Rehat  

Lie Kian Bing, Seorang Mentor Urban Sketchers Symposium di Manchester dan Ceritanya Tentang Tusuk Sate

gambar via: Jawa Pos

Lie Kian Bing dikarenakan karya-karyanya, ia menjadi satu diantara 25 mentor pada 7th Urban Sketchers Symposium di Manchester, Inggris pada tanggal 27-30 Juli. Ia mengusung tema Capturing Atmosphere Using Dramatic Lighting and Fast Spotaneity untuk kelas simposiumnya kelak. Yang lebih mengagetkan lagi, cuma beberapa jam sesudah pendaftaran peserta dibuka, tiga kelas milik Bing terisi penuh. Ada 16 peserta dari berbagai negara di masing-masing kelas. Untuk memperoleh kelasnya ini, orang-orang yang mendaftar harus berlomba-lomba untuk lebih cepat, apalagi simposium itu akan dikunjungi oleh 500 peserta dari beragam negara.

Bing melukis sketsa di luar ruang. Ia tidak hanya memakai alat yang telah ada di Manchester. Ia justru malah membawa alat-alat sendiri dari Indonesia. Ia membawa spidol kecil, tusuk sate dari bambu, serta media latihan yang terbuat dari kardus yang dibungkus kertas amplop yang memiliki ukuran 9 x 12, 5 sentimeter. Sebelum ia pergi ke Manchester, ia sudah mencari tahu kalau tusuk sate tidak dijual di Manchester. Menurut Bing, alat-alat itu dapat menimbulkan karakter pada sketsanya.

Spidol yang ia bawa dari Indonesia itu, meskipun murah tetapi tidak luntur saat ia beri air. Selanjutnya, tusuk sate yang ia bawa itu adalah untuk memberi efek goresan. Saat ia menggoreskan spidol hitam pada selembar kertas watercolor, kemudian ia celupkan kuas pada air serta memolesnya pada pola yang telah terbentuk itu malah menjadi semburat warna biru, merah muda, serta keabu-abuan.

gambar via: Jawa Pos
gambar via: Jawa Pos

Ia juga sudah memodifikasi meja lukis dengan memakai tripod kamera. Tripod kamera itu diganti dengan papan sebagai alat lukis. Ia juga sudah memodifikasi palet serta tempat cat air dengan memakai sisa kotak makan dari plastik. Jadi, Bing dapat mengepak itu semuanya dalam koper kecil.

Event 7th International Urban Sketchers Symposium ini adalah simposium bergengsi para sketser dunia. Shari Blaukopf dari Montreal serta James Richards asal Texas ikut menyemarakkan simposium ini. Bahkan, James Richard juga sampai turut serta dalam kelas Bing. Tidak cuma itu, pada sesi lelang, ia membeli sketsa milik Bing yang diharga 90 poundsterling (kurang lebih Rp 1, 5 juta).

Bing, meskipun ia lebih memilih menjadi seniman daripada menjadi dosen, L. K. Bing sudah mempunyai pengalaman mengajar. Ia sudah menjadi kepala studio serta pembimbing tugas akhir di UK Petra, 2000-2004. Bing juga mempunyai pengalaman menjadi dosen mata kuliah expression drawing di Universitas Ciputra, 2006-2009. Sebelum ia berkiprah sampai ke Manchester, pada 1998, Bing pernah bekerja sebagai quality control lukisan potret di galeri seni Nagoya, Jepang. Pada tahun 2015, ia dipilih menjadi instruktur di acara Urban Sketchers Semarang 2015 Symposium, yang diikuti oleh 10 negara. Saat ini, Bing melebarkan sayapnya dengan mendalami seni lukis abstrak serta mural.

Sumber: Jawa Pos

Baca juga: Berkibarnya Bendera Merah Putih di New York Muslim Day Parade 2016