Sehat  

Seorang Wanita Kehilangan Rahim Karena Endometrisosis, Apa itu?

Seorang Wanita Kehilangan Rahim Karena Endometrisosis, Apa itu?
parapuan.co

Seruni.id – Nasib pilu menimpa seorang wanita bernama Yuta Dama. Di usia 30 tahun, ia harus kehilangan rahimnya. Hal ini terjadi lantaran ia menderita endometriosis. Kondisi tersebut, umumnya memicu pasien mengalami perdarahan hebat dan sangat berdampak pada kuliatas hidup seseorang.

Seorang Wanita Kehilangan Rahim Karena Endometrisosis, Apa itu?
emc.id

Ia membagikan kisah pilu tersebut melalui TikToknya @yutanama. Pengangkatan rahim menjadi jalan terakhir yang dipilih. Apalagi, dokter telah mengatakan, meski endometrisois telah diangkat, bukan tidak mungkin kondisi tersebut kembali muncul.

“Keputusan terakhir menjadi pilihan tersulit, namun insha Allah ini terbaik. Aku menyerah dengan endometriosis adenomyoma. Karena (aku juga) anemia, jadi wajib transfusi (saat operasi), empat kantong darah,” cerita Yuta.

Yuta harus melalui proses yang cukup panjang sebelum rahimnya benar-benar diangkat. Beberapa kali ia harus keluar masuk ruangan hanya untuk melakukan transfusi darah lantaran dirinya mengidap anemia. Di tengah kondisi tersebut, bahkan Yuta sempat berpikir jika dirinya tidak akan selamat.

Sebelum rahimnya diangkat, Yuta bercerita, bahwa dirinya sangat sulit memiliki momongan. Terlebih dia juga pernah daua kali keguguran karena kondisi endometrisosis tersebut. Segala macam program hamil pun tak kunjung membuahkan hasil.

Sebenarnya, apa itu endometriosis itu, dan bagaimana gejalanya? Simak ulasannya berikut ini.

 

Apa itu Endometriosis?

Endomestriosis adalah kondisi dimana endometrum tumbuh pada bagian luar dinding rahim. Kondisi ini, memungkinkan endometrium tumbuh pada indung telur (ovarium), lapisan dalam perut (peritoneum), usus, vagina, atau saluran kemih. Endometrium adalah jaringan yang melapisi dinding rahim. Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang telah dibuahi. Jika sel telur tidak dibuahi, maka endometrium akan luruh, kemudian keluar dari dalam tubuh sebagai darah menstruasi.

Pada kondisi tersebut, jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim juga ikut menebal, tetapi tidak dapat luruh dan keluar dari tubuh. Karena hal tersebut, biasanya akan menyebabkan iritasi atau peradangan pada jaringan di sekitar endometrium. Endometriosis ditandai dengan keluhan nyeri, terutama pada siklus menstruasi. Endometriosis juga dapat menyebabkan nyeri panggul dalam jangka panjang (kronis) hingga kemandulan.

 

Penyebab dan Gejala Endometriosis

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa yang menjadi faktor terjadinya endometriosis. Namun, diduga kuat, kondisi ini terjadi lantaran adanya gangguan pada aliran darah menstruasi, perubahan sel-sel jaringan lain menjadi sel endometrium, serta perpindahan sel endometrium melalui getah bening.

Ada sejumlah gejala yang bisanya akan muncul. Seperti nyeri atau kram hebat di bagian bawah perut atau panggul (dismenore), nyeri saat berhubungan seksual, volume darah yang banyak ketika menstruasi hingga diare.

 

Bagaimana Pengobatan dan Cara Mencegahnya?

Kondisi endometriosis bisa diatasi dengan cara mengonsumsi obat-obatan untuk meredakan nyeri, melakukan terapi hormon untuk menghambat pertummbuhan jaringan. Namun, jika kondisi tidak membaik, maka langkah yang harus dilakukan adalah melakukan operasi.

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Jadi, untuk menghindari risiko terjadinya endometriosis, kamu bisa melakukan olahraga secara rutin, menjaga berat badan agar tetap ideal, dan mengurangi konsumsi minuman berkafein atau beralkohol.

Baca Juga: Ciri-ciri Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal, Seperti Apa?

Demikianlah pengertian endometriosis serta cara mencegahnya yang perlu kita ketahui. Selalu perhatikan gaya hidupmu, ya. Dan pastikan untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi serta lakukan olahraga secara rutin.