4 Hal yang Harus Dihindari Wanita dalam Hubungan Cinta dengan Suami

IDEALNYA, sebagai istri Anda pasti rela melakukan apa pun demi suami tercinta. Tapi, jika ingin pernikahan Anda sehat, sebaiknya jangan pernah lakukan ini hanya demi menggapai rasa cinta. Kadangkala, cara menempatkan cinta yang salah malah bisa membahayakan suami dan Anda sendiri. Dilansir Seruni dari Family Shares, Selasa (20/12/2016) berikut adalah empat hal yang sebaiknya dihindari wanita dalam mengekspresikan cintanya untuk suami.

 

1. Membereskan masalah suami

pasanganMasalah suami adalah masalah istri juga. Namun demikian, di sisi lain, terlalu aktif terlibat dalam menyelesaikan masalah suami juga bukan langkah yang tepat. Bisa jadi, tindakan suami karena terpengaruh faktor teman atau keluarga besarnya. Kesalahannya adalah karena tanggung jawabnya juga. Peran pasangan untuk memberi saran dan support, akan tetapi biarkan ia sendiri yang menanggung konsekuensi dari kesalahannya itu.

2. Ikut campur dalam masalah dengan keluarga besar suami

Sudah mengenal orang tua pasangan sebelum melamar
Sudah mengenal orang tua pasangan sebelum melamar

Harus diakui, keluarga besar bisa mempengaruhi bahtera pernikahan. Dalam pernikahan, berlaku ungkapan segala masalah harus dihadapi bersama. Akan tetapi, menyangkut keluarga besar pasangan, ada aturan tidak tertulis yang harus diikuti. Ketika suami berkonflik dengan keluarga besar, maka sebagai pasangan tugas kita adalah menciptakan rumah sebagai tempat yang nyaman untuk suami. Bukannya kita malah ikut-ikutan menyalahkan suami dan membela keluarga besarnya.

3. Tak memberi peran dalam urusan domestik

ia yang biasanya tidak suka memasak, tiba-tiba jadi mau belajar masak, dan memberikan makanan pada pasangan yang ia masak sendiri. gambar via: Pedava
ia yang biasanya tidak suka memasak, tiba-tiba jadi mau belajar masak, dan memberikan makanan pada pasangan yang ia masak sendiri. gambar via: Pedava

Pembagian peran antara suami istri tidak hanya stereotype suami untuk peran publik dan istri untuk peran domestik. Seharusnya, baik untuk urusan publik maupun domestik, masing-masing punya andil sesuai kapasitasnya. Membebas-tugaskan suami sama sekali dari peran domestik bukanlah cara untuk menunjukkan cinta Anda pada suami. Biarkan ia memilih peran dan tanggung jawab dalam urusan rumah, yang bisa ia lakukan secara konsisten. Selain meringankan beban Anda, suami juga akan lebih siap jika sewaktu-waktu Anda ada urusan keluar kota sendiri.

4. Membiarkan kebiasaan buruknya

Gambar via: deadspin.com
Gambar via: deadspin.com

Kita memang tidak bisa mengubah pasangan. Ketika mencintai, itu berarti harus bisa menerima dirinya apa adanya. Akan tetapi, bagaimana jika suami “terjebak” perilaku negatif? Ketika suami membuat keputusan besar tanpa melibatkan istri, itu artinya ia sudah menyalahgunakan kekuasaan. Sebagai pasangan, Anda juga harus besikap tegas, membuatnya keluar dari kebiasaan buruk.

Nah, bila Anda berniat menyampaikan kepada pasangan, cari tahu lebih dulu bagaimana cara menyampaikan keberatan tanpa membuatnya tersinggung. Selain itu, jangan berharap si dia akan langsung berubah begitu Anda minta. Perubahan tentu membutuhkan waktu.

Seringkali kita tidak percaya, mengapa seseorang bisa melakukan sesuatu yang buruk, atau jorok. Namun tahukah Anda, bahwa seseorang tersebut mungkin tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya sudah mengganggu orang lain? Dan, sadarkah Anda bahwa raut muka kesal atau kemarahan Anda hanya akan membuatnya bingung? Daripada memasang tampang judes atau mendiamkannya, lebih baik ajak si dia duduk bersama di suatu tempat yang nyaman, saat hatinya sedang senang, lalu sampaikan bahwa apa yang dilakukannya menimbulkan masalah (sebutkan apa akibatnya). Pria tidak bisa membaca pikiran Anda. Katakan saja dengan jelas apa keinginan Anda.

Katakan bahwa Anda akan menghentikan salah satu kebiasaan buruk Anda, jika ia juga menyetop kebiasaan jeleknya. Misalnya, dokter sudah meminta suami untuk berhenti merokok, namun ia masih saja merokok. Tawarkan: Anda tak akan mengonsumsi jeroan lagi jika suami juga bersedia mematuhi anjuran dokter. Menawarkan semacam barter atau kompromi seperti ini menjadi cara yang positif untuk menghindari konfrontasi dan membuang beberapa kebiasaan yang tidak perlu.

Tanyakan apa yang akan dirasakan pasangan jika kebiasaannya itu dilakukan orang lain. Ia mungkin tidak menyadari seperti apa rasanya menjadi pihak yang melihat atau merasakan akibatnya. Contohnya, Anda pergi beramai-ramai dengan teman, dan semuanya kelaparan. Begitu sampai di restoran, si dia langsung masuk ke dalam dan memesan makanan untuk dia sendiri. Ia juga langsung makan tanpa mempedulikan Anda yang masih menunggu teman-teman lain yang belum datang. Sikap seperti ini sama sekali tidak mengutamakan kebersamaan. Jadi, tanyakan apa yang dirasakan si dia jika dia ditinggalkan dalam keadaan perut keroncongan sementara Anda asyik menikmati makanan Anda sendiri.

Saat berbicara dengan pasangan mengenai kebiasaannya tersebut, katakan bahwa Anda akan memberikan sesuatu yang ia inginkan (misalnya pijatan saat pulang dari kantor) setiap kali ia berusaha menghentikan kebiasaannya yang mengganggu. Pastikan bahwa ia melakukan perubahan tersebut bukan karena terpaksa, tetapi karena memahami apa pengaruh baiknya.

Anda perlu membiasakan diri untuk saling berdialog (bukan berdiskusi yang tujuannya mencari benar-salah, lho) dengan pasangan. Pasangan perlu tahu apa yang Anda rasakan akibat perilakunya. Sebaliknya, buka juga diri Anda jika si dia juga melontarkan berbagai keberatannya mengenai kebiasaan buruk Anda. (DP)