Kisah Pemilik Warung Makan Dibayar Pakai Sampah Hingga Bisa Biayai Kuliah Anaknya

Kisah Pemilik Warung Makan Dibayar Pakai Sampah Hingga Bisa Biayai Kuliah Anaknya
isisaku.com

Seruni.id – Umumnya uang menjadi alat tukar kita untuk mendapatkan sesuatu, seperti mendapatkan barang hingga makanan. Namun, berbeda dengan pasangan suami istri Sarimin (59) dan Suyatmi (45) mereka membuka warung makan sederhana yang metode pembayarannya hanya menggunakan sampah plastik. Bahkan, dari plastik tersebutlah ia bisa membiayai kuliah kedua anaknya.

Kisah Pemilik Warung Makan Dibayar Pakai Sampah Hingga Bisa Biayai Kuliah Anaknya
myradio-rock.blogspot.com

Membayar dengan Membawa Sampah Plastik

Mereka berdua menjadi salah satu dari banyak tokoh Indonesia berpengaruh. Sarimin dan sang istri dianggap menginspirasi banyak orang dengan membuat warung makan yang hanya menerima sampah plastik untuk membayar makanan.

Pembeli yang hendak makan pun minum di warung tersebut diwajibkan membayar dengan membawa sampah plastik dengan cara ditukar. Sarimin bercerita, sejak 2016 lalu ia bersama sang istri telah membuka warung yang berlokasi di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, untuk melyani para pengepul atau pemulung yang memburu sampah di area Kota Semarang.

Namun, palstik yang ditukarkan bukanlah sembarang plastik, ya. Melainkan plastik yang digunakan sebagai pengganti uang itu jenis plastik yang bisa didaur ulang.

“Sampah plastik bisa ditukarkan di warung untuk membeli makan dan minum. Jenis sampah plastiknya yang bisa didaur ulang, seperti gelas plastik dan botol bekas air mineral, tas plastik bekas, dan yang lainnya,” kata Sarimin seperti yang dikutip dari Kompas (3/11/2019).

Awalnya, inisiatif untuk pembelian makanan dengan sampah plastik ini dilakukan bersama Unit Pengelola Teknis (UPT) TPA Jatibarang untuk mengurangi beban sampah plastik yang sulit terurai. Kemudian, ia bersama istri mengelola warung tersebut hingga menjadi berkah bagi mereka, tak terkecuali bagi para pemulung yang mengais rezeki dari sampah.

“Sebelum buka waring ini, dulu tahun 2013 saya dan istri cuma pemulung. Sehari-harinya cari rongsong dan sampah buat sekolahin anak dan kebutuhan hidup. Modal juga gak punya. Lalu ketemu Pak Agus dari UPT akhirnya tercetus ide buka warung ini,” jelasnya.

Sarimin lalu menjelaskan, biasanya sampah plastik yang dibawa dari pemulung nantinya akan ditimbang, kemudian ditukarkan dengan seporsi makanan di warung sederhana miliknya itu. Lalu, para pemulung bisa menikmati menu yang ada.

Warungnya pun menyediakan berbagai ragam lauk pauk harian, seperti nasi rames, lele, mangut, tahu, tempe sambal dan lainnya. Sarimin pun tak mematok harga mahal. Maka tak heran, jika banyak pemulung yang setiap hari datang ke warungnya.

“Pemulung datang bawa sampah plastik lalu ditimbang minimal harus bawa 20 kilogram biasanya seharga 20 ribu. Kalau setiap kali mereka makan ada selisih antara hasil timbangan dengan harga makanan, sisa itu otomatis jadi tabungan mereka,” jelas Sarimin.

Mampu Biayai Kuliah Kedua Anaknya

Menurut pengakuan ayah dua anak ini, kini pelanggannya tidak hanya para pengepul sampah saja, namun juga para supir truk pengangkut sampah. Bahkan, Walikota Semarang Hendrar Prihadi pun sempat menyambangi ke warungnya saat melakukan kunjungan lantaran penasran ingin membeli makanan dengan cara yang unik.

“Pak Wali juga pernah makan di sini tapi enggak bawa plastik, bawanya uang,” kata Sarimin sambil tertawa.

Selama menekuni aktivitas tersebut, dalam sehari ia mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 100 ribu. Dari pendapatannya itu, ia mampu membiayai kuliah kedua anaknya.

“Penghasilan yang didapat sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta setiap bulannya. Buat bayar kuliah anak saya. Dua-duanya alhamdulillah bisa kuliah. Anak pertama sudah lulus dan kerja. Kalau yang kedua kuliah juga sambil bantu-bantu nyupir truk sampah,” jelas Sarimin yang memiliki dua putra ini.

Sampah plastik yang ia dapatkan dari pemulung dan juga warga itu bisa mencapai 2 ton. Setidaknya dua sampai tiga minggu sekali. Dan nantinya sampah tersebut ia kirim ke pabrik di luar kota seperti Rembang, Demak, Pati, Solo, Kudus, dan Surabaya untuk diolah kembali.

Baca Juga: Kakek Suhendri Tolak Rp 10 Miliar Demi Menyediakan Oksigen Bagi Masyarakat

Karena aktivitasnya yang menginspirasi ini Sarimin dan Suyatmi dinobatkan menjadi satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh, yang diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia’s Game Changers dari CNA. Program tersebut bercerita tentang seseorang yang dinilai dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui kerja keras dan kreativitas.