Seruni.id – “Hai, nama saya Laila, sebelumnya adalah Laticia. Saya berasal dari Meksiko, Ibu dan Ayah saya dari Meksiko. Saya dibesarkan di sebuah kota kecil di California, Santa Barbara. Saya sudah lama di sana, seumur hidup saya. Keluarga saya adalah penganut Katholik, sudah turun-temurun menjadi penganut Katholik,” jelas Laila mengenalkan dirinya di awal perbincangan.
“Namun, di usia 13 tahun, saya tinggalkan gereja Katholik. Saya hanya tak mengerti saat itu. Saya datang ke biarawati dan berkata padanya, “Saya tidak mau melakukan pengakuan dosa pada imam,” Mereka berkata, “Jangan lancang kamu!”,”
“Saya juga mendatangi imam dan bertanya, “Mengapa biarawati tidak boleh menikah? Mengapa kamu tidak boleh menikah? Bukan kah itu alamiah?” Dan mereka berkata, “Kamu sudah lancang!” Saya melakukan itu semua,”
“Ibu menempatkan saya di depan gereja, dan saya langsung pergi ke belakang. Saya pun memulai untuk mencoba beberapa denominasi (Kristen lainnya). Saya pernah mengikuti Pantekosta, saya terlahir kembali sebagai seorang Kristiani. Pernah juga menjadi saksi-saksi Yehuwa dan Kristen Saintis. Saya berpindah-pindah, mencari,”
Baca Juga: Alquran Memberiku Hidayah, “Saya Sangat Bangga dengan Hijab Saya”
“Di usia 13 tahun, saya mencari sesuatu yang hilang dalam hidup. Dan di usia 17 tahun, saya kuliah di Universitas San Fransisco, dan di sana saya bertemu dengan seorang wanita Amerika dengan scarf (jilbab)-nya. Saya bertanya, “Kamu baik-baik saja?” Dia menjawab, “Ya,” Saya kembali bertanya, “Kamu menderita kanker?” Dia menjawab, “Tidak, mengapa kamu mengatakan demikian?”,”
“Dan saya berkata, “Scarf yang kamu pakai untuk menutupi kepalamu yang botak?” Dia menjawab kembali, “Bukan karena itu, saya adalah seorang Muslimah,” Ketika dia berkata Muslim, saya kemudian (terheran). Dia balik bertanya, “Mengapa kamu mengatakan itu?” Saya menjawab, “Saya tahu tentang Islam,” Dia kembali bertanya, “Apa yang kamu ketahui?”,”
Baca Juga: “Kenapa Ayah Izinkan Saya Masuk Islam?”
“Dan saya menjawab, “Saya melihat mereka menyiksa diri mereka sendiri, kemudian keluar darah. Dan dia menjelaskan, “Tidak, itu bukanlah Islam. Kemudian dia memberikan buku dan kaset untuk saya. Saya pun kaget. Saya tak pernah menyadari betapa indahnya agama ini,”
“Suatu waktu saat di kampus, saya datang terlambat. Saat itu saya sedang bersepeda, sekitar pukul setengah delapan pagi dan masih gelap. Saya mengayuh sepeda dan saat itu berpikir tentang Islam. Saya juga memikirkan agama-agama lainnya. Saya bertanya-tanya, apakah saya melakukan sesuatu yang benar?”
Baca Juga: Amira Ann Lee: Kenapa Saya Memilih Islam?
“Sebab saat itu saya sudah siap untuk pindah (agama). Saya pun mengayuh sepeda dengan cepat, dan tiba-tiba muncul suara yang keras. Tapi saya tidak ingat suara apa itu, saya hanya mendengar ada suara yang keras, dan saya pun berhenti,”
“Saya melihat sekeliling, dan tidak ada siapapun. Saat itu masih benar-benar sepi. Saya menyaksikan cone pembatas jalan berjatuhan ke sebuah lubang yang besar. Saya harus berhenti saat itu juga. Saya tahu bahwa Tuhan sedang berkata pada saya, “Jika engkau tidak masuk Islam, sesuatu hal akan menimpa dirimu. Dan itu bukanlah hal yang baik,” Saya hanya bisa berhenti, dan pada momen itu saya kemudian sadar,”
Baca Juga: “Saya Menjadi Lebih Tenang Setelah Masuk Islam”
“Saya pun mendatangi teman Amerika saya, Meriam, dan berkata padanya, “Saya ingin menjadi seorang Muslim,” Dan dia berkata, “Baca dulu, baca lebih banyak lagi tentang Islam,” Saya pun membaca surah Maryam, dan saya kemudian menyadari bahwa jika seorang wanita seperti dirinya mendapatkan kedudukan yang begitu tinggi dalam Islam, maka saya ingin menjadi bagian darinya,”
“Saya menyaksikan bahwa Islam telah membuat saya menjadi manusia yang lebih baik. Memberikan saya lebih banyak kesabaran. Saya menjadi lebih simpatik. Lebih banyak empati pada orang lain. Jika seseorang mau meminjam uang saya, saya pun memberikannya. Saya akan pinjamkan dia, tapi saya memberikannya sebagai hadiah, saya tidak berharap dia mengembalikannya, walaupun saya tidak mengatakan itu secara langsung padanya, sebab itu adalah tanggung jawabnya,”
Baca Juga: “Ayah, Saya Sudah Pindah Agama (Menjadi Seorang Muslim)”
“Saya tidak akan pernah melakukan hal ini 30 tahun yang lalu, “Saya ingin uang saya kembali, mana uang saya?” (Laila mencontohkan sosoknya yang terdahulu seperti apa). Tapi itu semua sudah berlalu. Menjadi materialistis tidak penting lagi,”
“Saya tidak khawatir setelah menjadi seorang Muslim, sebab saya telah mempelajarinya sebelumnya. Saya pernah mengikuti begitu banyak agama, dan saya melihat semua itu sebagai lubang yang tidak sempurna. Dan ketika saya memeluk Islam, setelah saya mempelajarinya, saya membaca dan banyak bertanya. Siapapun yang menjawab pertanyaan saya sangat-sangat membantu,”
Baca Juga: Joram van Klaveren, Politisi dari Partai Anti-Islam, Memutuskan Masuk Islam
“Satu hal yang saya khawatirkan adalah apakah kedua orangtua saya akan menerima, atau tidak. Saya sedang bersujud, dan tiba-tiba Ayah saya masuk serta berkata sambil berteriak, “Apa yang kamu lakukan? Berhenti mencium lantai!” Sungguh tak mudah saat orangtuamu berteriak padamu. Itu sungguh sulit, sebab mereka adalah orangtuamu. Mereka yang membesarkanmu. Mereka merasa seolah-olah sudah ada yang sudah melakukan kesalahan pada saya, karena saya memilih jalan yang berbeda,”
Baca Juga: Arnoud van Doorn, Penghujat Islam yang Memutuskan Menjadi Mualaf
“Namun, ketika mereka melihat sendiri saya menjadi manusia yang lebih baik, mereka pun mengerti, dan menyukainya. Mereka bahkan ingin mengetahui tentangnya (Islam). Itulah hal yang paling menggembirakan bagi saya. Ibu saya bahkan meminta Alquran terjemahan bahasa Spanyol. Ibu saya juga ingin salat ketika saya (salat), dia ingin duduk di sana, dan menyaksikan saya yang sedang salat. Dia mengatakan pada saya bahwa itu sungguh menenangkan dan indah. Dan saat saya memutarkan suara Adzan, dia mengatakan jika dia merinding,”
Lantas, apa yang ingin Laila katakan pada seseorang yang sudah mengetahui kebenaran tentang Islam, tapi belum mau memeluk agamanya (Islam)?
“Bayangkan kamu memiliki sebuah kesempatan di mana sejak hari pertama tidak ada dosa sama sekali dalam hati nuranimu. Dan kamu datang dengan jiwa yang sudah bersih. Karena Allah telah menjamin semuanya akan diampuni. Ini adalah kesempatan bagimu untuk memulai dan memiliki tujuan dalam hidup,” tutup Laila.
https://youtu.be/zK_zrt9XEfE