, Kementertian Wakaf Palestina mengangkatnya sebagai guru di Masjid Khalid bin Walid, dan atas izin Allah, ia berhasil mencetak tiga hafidzah.
Di tengah keterbatasan fisiknya, selain berdakwah dan mengajarkan tentang Alquran pada anak-anak Palestina, ia juga memiliki Cahnnel YouTube. Dengan Chennel yang ia bangun itu, dia berharap dapat menyampaikan pesan-pesan kepada netizen bahwa tidak ada kehidupan dengan putus asa dan tidak ada putus asa dengan kehidupan, bahwa Alquran akan mengangkat drajat siapapun yang menjadikannya landasan hidup.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
“Ayah, Ajari Aku Mencintai Alquran”
[/su_box]
Perlu diketahui, Jalur Gaza telah menghadapi blokade oleh Israel sejak Hamas memenangkan pemilu 13 tahun silam. Tak hanya itu, Gaza juga menghadapi 3 perang besar yang menghilangkan ratusan nyawa dan membuat ribuan lainnya luka-luka. Sebagian dari korban perang menderita cacat seumur hidup.
Biro Statistik Pusat Palestina mengatakan bahwa jumlah warga Gaza yang menderita cacat mencapai 127,962 jiwa atau sekitar 6.8% dari seluruh penduduk Gaza. Penderita cacat di Gaza juga tidak mendapatkan perawatan medis memadai. Disaat yang sama mereka dilarang berobat ke luar wiayah Gaza.