Seruni.id – Kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil. Rasanya, ungkapan tersebut tergambar dari sosok Joko Kristianto, seorang driver ojol di Surakarta yang berhasil dirikan yayasan pendidikan. Yayasan tersebut dapat berdiri melalui usaha dan tekad yang kuat serta dorongan dari teman-temannya.
Keinginan Sejak Lama
Dilansir dari Okezone, keinginan dirinya untuk mendirikan yayasan sebenarnya sudah tertanam sejak lama, tepatnya pada 2006 lalu. Niatnya untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan berawal dari pengalaman pribadinya.
Sebab, saat duduk di bangku sekolah dulu, keluarganya tergolong ke dalam tingkat perekonomian yang rendah. Sehingga membuat Joko terpaksa harus berkerja terlebih dahulu demi memenuhi biaya pendidikannya.
Joko tidak ingin anak-anak sekarang mengalami hal yang sama seperti dirinya. Ia ingin anak-anak di lingkungannya bisa mengenal pendidikan karena kebanyakan anak-anak di sana, tidak bersekolah dan berprofesi sebagai pemulung, pengamen, maupun pengemis.
Beruntung, niat baik driver ojol ini dipermudah oleh pemerintah setempat. Bahkan, pemerintah pun memberikan bantuan dana upah para tenaga pengajar. Usahanya mendirikan yayasan tersebut bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, yayasan yang diberi nama Sinar Pelangi itu sempat vakum selama dua bulan karena desa setempat diterjang banjir yang mengakibatkan bangunan rusak.
Diberi Nama Sinar Pelangi
Nama Sinar Pelangi yang pertama kali dicetuskan oleh Joko itu, ternyata bermula dari kejadian unik. Dimana suatu ketika atap yayasan tersebut bocor, sehingga juan masuk ke dalam ruangan. Setelah hujan reda, dirinya melihat ada pelangi yang bersinar dari lubang atapnya yang begitu indah.
Kita semua tentu tahu, bahwa pelangi memiliki tujuh warna yang mempesona. Maka dari itu, Joko tujuh warna tersebut sebagai lambang bahwa anak didiknya di Sinar Pelangi dari latar belakang yang beragam, sehingga di yayasan tersebut tidak ada namanya perbedaan.
Untuk tenaga pengajarnya, Joko dibantu oleh teman sesama ojol. Pada awalanya, Yayasan Sinar Pelangi juga menerima sumbangan berupa buku untuk modal belajar anak-anak PAUD. Pada dasarnya, PAUD tersebut tidak dipungut biaya apa pun. Namun, atas inisiatif dari para orangtua murid, mereka mengumpulkan uang senilai Rp 5.000 sebagai iuran bulanan atau kerap disebut uang SPP.
Sebenarnya, Joko tidak ingin ada pungutan sepeser pun, karena dirinya khawatir ketika orang tua meraka sedang tidak punya uang, anak-anak jadi enggan bersekolah. Setelah mendirikan PAUD, ia mulai melebarkan sayapnya ke bidang outbond dan pariwisata.
Kegiatan tersebut diakuinya untuk menambah profit sehingga anak-anak tetap bisa belajar secara sukarela dan kegiatan yayasan juga tetap berjalan dengan baik. Seiring dengan berkembangnya taraf ekonomi di Surakarta, sayangnya PAUD ini tidak dapat beroperasi lagi karena di sana sudah dibangun PAUD negeri oleh pemerintah setempat.
Namun, ia mengaku bangga dengan adanya peningkatan ekonomi di desanya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, ia tak lagi menemukan anak-anak di bawah umur yang putus sekolah, ”Sudah mulai hilang kebiasaan negatif masyarakat yang suka nyuruh anaknya mulung, ngamen, sekarang semua anak-anak sudah mulai sekolah,” jelasnya.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Mobilnya Ditabrak Taksi Online, Olla Ramlan Terharu Karena Kejujuran Driver
Cerita Pilu Driver Ojol
[/su_box]
Saat ini Sinar Pelangi bergerak sebagai platform pariwisata dan outbond. Karena keadaan ekonomi setempat sudah mulai meningkat, Joko mengakui bisnisnya ini berjalan sesuai pangsa pasar. Dirinya berprinsip bahwa pendidikan orang tua harus tinggi, karena ia meyakini bahwa anak-anak baik lahir dari orang tua yang baik.