Ada sebuah pemandangan istimewa ketika proses perkuliahan di Universitas Waterloo, Ontario, Kanada, yang dimulai pada bulan September 2016 lalu. Di antara sekian banyak mahasiswa baru yang masuk ke sana, ada seorang bocah berumur 12 tahun yang menjadi mahasiswa termuda dalam sejarah universitas tersebut. Uniknya juga, bocah bernama Diki Suryaatmadja yang memperoleh kehormatan mendalami ilmu fisika itu berasal dari Indonesia.
“Saya merasa sangat senang, walau sedikit nervous tentang transisi budaya disini,” kata Diki dalam wawancara.
Diki mengambil jalur akselerasi sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas di Indonesia. Diki diterima di Universitas Waterloo sebagai murid kehormatan. Selain mendalami fisika, Diki juga akan mengambil kelas kimia, matematika, serta ekonomi.
Walau baru berumur 12 tahun dan mendarat di Kanada awal minggu ini, Diki mengaku telah menangkap impresi pertama mengenai “rumah barunya”.
“Orang-orang di negara ini sangat baik,” kata dia, seperti dikabarkan laman ctvnews.ca. “Mereka sangat ramah, dapat dipercaya, serta rendah hati,” sambung dia.
Selama di Kanada, Diki akan menetap di luar kampus bersama dengan keluarganya. Artinya, dia tidak akan menjadi bagian dari kehidupan asrama di perguruan tinggi itu. Pihak kampus pun menyampaikan, para pengajar akan bekerjasama untuk membantu Diki menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Terlebih lagi, hal itu menyangkut pergaulan Diki dengan mahasiswa lain yang usianya jauh di atasnya.
“Memberikan kesempatan pada bocah 12 tahun, kami rasa, membuat kami harus memberi lebih banyak panduan untuk dia,” kata Andre Jardin, dari bagian pendaftaran di kampus itu.
Sebagai contoh, kata Jardin, Diki kemungkinan akan terhubung langsung dengan penasihat pendidikannya. Selain itu, pada staf di kampus juga akan melakukan hubungan berkala dengan keluarga Diki.
“Kami hanya meyakinkan kalau integrasi sosial serta pengalaman luar biasa yang ada di depan dia akan berjalan baik, seperti siswa lain,” tutur Jardin.
Diki masuk dalam program pendidikan ini untuk masa empat tahun. Berarti, saat lulus kelak pun umur Diki bahkan belum cukup untuk mengajukan pembuatan surat izin mengemudi, di Ontario.
Diki pun mengaku telah membuat rencana mengenai apa yang akan dia raih pada jenjang perguruan tinggi ini. Salah satu gagasannya yaitu membuat sumber energi yang lebih murah serta dapat diperbarui.
“Saya ingin merubah dunia,” kata Diki. “Saya masih muda, serta saya masih mempunyai waktu yang panjang,” sambung dia.
Jardin lalu menyampaikan, pihak sekolah mengambil keputusan untuk Diki tanpa memperhatikan informasi personal, seperti usia serta jenis kelamin. Aplikasi Diki disetujui sebelum ada orang di sekolah itu menyadari umur Diki.
“Dia sudah melampaui jenjang yang fenomenal,” kata Jardin.
Diki bahkan juga meraih nilai yang lebih tinggi dari beberapa kandidat lain untuk dapat diterima di Universitas Waterloo tahun ini.
Sumber: kompas.com, GNFI
Baca juga: Para Dokter Cilik Ini Membantu Mencegah Demam Berdarah di Semarang. Hebat!