Banyak yang bilang, cinta adalah pisau bermata dua. Dia bisa membuat kamu mabuk kepayang, bahkan saking mabuk kepayangnya kamu bahkan lupa hal-hal yang penting termasuk keselamatanmu. Kamu nggak sadar bahwa kamu sebenarnya terjebak dalam hubungan yang tidak sehat dimana keselamatanmu tengah dipertaruhkan. Ternyata kamu selama ini menjadi korban kekerasan dalam hubungan. Di tahun 2014, Komisi Nasional Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menerima sekitar 800 laporan kekeraan terhadap perempuan dalam wilayah pribadi, 59 persen di antaranya terjadi dalam perkawinan, 21 persen dalam hubungan pacaran dan 20 persen terhadap anak-anak. Sisanya adalah kekerasan oleh mantan pacar , mantan suami dan terhadap pembantu rumah tangga. Bahkan dikatakan angka ini belum mewakili sebagian besar kasus kekerasan yang dialami wanita di Indonesia.
Masih banyak wanita Indonesia yang telah mengalami kekerasan dalam hubungan namun enggan melapor kepada pihak berwajib karena takut. Selain takut, mereka sendiri bahkan tidak sadar telah menjadl korban kekerasan. Padahal penting untuk wanita melapor kepada pihak berwajib jika ia merasa dirinya adalah korban kekerasan. Maka dari itu, wanita harus mengetahui tanda-tanda bahwa dirinya adalah korban kekerasan dalam hubungan. Apa saja tandanya?
Suka merendahkan
Mengkritik memang boleh dilakukan siapa saja, bahkan oleh pasangan kamu sekalipun. Bahkan kritik sangat diperlukan demi memperbaiki diri atau pasangan supaya hubungan kalian menjadi lebih baik. Tapi coba kamu perhatikan apakah pasanganmu mengkritik kamu masih dalam konteks yang membangun kamu untuk menjadi pribadi yang lebih baik, atau ternyata dia hanya mengkritikmu hanya untuk menghancurkan rasa percaya dirimu saja? Jika kamu merasa kritikan darinya bukannya membangun kepercayaan dirimu sehingga kamu bisa menjadi lebih baik tetapi hanya menurunkan rasa percaya diri maka dia sudah melakukan kekerasan secara non verbal yang menyiksa psikologimu. Kamu akan dibuat insecure hingga merasa kamu nggak bisa keluar dari hubungan tak sehat ini karena nggak ada pria lain yang mau menerimamu yang serba kurang ini selain pasanganmu sekarang.
Meremehkan
Walaupun kamu sedang menjalani hubungan, nggak selamanya kamu harus mengikuti pendapatnya. Kamu juga punya hak untuk berpendapat, memilih, menolak bahkan membuat keputusan untuk dirimu dan hubungan yang kamu jalani dengannya. Seiring waktu, kamu menyadari pasangan mulai meremehkan hakmu. Dia menjadi lebih dominan. Setiap keputusan yang harusnya didiskusikan denganmu justru ia buat sendiri. Semua pendapat yang kamu lontarkan hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri alias dia menolaknya secara mentah-mentah. Pasangan juga meremehkan kata tidak yang kamu berikan dan mementingkan pilihannya sendiri meski nggak sesuai dengan apa yang kamu mau. Jika dia sudah meremehkan hakmu, maka hak terakhir yang kamu miliki adalah meninggalkannya karena itu lah gunakan hak ini sebaik-baiknya.
Stalking fisik dan digital
Memang, dalam suatu hubungan kamu wajib bertukar kabar dengan pasangan. Hal ini dilakukan supaya dia nggak khawatir denganmu. Tetapi kalau hal itu belum cukup dan pasangan menjadi lebih agresif hingga stalking kamu hal ini namanya sudah nggak benar. Dia seperti nggak puas bahkan nggak percaya dengan kabar yang kamu berikan. Bahkan dia nggak segan-segan menguntit kamu secara fisik dengan mengunjungi tempat-tempat yang biasa kamu kunjungi secara diam-diam. Nggak sampai di situ, dia juga suka nge-stalk kegiatanmu di media sosial, karena nggak bisa dipungkiri wanita zaman sekarang selalu meng-update kegiatannya di media sosial. Hal ini menambah mudahnya akses pasangan untuk memantau bahkan mengintai mereka.
Nggak puas dengan menguntit, pasangan diam-diam memeriksa handphone dan email pribadimu!
Jika pasangan belum juga puas sudah berkali-kali dikabari hingga ia menguntit kemanapun kamu pergi, sasaran berikutnya adalah alat-alat komunikasi milikmu yakni handphone dan email. Dia akan mengecek handphone dan emailmu untuk mencari apakah ada hal lain yang mungkin saja kamu sembunyikan darinya. Ketika pasangan sudah mulai memeriksa alat-alat komunikasi tanpa persetujuanmu, ini artinya dia sudah melanggar hak privasi kamu, dan melanggar hak privasi adalah sebuah tindakan kekerasan yang bahkan ada hukumannya.
Emosinya jadi meledak-ledak
Kamu mengenal pasangan sebagai pria yang lembut dan emosinya nggak mudah terpancing. Hal itulah yang menjadikan kamu yakin untuk menjalani hubungan dengan dirinya. Namun itu hanya di awal-awal hubungan saja. Seiring waktu ia berubah menjadi sosok yang emosinya mudah meledak-ledak. Bahkan hal-hal kecil yang sepele bisa membuat emosinya meledak. Hati-hati, jika ia sudah tidak bisa mengendalikan emosinya maka sebaiknya kamu segera mengakhiri hubunganmu. Mengapa? Karena nggak lama lagi emosinya akan menguasai dirinya hingga pasangan tak segan-segan untuk menyakitimu dengan cara non verbal seperti meremehkan dan merendahkan bahkan dengan cara verbal yakni menyiksa fisikmu supaya kamu jera dan mengikuti kemauan pasangan.
Cemburu yang ekstrem
Cemburu timbul ketika pasangan merasa insecure. Ia menganggap ada pria lain di luar sana yang siap merebutmu darinya jika ia lengah sedikit pun. Awalnya kamu berfikir bahwa cemburu-cemburu ini adalah hal yang wajar bahkan hal yang so sweet karena ia mencoba untuk menunjukan rasa sayangnya padamu. Apalagi cemburu memang dikatakan sebagai salah satu bukti cinta yang ditunjukan oleh pasangan. Namun jika hal-hal sepele saja bikin dia cemburu, atau bahkan dia cemburu dengan orang yang nggak sepantasnya dicemburui maka kamu harus waspada. Bisa-bisa cemburu yang kamu kira so sweet itu telah menjelma menjadi cemburu ekstrem hingga menjadi posesif.
Menuduh yang bukan-bukan
Insecure nggak hanya menjelma menjadi rasa cemburu, tetapi juga membuat pasangan memandang kamu penuh dengan kesalahan. Dia jadi suka menuduhmu yang bukan-bukan, seperti jika kamu tidak membalas pesannya dengan cepat, pasangan akan menuduhmu sedang asyik berselingkuh dengan pria lain. Bahkan yang lebih anehnya adalah ketika kamu tertawa karena hal lain, dia merasa kamu menertawainya dan menuduh kamu telah merendah-rendahkannya padahal tidak. Di matanya kamu akan selalu saja salah, padahal kamu merasa kamu sudah berusaha keras untuk menuruti keinginnya namun ia selalu saja menuduh kamu terus menerus.
Memisahkan kamu dengan orang-orang terdekatmu
Posesif itu mengerikan, posesif bahkan nggak ada kait-kaitannya dengan cara menunjukan rasa sayangnya padamu. Ketika seseorang dibutakan oleh rasa posesif, ia akan melakukan hal-hal gila untuk membuat kamu menjadi miliknya seseorang. Baginya semua orang akan merebut kamu dari sisinya. Pasangan bahkan nggak segan untuk memisahkan kamu dari orang-orang terdekat seperti teman-teman dan keluarga. Ingat, ia merasa siapa saja bisa merebutmu darinya bahkan orang-orang terdekatmu sekalipun. Intinya, dia hanya ingin kamu jadi miliknya sepenuhnya dan kamu nggak boleh dibagi dengan orang lain selain dirinya.
Memaksa berhubungan seks tanpa alat pengaman
Wanita Indonesia begitu menghargai keperawanan mereka. Mereka percaya bahwa hanya dengan suami mereka nanti keperawanan akan mereka berikan. Saking berharganya, keperawanan seorang wanita dijadikan sebuah senjata untuk pria yang ingin memilikinya sepenuhnya. Tanda krusial pria melakukan kekerasan dalam hubungan adalah memaksa wanita untuk berhubungan seks tanpa alat pengaman sebagai manifestasi bahwa mereka memiliki wanita tersebut sepenuhnya. Mereka nggak segan-segan mengancam, “kamu harus mau berhubungan tanpa pengaman atau aku akan sebar ke semua orang kalau kamu udah nggak perawan”.
Bahkan di dalam sebuah hubungan rumah tangga, suami nggak boleh begitu saja menolak keputusan istri ketika ia ingin berhubungan seks dengan alat pengaman. Melakukan seks dengan alat pengaman dimaksud untuk mencegah bertambahnya anak karena dirasa telah cukup memiliki anak juga mencegah penularan penyakit kelamin. Namun ketika suami menolak untuk berhubungan seks tanpa kondom bahkan cenderung memaksa, hal ini sudah masuk ke dalam Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Nggak cukup menyakiti secara non-verbal, pasangan mulai berani melakukan kekerasan fisik
Ketika pasangan merasa nggak cukup merendahkanmu dengan cibiran pedas atau kamu masih saja salah di matanya, maka cara terakhir adalah menyakiti fisik kamu. Awalnya ia hanya kelepasan mengangkat tangannya untuk menyakitimu, bahkan sampai sujud-sujud minta maaf karena dia mengaku khilaf. Namun ia kembali melakukan kekerasan fisik ketika kamu berbuat salah, kemudian dia kembali menciumi kakimu supaya kamu tidak meninggalkannya. Ketahuilah, pola ini akan terus berulang tanpa ujung dan kamu hanya dapat kerugiannya saja yakni kekerasan secara verbal dan non-verbal.
Banyak wanita yang sudah tahu dirinya adalah korban kekerasan dalam hubungan namun masih saja menolak untuk pergi. Alasannya bermacam, ia telah memberikan keperawanannya bahkan ada yang menganggap wajar untuk pasangannya berbuat kekerasan karena menurutnya masih dalam batas yang wajar. Tidak ada kata “batas yang wajar” dalam sebuah kekerasan. Apapun bentuknya, kekerasan tetap lah kekerasan dan perlu untuk dihentikan.
Pahitnya, belum ada dasar hukum yang melindungi wanita ketika ia menjadi korban kekerasan dalam hubungan khususnya sebatas pacaran. Menurut Ratna Batara Munti selaku Direktur Lembaga Bantuan Hukum-Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK), petugas penegak hukum enggan memproses kasus-kasus Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) dan seringkali menyimpulkan bahwa kekerasan seksual atau pemerkosaan adalah tindakan seskual yang konseksual atau tidak lazim. Belum lagi pengadilan yang menyuruh untuk menemukan barang bukti atau dua keterangan saksi untuk mendukung proses hukum yang dijalani. Sebelum mimpi buruk ini berlanjut pada kamu, segeralah putuskan hubungan yang nggak sehat ini!(AH)