Seruni.id – “Apa yang bisa saya bantu Pak?”, tanya saya pada seorang Ayah, sebut saja Pak Rizal. Beberapa kali kami janjian untuk bertemu, tapi selalu gagal. Mungkin karena beliau tampak agak enggan menemui saya. Namun, akhirnya rencana pertemuan itu terealisasi.
Pak Rizal tertunduk agak lama. Sesekali menarik napas panjang, sebelum akhirnya memulai ceritanya.
“Saya bingung mau mulai dari mana, Bu. Tapi saya tahu istri saya sering menemui Ibu, ‘kan? Saya ingin ibu menyampaikan ke istri saya, bahwa saya sangat menyesal menikah lagi. Andai boleh memutar ulang waktu, saya ingin pernikahan kedua saya tidak terjadi”.
Lalu, bercerita-lah Pak Rizal, bahwa dulu ia memang tergoda dengan teman sekantornya, yang sering curhat pada beliau.
Teman wanita yang kini menjadi istri keduanya itu, curhat segala hal termasuk hubungannya yang kurang harmonis dengan sang suami, sehingga setelah mereka bercerai, Pak Rizal menikahinya.
“Dulu saya merasa gagah perkasa dengan membantunya, dan menikahinya. Saya merasa telah berbuat baik, karena membantu saudara, walau di rumah selalu disambut omelan istri”.
Namun, sekarang, ketika sudah pensiun, sudah sering demam dan tidak gesit lagi, Pak Rizal merasa berat harus berbagi hari antara kedua istrinya, yang letak rumahnya berjauhan.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Mempersiapkan Kehadiran Anak
[/su_box]
Belum lagi Pak Rizal, merasa kedua putri dari istri pertamanya, tidak menyayangi dan menghargainya lagi.
“Bayangkan Bu, waktu putri saya di-wisuda S2, saya tidak dikabari, karena memang harinya adalah jadwal saya di rumah istri kedua saya. Saya capek, Bu! Bahkan hingga saat ini, saya merasa asing di kedua rumah tersebut”.
Berkali-kali Pak Rizal menarik napas panjang.
“Apa yang Bapak harapkan dari saya?” tanya saya setelah suasana hening cukup lama.
“Saya ingin Ibu memberi pengertian pada istri saya, bahwa saya sangat menyesal. Saya mencintai istri dan anak-anak saya, dan ingin menikmati masa tua ini dengan damai, tanpa prasangka. Saya ingin pulang ke rumah, disambut senyuman istri, dan terutama anak-anak”.
Setelah pamit, kembali Pak Rizal berkata, “Andai waktu boleh diputar ulang, Bu. Saya capek”.
Oleh: Dewi Yulia
Dikutip dari Buku Ketika Cinta Digugat: Berbuat Dahulu, Menyesal Kemudian