Lepas Gaji 30 Juta dan Fasilitas Mewah Demi Salat Berjamaah

ilustrasigambar

Seruni.id – Kehidupan di dunia ini tak lepas dari kehidupan di akhirat kelak. Salah satu hal yang dapat menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, selain giat berusaha, kita juga harus rajin beribadah. Ibadah wajib seperti salat lima waktu janganlah ditinggalkan, akan lebih baik salat dilakukan secara berjamaah dan tepat pada waktunya, tidak menunda-nunda.

panjimas.com

Melepaskan Pekerjaannya Demi Salat Berjamaah

Seperti kisah pria bernama Mifta ini, ia rela melepaskan pekerjaannya demi bisa salat berjamaah. Sebelumnya, dia sebagai accounting di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta. Gajinya pun sangat menggiurkan; 30 juta per bulan. Belum lagi fasilitas mewah yang ia terima berupa rumah dan kendaraan. Kehidupannya serba kecukupan dan semuanya ada.

Namun, semua itu tidak membuat Mifta merasa bahagia. Ia justru gelisah. Dia tidak bisa salat berjamaah tepat waktu karena harus mengejar laporan kerja yang mengaharuskan lembur, belum lagi jika ada meeting dan kesibukkan lainnya. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan tersebut, ia tinggalkan pekerjaan mapan itu dan beralih menjadi sales. “Asal bisa salat berjamaah,” kata Mifta.

Tiga bulan sudah Mifta tak lagi menjadi karyawan kantoran dengan kehidupan yang mapan. Ia kini lebih sering menghabiskan waktunya di luar. Bahkan, yang semula kulitnya terlihat putih dan bersih, kini mulai terlihat kecoklatan karena setiap hari harus terpapar sinar matahari dan debu jalanan. Berbeda ketika sebelum dia meninggalkan pekerjaannya, ke mana-mana selalu memakai jaket kulit, dan mobil dinas yang mewah. Kini hanya sebuah motor yang ia miliki. Tiga bulan itu pula, ia belum mendapatkan hasil apa-apa, belum satu motor pun dapat terjual.

Bertemu Seseorang

Hingga, suatu momen pun tiba. Saat itu hujan turun sangat deras, seolah mengerti kesedihan hati Mifta sore itu. Hujan yang tak kunjung reda membuat Mifta berteduh di sebuah masjid sambil menunggu adzan dan salat berjamaah. Sambil menunggu hujan reda, terlintas di pikirannya, “sampai kapan menjalani kehidupan seperti ini.” didetik-detik itu pula dia merasa sedih, karena dahulu dia tidak pernah kehujanan. Dalam keadaan hujan pun tidak, Mifta bisa sampai rumah dengan tubuh tetap bersih, tidak ada setetes air hujan yang membasahi tubuhnya.

Di saat ia merenungkan nasibnya, tak jauh darinya, ada sepasang mata yang memperhatikannya. Pria tersebut kemudian menghampiri Mifta sambil berucap salam.

“Kerja di mana, Mas?” kata pria itu setelah berucap salam.

“Saya nyales, Pak. Dulu pernah kerja di perusahaan Jepang,” Mifta menceritakan identitasnya dengan singkat.

“Di bagian apa dulu waktu di perusahaan?”

“Akuntan, Pak”

“Wah, jadi bisa mengerjakan laporan pajak juga, ya?”

“Alhamdulillah, itu dulu pekerjaan saya, Pak”

“Kebetulan kalau begitu. Saya sedang pusing karena pajak saya sedang dipermasalahkan. Bisa tidak Mas membantu merapikan laporan pajak saya?”

“Insya Allah, Pak”

Akhirnya, permintaan itu diterima Mifta dan dikerjakan dalam waktu kurang lebih satu pekan. Setelah laporannya selesai, pria itu sangat puas karena pajaknya tak lagi dipermasalahkan. Ia yang tadinya terancam denda hingga miliaran rupiah, kini tak lagi bermasalah. Sebagai imbalannya, ia memberikan fee 100 juta kepada Mifta.

Menerima imbalan sebanyak itu, Mifta tersungkur sujud syukur dan menangis. “Ya Allah… aku meninggalkan pekerjaan itu demi shalat jamaah. Aku sempat mengeluh dan hampir berburuk sangka kepadaMu, ternyata Engkau mengumpulkan gajiku selama tiga bulan dan memberikannya kepadaku sekarang,” air mata kesyukuran pun jatuh ke bumi.

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
“Usahaku Gulung Tikar Gara-gara Riba”
[/su_box]

Kebahagiaan yang hakiki memang tidak bisa dinilai dari kecukupan materi semata. Meski harta berlimpah, tapi mereka tidak tenang karena merasa kurang maksimal menunaikan ajaran Tuhannya. Kisah ini menjadi sebuah contoh, jika Allah bisa saja mengganti yang lebih baik dari apa yang kita dapatkan, asalkan kita tetap besabar di jalan-Nya. Namun, Allah tak melulu menggantikannya dengan uang yang berlimpah. Sebab, kebaikan itu bisa berupa dihindarkan dari mara bahaya, diberikan kesehatan, serta keimanan.