Rehat  

Lewat Kampanye Anti Perbudakan, Perempuan Indonesia Ini Menjadi Anggota Dewan Penasehat Gedung Putih

Satu lagi perempuan asal Indonesia yang menduduki panggung internasional. Tak tanggung-tanggung, perempuan bernama Ima Matul Maisaroh asal Desa Gondanglegi, Malang, Jawa Timur melakukan pidato di depan puluhan delegasi Konvensi Nasional Partai Demokrat yang digelar di Stadion Wells Fargo, Philadelphia, Amerika Serikat.

Seperti dikabarkan oleh Indonesian Lantern, suatu website komunitas warga Indonesia di Negeri Paman Sam, Ima adalah seorang perempuan mantan TKI yang bekerja menjadi pramuwisma di sana mulai sejak tahun 1997. Mirisnya, Ima yang waktu itu masihlah berumur 17 tahun, harus bekerja dalam keadaan tak manusiawi serta cenderung diperbudak dan tak memperoleh upah.

Selama tiga tahun, Ima harus bekerja selama sekitar lebih dari 12 jam setiap hari. Dirinya juga mengalami siksaan serta pukulan dari majikannya yang ternyata seorang Warga AS keturunan Indonesia. Sampai kemudian dirinya berupaya untuk memohon pertolongan melalui sebuah pesan yang ditulis pada kertas kecil serta diselipkan ke seorang pengasuh bayi ditempat tinggal tetangganya. Tetangga inilah yang lalu membantu Ima untuk melarikan diri serta mengantarnya ke kantor CAST (Coalition for Abolish Slavery & Trafficking).

“Saat itu saya tak bawa paspor,” papar Ima pada Indonesia Lantern. “Sejak sampai di Bandara LAX, paspor saya telah ditahan oleh majikan saya,” lanjutnya.

ima matul, yang berdiri paling tengah memakai baju biru muda. gambar via: indonesianlantern.com
ima matul, yang berdiri paling tengah memakai baju biru muda. gambar via: indonesianlantern.com

Paspor yang merupakan dokumen penting untuk Ima, berupaya didapatkan kembali lewat cara bekerjasama dengan agen intel Amerika Serikat, FBI (Federal Bureau of Investigation). Saat itu Ima berpura-pura pulang ke Indonesia dan berjumpa dengan majikannya di Bandara LAX (Los Angeles Internasional Airport).

“Saya juga dipasangi alat penyadap untuk merekam semua perbincangan.” ungkap Ima.

Singkatnya, majikannya memberikannya tiket pesawat sekali jalan ke tanah air serta berjanji akan mengirim uang upahnya, sesudah Ima tiba di Malang, Jawa Timur. Sayangnya, Ima tak menuruti skenario itu walau mendapatkan kembali paspornya serta kasusnya berhenti lantaran FBI menganggap kasus Ima tidak bisa diolah karena tak ada tuntutan dari Ima serta tak ada bukti kekerasan yang meyakinkan.

“Prosesnya cukup berbelit serta memerlukan saksi mata yang jelas. Dan tindakan kekerasan itu berlangsung di dalam tempat tinggal tanpa diketahui banyak orang,” terang Ima.

Mulai sejak melepaskan diri dari majikannya itu, hidup Ima lalu berubah serta dirinya memutuskan untuk menekuni dunia aktivisme anti perdagangan manusia serta perbudakan.
Kepercayaan itu diberikan ke pundak Ima, yang mulai sejak tahun 2012 menjadi staf CAST, sampai pada akhirnya meraih tingkat koordinator CAST. Di kemudian hari Perempuan berumur 33 tahun ini, diminta memberi anjuran serta masukan ke Presiden Obama untuk memberantas perdagangan manusia di Amerika Serikat. Alhasil Ima diangkat menjadi bagian dari 10 Anggota Dewan Penasehat Gedung Putih pada Desember tahun lalu.

Sebab, di Negeri Paman Sam itu, terdaftar 40 ribu hingga 45 ribu menjadi korban perdagangan manusia di AS tiap tahunnya. Bersama tiga rekannya, Ima Matul dipercaya mengatasi dua dari lima permasalahan utama. “Yakni, masalah pendanaan serta sosialisasi para korban perdagangan manusia,” papar Ima.

Perannya yang demikian penting pada akhirnya membuat Ima memperoleh peluang untuk pidato dalam konvensi 26 Juli yang lalu. Dalam pidato itu, Ima mengemukakan pengalamannya sebagai korban perbudakan manusia.

“Selain mengemukakan pidato tentang pengalaman saya sebagai korban perbudakan manusia, saya juga mengemukakan program-program penanggulangan perbudakan serta perdagangan manusia yang sudah dilakukan Hillary Clinton,”terang Ibu 3 anak itu.

Ima yang sudah melalang buana di Amerika Serikat sebagai aktivis sudah berjumpa dengan orang-orang penting seperti Menteri Luar Negeri John Kerry. Tetapi perempuan lulusan kelas 1 SMA Khoirudin, Gondanglegi itu mengaku ingin sekali berjumpa dengan Hillary Rodham Clinton. Alasannya lantaran Hillary merupakan pejabat tinggi di AS yang mempunyai program bantuan untuk para korban perbudakan serta perdagangan manusia.

“Dia satu-satunya petinggi AS yang punya program membantu para korban perbudakan serta perdagangan manusia, dengan menyumbang dana melalui Clinton Foundation,” pungkas Ima.

Sumber: Indonesian Lantern

Baca juga: Atlet Basket Indonesia Bertanding di Ajang FIBA 3×3 World Championship 2016