SERINGKALI kita mendengar kalimat ayo move on dari masa lalu yang suram. adalah ungkapan yang selalu melekat di otak ketika putus cinta. Melupakan mantan dan membuka kehidupan baru yang lebih baik. Lalu kenapa ini begitu sulit untuk dilakukan oleh sebagian orang?
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris, 40 persen wanita masih percaya jika mantannya masih mencintainya dan 33 persen percaya jika kekasihnya masih memiliki perasaan sayang pada mantannya.
Dengan mempunyai perasaan yang berlebihan pada mantan tentu menghambat upaya Anda untuk move on. Untuk menghindari hal itu, ada lima alasan yang perlu Anda tahu tentang mengapa seorang mantan begitu melekat di hati, seperti yang ditulis Dailymail.
Yang pertama, Anda percaya jika mantan adalah orang terbaik yang pernah Anda temui
Perlu diketahui, bahwa ternyata alasan menjadikan seseorang sebagai pasangan adalah karena kita yakin ia merupakan orang yang terbaik. Namun ketika putus, prinsip ini tak lagi berlaku. Saat sang mantan telah memiliki pasangan baru, Anda hanya akan menyesali diri. Dan selalu menyalahkan keadaan mengapa bukan Anda yang ada di sampingnya tapi orang lain.
Kemudian, mantan adalah orang yang membuat kita patah hati
Selannjutnya, rasa sedih akibat putus cinta tentunya akan membekas di hati. Apalagi jika Anda yang diputuskan oleh kekasih. Kondisi ini akan membuat Anda semakin teringat dengan mantan dan mendendam di hati.
Anda juga terkadang merasa bahwa mantan adalah cinta sejati
Nah, saat Anda kehilangan seseorang yang dicintai bukan berarti Anda akan kehilangan cinta sejati. Orang yang sulit untuk move on adalah orang yang selalu meyakini jika mantannya adalah cinta sejati yang harus dipertahankan.
Lalu bagaimana tips untuk menghilangkan kegalauan masa lampau? Anda harus menjadi pribadi produktif, dalam karya tentunya. Caranya bagaimana? Simak tips ini.
Jadilah pribadi produktif dalam karya
Untuk meraih kesuksesan dan move on dari masa lalu yang suram, Anda harus mampu mempertahankan produktivitas diri dan kebahagiaan jiwa. Karena jika Anda tidak bahagia, produktifitas akan sulit bertahan. Meski banyak orang menolak mengakuinya, rasa malas merupakan kontributor nomor satu untuk kehilangan produktivitas saat bekerja. Pastikan Anda fokus bekerja hanya di kantor dan tidak melakukan kegiatan tak penting saat sedang bekerja. Selesaikan semua pekerjaan di tempat kerja dan tidak membawanya ke rumah. Bekerja secara efektif dan efisien bisa membuat Anda terhindar dari rasa malas.
Anda harus move on dan segera menemukan passion Anda. Bekerja sesuai dengan bakat dan minat Anda akan lebih bermakna daripada bekerja hanya karena Anda membutuhkan uang untuk hidup. Banyak orang yang bergaji besar namun merasa tidak bahagia karena bidang yang ditekuninya bukanlah apa yang dia sukai atau gemari. Oleh karena itu, Anda perlu menemukan apa hal yang paling Anda minati lalu fokuslah untuk membangun karir di bidang tersebut.
Jika saat ini Anda juga sedang menempuh pendidikan formal, Anda perlu untuk fokus pada perkembangannya. Pendidikan adalah salah satu hal penting yang diperlukan seseorang untuk menjadi sukses, meskipun bukan yang utama. Jika Anda membiarkannya berantakan begitu saja, berarti Anda sudah membiarkan satu hal dalam hidup gagal begitu saja.
Selain itu, berada di sekeliling orang-orang yang menyenangkan dapat mengalirkan energi positif bagi Anda. Bersenang-senang bersama keluarga dan teman-teman dekat bisa melepas stres sekaligus mendatangkan ide-ide segar untuk pekerjaan ataupun karya yang sedang Anda rencanakan.
Meski Anda tengah move on dan fokus berkarya, seberapa sibuk pun Anda dalam mempertahankan kreativitas, menyediakan waktu untuk bersantai sendirian itu tetaplah penting. Terkadang, pikiran bisa jadi lebih ringan hanya dengan mandi busa dengan aromatherapy saja, lho. Jadi, jangan lupa untuk selalu menjadwalkan acara bersantai dengan diri sendiri.
Satu lagi, ketika seseorang melakukan sesuatu yang disukainya secara rutin, maka secara tidak langsung dia sudah melepaskan energi negatif yang ada di dalam tubuhnya. Nah, ini nantinya akan berefek baik pada kebahagiaan jiwa, dan tentunya produktifitas karya. (DP)