Seruni.id – Di tengah ramainya layanan ojek online yang semakin bersaing, pria asal Bandung ini justru memilih jalan yang berbeda sebagai penyedia jasa layanan ojek. Dia adalah Herry Prihamdani (34). Tak seperti tukang ojek pada umumnya, Herry justru tak pernah mematok tarif untuk penumpangnya. Dan dia juga hanya mengkhususkan penumpangnya hanya dari kalangan kaum adam saja.
Dibayar Seikhlasnya
Sehari-hari, Herry menunggangi kuda besi jenis maticnya itu untuk mencari penumpang. Di sepeda motornya, ia menyematkan sebuah papan kayu persegi panjang yang ditempeli kertas putih bertuliskan keterangan bahwa dirinya tidak mematok tarif dan hanya bersedia mengangkut penumpang laki-laki.
Ia menjelaskan, pilihannya menjadi tukang ojek bermula ketika dirinya memutuskan untuk pulang ke Bandung setelah lama bekerja di Jakarta. Ketika berada di Bandung, Herry sempat menjalani pekerjaan dengan membuka usaha sepatu dan berniat bekerja di beberapa perusahaan, namun sayangnya gagal karena usianya yang tak lagi muda.
Sampai akhirnya, sejak pertengahan bulan Juni lalu, Herry memutuskan untuk melakoni pekerjaannya sebagai tukang ojek. Sebelumnya, ia juga sempat mencoba melamar di sebuah perusahaan ojek online, namun gagal, karena pendaftaran telah ditutup. Tentunya, ada alasan bagi Herry melakukan pekerjaan sebagai tukang ojek khusus laki-laki dan tak mematok tarif tertentu. Sebab, ia ingin mencari rezeki dan menafkahi keluarga dengan cara yang halal dan sesuai dengan syariat Islam.
“Kita sebagai laki-laki harus menafkahi istri, itu sudah kewajiban. Akhirnya saya berpikir, kenapa misalkan kita tidak menciptakan saja yang sesuai keinginan kita. Kita bukan perusahaan yang harus ada aturan. Akhirnya saya coba bikin ini (ojek pria). Itu Allah yang berikan idenya,” kata Herry seperti yang dikutip Kumparan.
Hanya Membawa Penumpang Laki-laki
Herry juga menjelaskan, keputusannya terkait memilih penumpang pria didasarkan atas syariat yang tidak memperbolehkan laki-laki berada satu ruangan dengan perempuan.
“Akhirnya saya putuskan untuk hanya bawa penumpang ikhwan (pria). Saya juga ngelihat dulu syariatnya, sistemnya seperti apa, tujuan itu bagaimana apakah dikomersialkan atau bagaimana,” tutur dia.
Dan ternyata, ada hal lain yang membuat Herry tidak menentukan tarif kepada penumpangnya. Bermula pada suatu ketika, dia bertemu dengan anak SD yang sedang beristirahat di tepi jalan. Saat Herry menyapanya, ternyata anak tersebut telah berjalan kaki dari sekolahnya yang berada di Buah Batu ke rumahnya di Antapani karena tidak memiliki ongkos untuk naik kendaraan umum. Diketahui, anak tersebut berasal dari kalangan keluarga yang kurang mampu.
“Dari situ, saya berpikir kok enggak dibantu saja. Saat itu Allah menunjukkan jika ada beberapa orang yang butuh bantuan, sekalian saya cari nafkah. Banyak orang di jalan butuh bantuan,” kata dia.
“Kalau seikhlasnya tidak sesuai syariat agama namanya gharar. Jadi, jangan seperti membeli kucing dalam karung. Jadi, saya tanya dulu yang mau pakai tenaga saya mau ke mana. Misalkan dari Dago mau ke Buah Batu, saya bilang maaf ini budgetnya berapa biar jelas dulu,” jelas Herry.
“Kalau bilang enggak punya (budget) harus bilang dari awal. Kalau enggak punya pun tetap saya antar. Saya seperti itu supaya penumpangnya nanti ketika naik, enggak punya pikiran ‘duh harus bayar berapa ya’. Jadi, supaya penumpangnya juga tenang,” lanjut dia.
Berangkat Setiap Pagi
Setiap hari, sebagai tukang ojek, ia berangkat dari rumahnya yang terletak di Margahayu Raya pukul 07.00 WIB. Biasanya, dia mengantar barang terlebih dahulu kemudian nongkrong di Buah Batu menunggu bubaran sekolah. Menjelang siang dirinya biasa nongkrong di Masjid Salman yang berada di dekat kampus ITB lalu melanjutkan perjalanan ke Masjid Pusdai.
Dalam satu hari, penumpang yang dibawanya tidak menentu. Bahkan, dia pernah tidak mendapatkan penumpang satu pun. Akan tetapi, ia tetap percaya bahwa Allah akan memudahkan segala usahanya dalam mencari rezeki untuk menafkahi keluarga.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Cerita Pilu Driver Ojol
[/su_box]
Apa yang dilakukan Herry justru bisa menginspirasi teman-temannya. Rekannya saat ini mengikuti jejaknya usai melihat kisahnya di media sosial. Herry mengaku, dirinya tak memberikan persayaratan khusus lantaran profesinya ini atas inisiatif pribadi. Kendati demikian, rekannya itu tetap mau mengikuti apa yang dilakukan oleh Herry.