MENEMUKAN jodoh memang bukan hal yang mudah. Flirting, berkencan, kemudian menikah dan hidup bersama terdengar simpel bukan? Jangan salah, ada banyak hal yang bisa membuat Anda terlena sehingga terjebak pada orang yang tidak tepat.
Pertanyaan agar Anda menikah tak dengan orang yang salah adalah kegalauan yang umum dirasakan pasangan menikah, dan itu normal. Bisa muncul bahkan di bulan-bulan pertama hingga tahunan kemudian.
“Cepat atau lambat, akan ada waktunya di setiap hubungan ketika Anda berbaring di tempat tidur, bercinta, mendapati seseorang yang ada di sisimu dan berpikir bahwa ini semua kesalahan yang mengerikan,” ujar Terrence Real, terapis keluarga di Boston, Amerika.
Hal yang menyebabkan timbulnya perasaan negatif tersebut adalah romantisme dari pernikahan itu sendiri. Konsepsi tentang pernikahan ala Cinderella yang melahirkan ide tentang “the one” yang hanya ada satu untuk setiap dari kita. Sehingga ketika menjumpai ketidakbahagiaan di dalam pernikahan, pasanganlah yang sepatutnya dipersalahkan. Karena dia mungkin bukan “the one”-nya kita yang akan bisa membuat bahagia?
Well, di kehidupan nyata, menikah berarti menemukan banyak realita, terutama tentang pasangan. Kekasih yang kita cintai karena pintar dan baik, ternyata hanya penggila game online atau penggila bola.
“Ketergila-gilaan pada akhirnya memudar pada setiap orang,” kata Meinecke, penulis buku Everybody Marries the Wrong Person. “Anda lalu jadi fokus pada apa kesalahan mereka. Mereka harus mengerti tentang hal-hal apa saja yang harus diubah (untuk bisa membahagiakan Anda),” imbuhnya.
Seiring perkembangan keilmuan psikologi, Meinecke mengemukakan paradigma baru tentang konsepsi pernikahan. Dia menyebutnya “pasangan yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri”.
“Ketika Anda mulai fokus pada hal-hal yang jelek, waktunya untuk mengganti arah fokus. Daripada melihat orang lain, Anda harus melihat pada diri sendiri dan bertanya, ‘kenapa saya jadi begitu tidak bahagia dan apa yang harus saya lakukan?’” papar Meinecke.
Meinecke menjelaskan, bahwa di percintaan yang dewasa, seseorang tidak lagi melihat pasangan sebagai pihak yang bertanggungjawab membuatnya bahagia, jadi kita pun tidak bisa menyalahkan pasangan saat merasa tidak bahagia.
“Kita mengambil alih tanggungjawab untuk segala harapan yang kita junjung, untuk segala reaksi negatif, rasa tidak aman, dan untuk saat-saat emosi tergelap kita,” bilang Meinecke.
Terrence Real menyebutkan bahwa sejak hari pertama menikah, seseorang harus mengetahui bahwa itulah waktunya untuk menjadi dewasa dan bukan lagi proses untuk mencari tahu apakah pasangan adalah orang yang tepat atau tidak.
Ketika tidak bisa dihindari datangnya perasaan bahwa pasangan bukanlah orang yang tepat, Real memastikan itu bukanlah tanda Anda telah memilih pasangan yang salah. “Itu adalah tanda bahwa Anda harus bertumbuh sebagai individu untuk mengambil tanggungjawab dari segala rasa frustasimu,” jelas Real.
Seorang psikolog bernama Martin Goodyer adalah pengarang buku bertajuk WTF Just Happened?, sebuah buku yang penting dibaca bagi orang-orang yang sedang menjalani hubungan cinta serius. Dilansir dari Askmen.com pada Selasa (1/11/2016), berikut 7 hal yang wajib Anda lakukan sebelum memutuskan untuk menikahi seseorang yang Anda anggap jodoh Anda.
Jangan takut bicara saat ada keraguan
Adalah 3 kata yang paling sering terdengar dalam sebuah pertengkaran. Namun, jika dijawab dengan tepat, maka dapat mengurangi kesalahpahaman. Baik pria maupun wanita memiliki karakteristik dasar manusia yang sama; salah satunya adalah kecenderungan untuk membuat asumsi, dan yang lain adalah hanya dapat mendengarkan satu percakapan pada suatu waktu.
Ketika digabungkan, kekacauan akan terjadi! Pasangan Anda terus-menerus memproses dan membuat asumsi tentang apa yang Anda katakan dan lakukan, serta memiliki percakapan di dalam kepala mereka sendiri tentang apa yang Anda katakan. Hal ini menyebabkan mereka kehilangan makna sesungguhnya dari apa pun yang Anda katakan, bahwa menciptakan makna baru yang sama sekali berbeda dari maksud Anda.
Daripada berasumsi dan hanya membayangkan, lebih Anda bertanya secara langsung. Yang terburuk yang bisa terjadi adalah menemukan bahwa pasangan Anda saat ini bukan orang yang tepat untuk Anda, tapi bukankah lebih baik untuk mengetahui lebih awal daripada kemudian?
Fase ‘bulan madu’ tak akan berlangsung selamanya
Di awal hubungan cinta, pria memiliki dorongan hormon estrogen yang biasanya dimiliki wanita yang membuatnya lebih perhatian dan lembut dari biasanya. Namun, sisi tersebut dari pria tidak akan bertahan selamanya. Di waktu yang sama, wanita juga akan didorong oleh hormon testosteron yang biasanya dimiliki oleh pria, dan bersikap lebih lincah dari biasanya. Sayangnya, sisi tersebut juga tidak akan bertahan.
Saat semua reaksi cinta tersebut hilang perlahan-lahan, baik pria maupun wanita akan merasa bahwa pasangannya berubah. Faktanya memang demikian. Mereka akan kembali ke pribadi sebelumnya tanpa reaksi biologis yang muncul di awal hubungan cinta. Hal ini natural dan normal, jadi Anda harus mempersiapkan diri untuk mengenal sifat pasangan yang sesungguhnya.
Anda harus bersikap jujur tentang hal-hal yang mengganggu Anda
Sebagian besar orang kesulitan untuk benar-benar mengatakan apa yang mereka inginkan dari pasangan. Mungkin Anda bisa jujur tentang pilihan makanan di restoran atau destinasi liburan yang Anda inginkan, namun dalam hal hubungan cinta, tak banyak yang benar-benar bisa berkata jelas dan jujur. Coba tanyakan secara kasual tentang apa yang pasangan Anda inginkan dari hubungan Anda dan lihat reaksinya.
Jangan takut jika ia bersikap defensif, menjawab dengan bertele-tele, balik bertanya, atau mengalihkan pertanyaan. Di kesempatan lain, jika Anda bertanya tentang apa yang mengganggunya, ia akan menjawab dengan lebih mudah. Ya, memang lebih mudah mengatakan apa yang tidak kita inginkan daripada apa yang kita inginkan.
Lebih mudah untuk mengatakan apa yang mengganggu Anda karena sifatnya lebih nyata daripada bayangan tentang hubungan yang ideal karena Anda belum pernah benar-benar mengalaminya. Saat ditanyakan, wajar saja jika pasangan juga menanyakan hal yang sama kepada Anda. Namun jika ia tidak melakukannya, Anda boleh merasa terganggu. Jika pasangan melakukan hal yang berlawanan dengan yang Anda inginkan dari hubungan Anda, Anda punya pilihan untuk bertahan dan diam atau mengakhirinya.
Nyatakan dengan jelas tentang kehidupan seperti apa yang Anda inginkan
Lokasi tempat tinggal, satu anak atau banyak anak, karier, gaya hidup, pilihannya begitu banyak. Semua adalah isu penting yang wajib dibicarakan namun lebih sering dihindari sampai benar-benar harus membuat pilihan. Keputusannya tidak harus tentang hal-hal yang besar saja. Berapa kali Anda harus mandi dalam sehari? Anjing, kucing, atau tanpa peliharaan? Makan di depan televisi atau di meja makan? Hal-hal kecil juga jadi penting jika hal tersebut membuat jarak antara Anda dan pasangan.
Semua hubungan akan memiliki masalah, namun jangan sampai hal kecil mengganjal Anda dan berubah menjadi masalah besar. Ada banyak hal yang harus Anda ketahui tentang pasangan maupun masa depan, jadi mulailah bertanya.
Jangan melakukan sesuatu tanpa persetujuan pasangan
Akan selalu ada saat-saat ketika salah satu dari Anda harus membuat keputusan atas nama Anda berdua, tetapi jadikan momen itu sebagai pengecualian daripada aturan. Jika Anda berpikir bahwa Anda berbicara mewakili pasangan tanpa persetujuannya dapat merusak sebuah hubungan.
Alasannya adalah bahwa Anda membawa pesan setiap kali Anda melakukannya; pesan tentang siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas hubungan, pesan tentang berapa banyak Anda menghargai pendapat satu sama lain, pesan tentang siapa yang menjadi prioritas, pesan tentang kepercayaan, dan pesan tentang apa artinya bagi Anda saat berada dalam hubungan yang penuh kasih sayang. Namun tanpa persetujuan pasangan, pesan apa pun yang Anda sampaikan adalah salah.
Jangan merasa Anda akan dimaafkan oleh pasangan. Saat seseorang mengalami kenyataan bahwa pasangannya membuat keputusan tanpa persetujuannya, mereka akan lebih mudah untuk melupakan hal tersebut daripada benar-benar menghadapi situasinya. Anda belum tentu benar-benar dimaafkan dan hanya menunggu waktu sebelum hubungan Anda berakhir begitu saja. Kecuali Anda menyadari kesalahan Anda dan berbuat sesuatu untuk memperbaikinya.
Tanyakan pada diri sendiri tentang apa yang Anda sukai dari pasangan
Orang sering berbicara tentang pasangan hidup mereka yang menjadi sahabat terbaik mereka. Sebenarnya itu omong kosong, Anda tidak ingin kekasih Anda untuk menjadi teman terbaik Anda. Anda ingin teman terbaik Anda yang sebenarnya untuk menjadi teman terbaik Anda – seseorang yang Anda dapat andalkan, yang tidak memiliki kepentingan pribadi dalam hubungan Anda selain untuk menjadi teman terbaik, dan siapa tahu bahwa Anda akan melakukan hal yang sama untuk mereka.
Menjalankan peran sebagai kekasih dan pasangan hidup membutuhkan keseimbangan untuk membuat hubungan Anda bahagia. (DP)