Sehat  

Amanda Manopo Idap Epilepsi, Bagaimana Gejala dan Penanganannya?

Amanda Manopo Idap Epilepsi, Bagaimana Gejala dan Penanganannya?
instagram.com/amandamanopo

Seruni.id – Aktris cantik, muda, dan berbakat, Amanda Manopo membawa kabar yang mengejutkan warganet. Saat menjadi bintang tamu dalam podcast milik Kemal Palevi, Amanda mengungkapkan bahwa dirinya mengidap epilepsi.

“Gue epilepsi, jadi gue ada epilepsi jadi kalau gua udah capek, udah capek banget, forsir itu gua tumbang,” ungkap Amanda Manopo.

Kemudian, ketika ditanya lebih lanjut terkait epilepsi, ternyata ada beberapa hal yang menyebabkan penyakit tersebut kambuh. Seperti terlalu lelah, otak yang terlalu berpikir keras, serta tidur yang kurang nyaman. Bahkan, ketika epilepsinya kambuh, ia akan mengalami kejang.

“Kepada sesuatu yang ke-trigger aja sih, biasanya capek otak kalau terlalu mikir atau enggak tidurnya ga nyaman. Jadi kadang-kadang kalau aku lebih berasa tidur, jadi tidur tuh kayak kejang,” jelasnya.

Kondisi tersebut rupanya pernah dialami oleh Amanda saat berada di lokasi syuting. Namun, karena ia merupakan seorang publik figur, tentu mengharuskan dirinya untuk bisa profesional. Sehingga, ia mencoba untuk lebih bisa mengontrolnya.

“Di lokasi sempet lagi dialog-dialog tiba-tiba langsung lewat aja. Tapi mungkin karena aku udah dewasa aku coba untuk kontrol segala macem dan akhirnya ya udah biasa aja. Karena itu semua kan tergantung dari pikiran,” pungkas Amanda Manopo.

 

Apa itu Epilepsi?

Amanda Manopo Idap Epilepsi, Bagaimana Gejala dan Penanganannya?
ugm.ac.id

Mungkin tidak semua orang paham dan mengerti terkait epilepsi seperti yang dialami oleh Amanda Manopo. Lantas, sebenarnya apa sih epilepsi itu?

Epilepsi sendiri merupakan kejang berulang pada sebagian atau seluruh tubuh akibat gangguan pola listrik di otak. Penyakit ini memang tidak menular dan dapat terkontrol dengan pengobatan yang rutin dan tepat.

Seseorang dinyatakan menderita epilepsi jika mereka pernah mengalami kejang lebih dari satu kali tanpa pemicu yang jelas. Kondisi ini juga bisa diderita oleh semua kelompok usia. Akan tetapi, biasanya dimulai saat masih kanak-kanak atau berusia lebih dari 60 tahun.

 

Gejala Epilepsi

Adapun gejala utama epilepsi adalah kejang. Namun, kejang pada penderita biasanya terbagi menjadi dua. Kejang total dan parsial. Gejala yang menyertai kejang juga dapat bervariasi sesuai tipenya.

Beberapa orang mungkin akan kehilangan kesadaran tanpa kejang yang terlihat. Mereka bisa terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu atau merasa bingung.

Biasanya, sebelum serangan epilepsi, seseorang juga bisa merasakan sensasi aneh, seperti bau atau rasa yang tidak biasa. Ini disebut sebagai “aura”. Selain itu, selama serangan epilepsi, seseorang mungkin mengalami perubahan emosi atau pikiran yang tidak biasa.

 

Penyebab Epilepsi

Sementara itu, belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab epilepsi. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga dapat memengaruhi pola aktivitas listrik otak, yaitu cedera kepala, meningitis, dan celebral palsy.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang epilepsi, yaitu riwayat epilepsi pada keluarga (faktor genetik), stroke, dan demensia.

 

Pengobatan dan Pencegahan Epilepsi

Namun sayangnya, epilepsi tidak dapat disembuhkan. Meski begitu, biasanya dokter akan memberikan obat antikejang, seperti asam valproate, lamotrigine, topiramate, untuk mengurangi frekuensi kejang. Akan tetapi, jika obat tersebut tidak cukup efektif untuk meminimalisir kejang, dokter dapat merekomendasikan operasi.

Penderita gangguan kesehatan tertentu dapat menurunkan risiko terkena epilepsi dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga, dan tidak merokok. Sementara pada ibu hamil, rutin memeriksakan kandungan bisa mengurangi risiko terjadinya epilepsi pada bayi setelah dilahirkan.

Baca Juga: 7 Kiat Menjaga Kesehatan di Tengah Polusi Udara yang Semakin Mengkhawatirkan