Aku akan mengingatnya sebagai kamu. Pada hari yang sulit dilupa. Pada saat dada tak sempat kabarkan rasa. Kau hadir sebagai tanya, akankah menjadi debar atau sabar yang musti tumbuh pada ilalang kalbu.
Dan itu adalah hari yang gamang, saat pikiranku mengembara dari ufuk ke ufuk, lalu perasaanku mengembara dari sungai ke sungai, hantarkan deras air mata menuju gagap kata.
Saat itulah: aku menuju kamu, dengan doa sebagai sampannya.
Aku berdoa, Denganmu, aku ingin menikmati senja bermula pagi sampai Tuhan tak lagi ciptakan hari.
Maka biarlah lalu lalang kota berhenti sejenak mengenang pertemuan kita. Saat penjaga malam tak tahu harus apa, melihat wanita bagai bunga sedang menunggu seorang pria. Dan pohon-pohon di taman kota semua takzim dalam sebuah drama.
Denganmu, aku jalani hari. Seperti daun kepada ranting, penuh percaya akan terjaga sampai akhirnya angin datang menggugurkan.
Denganmu, aku berdoa. Pada jarak tak berjejak, aku hikmat, semoga denganmu aku kelak. Semua berjalan malu-malu, dan kita anggap sebagai sebuah bagian yang perlu.
Denganmu, aku biarkan hujan turun tanpa ragu. Mengawali gerimis atau mengakhiri dengan pelangi manis. Dan biarkan burung-burung bercanda bernyanyi pada aku yang sepi dan kamu yang sunyi. Memecah sunyi kita yang malu mengawali bunyi. Selanjutnya, biarkan pohon meneduhkan burung itu bersenandung lirih. Karena berteduh hanyalah merekam peristiwa, dan cinta yang menetukan arah selanjutnya
Denganmu, aku tahu jalan menuju surga. Pada sepetak tanah yang akan dibangun istana kita. Kita akan bermanja pada dipan kayu berusia muda.
Denganmu, aku menangis tanpa air mata. Seperti api yang bersedih pada sebatang korek. Hidupnya adalah matinya.
Denganmu aku menggarami luka seperti seperti seorang istri memberi kaldu pada sayur untuk makan suaminya. Segala duka adalah gembira. Berbagi cerita adalah surga. Apalagi luka, denganmu, hanyalah lambaian angin senja.
Denganmu, aku menulis puisi, sampai aku mengerti bahwa tulisanku hanyalah menjadi arti, berbentuk puisi, bahkan bisa kupahami, kecuali denganmu.
Denganmu, aku ingin mencintai tanpa alasan tanpa batas. Karena alasan adalah binatang buas, yang sewaktu waktu bisa menerkam untuk tidak denganmu.
Denganmu, aku berselimut angin berpakaian ingin .
Dalam doaku: selalu kamu
Adakah yang lebih panas dari api neraka selain menunggu. Adakah yang menggoda mata selain menatapmu, semua debu menjadi laut biru. Yang luas dan lapang pada keindahan tak berbatas.
Dan denganmu, biarlah aku menikmati hari tua, kiranya nafasku bersisa satu hela. Telah kutitipkan pada rahib tua, satu nafasku untuk hidupmu.
Denganmu, aku selalu bermula.
Dan cerita ini enggan selesai.
Pada hari yang biasa, aku telah selesai berdoa. Baiknya aku hampiri dia.
karya: IjonkMuhammad