Seruni.id – Di Indonesia, seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, bahkan oleh sesama orang dewasa sekalipun. Tak heran jika saat anak mulai tertarik dengan lawan jenis, banyak orangtua yang cenderung was-was, dan lupa bahwa peran mereka justru sangat dibutuhkan.
Ketika kamu mendengar anak memuji lawan jenis, atau mulai tertarik dengan lawan jenis, pasti ada kekhawatiran tentang anak yang terpapar oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan usianya. Namun, sebenarnya kapan sih seorang anak mulai tertarik dengan lawan jenis? Dan, bagaimana kita harus menyikapinya?
Ketahui dulu penyebabnya:
Tingkah anak yang genit saat berada dekat dengan lawan jenisnya merupakan salah satu bukti jika anak sudah berkembang pesat. Artinya, ia sudah bisa membedakan mana yang laki-laki dan mana yang perempuan.
Awal dari perkembangan ini biasanya terjadi saat ia memasuki usia 2 tahun, di mana anak akan mulai merasa familiar dengan tubuhnya. Sebagai sebuah proses pembelajaran, anak akan mulai penasaran dan tertarik dengan tubuh orang lain, baik sesama anak-anak, pun orang dewasa. Pada saat ini juga, anak-anak akan menyadari bahwa terdapat perbedaan antara tubuh perempuan, laki-laki, anak-anak, dan dewasa.
Baca Juga: Cara Mengatasi Anak Pemalu, Agar Bisa Akrab Saat Kumpul Keluarga
Memasuki usia 3 tahun, anak telah mampu membedakan dengan jelas mana laki-laki dan mana perempuan. Di usianya ini juga anak akan mampu mengidentifikasi orang-orang yang ada di televisi, foto, dan boneka. Apakah yang dilihatnya adalah seorang perempuan atau laki-laki. Hal tersebut mampu ia jelaskan dengan baik pada orang dewasa.
Dan, di usia 6 hingga 10 tahun, biasanya anak memiliki banyak pertanyaan dan rasa ingin tahu yang besar terkait kehamilan, proses melahirkan, dan peran gender. Kemudian, memasuki usia pra-pubertas, yakni sekitar 10 hingga 12 tahun, anak mulai tertarik dengan lawan jenis. Saat anak mulai suka dengan lawan jenis, bagaimana idealnya respon orangtua?
Tenang
Anak mulai lebih banyak bersosialisasi dengan orang dari berbagai latar belakang ketika sekolah. Saat di taman kanak-kanak, ada beberapa cerita ketika anak memanggil teman lawan jenisnya sebagai “pacar”. Begitupun saat anak usia SD mulai terlihat berseri ketika membicarakan tentang teman lawan jenisnya.
Baca Juga: 6 Cara Mengatasi Anak yang Suka Jajan Berlebihan
Biasanya, orangtua langsung khawatir ketika mendengar anak usia lima tahun berbicara tentang pacar. Namun, sebenarnya ibu tak perlu khawatir, karena arti “pacar” bagi anak tidak sama dengan persepsi orang dewasa. Para ahli sepakat bahwa respon yang tepat ketika anak mulai tertarik dengan lawan jenis dan orangtua menemui situasi seperti ini adalah dengan tetap bersikap netral.
Ibu tak perlu mengekspresikan kekhawatiran atau ketakutan dalam bentuk ucapan atau gestur sekalipun. Tenang dan beritahu anak secara perlahan, agar ke depannya ia tak salah berkembang.
Jadi Teman Bicara
Masa pubertas adalah saat ketika lingkungan dan media mulai memengaruhi pikiran dan perilaku anak. Bahkan, ada kalanya anak lebih memercayai informasi dari orang lain dibandingkan dengan informasi yang orangtua berikan. Pada saat inilah kita perlu berusaha untuk mendapat kepercayaannya.
Dengan begitu, kita bisa menjadi sumber informasi yang paling anak percayai. Ketika anak tahu bahwa ibu bisa diandalkan, anak tak lagi mencari informasi dari luar, contoh: dari teman sekolah, yang bisa jadi malah memberi informasi yang kurang tepat terkait rasa penasarannya, saat anak mulai tertarik dengan lawan jenis.
Pertimbangkan Perspektif Anak
Setiap manusia memiliki perspektif masing-masing sesuai usianya. Agar kita bisa menjadi teman curhat yang diandalkan anak, penting untuk selalu mencoba memahami perspektif dari sudut pandangnya. Jadi, sebaiknya tidak reaktif atau justru memarahinya, saat anak mulai tertarik dengan lawan jenis, ya.
Kita hanya perlu menyadari bahwa ada dinamika sosial berbeda yang dialami mereka di sekolah. Pemikirannya pun berbeda dengan kita yang sudah dewasa pada umumnya. Jadi, alih-alih menutup pintu diskusi dengan berkata, “Kamu itu masih kecil, sudah ikuti saja!”, ada baiknya kita tenang, agar bisa mendengar dan memahami apa yang ingin anak sampaikan tentang hal-hal yang mereka alami.
Dengan begitu, tak akan ada jarak antara orangtua dan anak. Kita juga bisa mencegah munculnya perilaku yang kurang baik pada anak. Kesiapan mental ibu dalam menghadapi tantangan hubungan dengan anak selama masa pra-pubertas dan pubertas adalah bekal terpenting, agar hubungan orangtua dan anak tetap harmonis. Karena, hubungan yang sehat tentunya akan menjadi pondasi bagi kesehatan mental buah hati kita.
Jadi, tidak perlu bingung lagi ya jika anak mulai tertarik dengan lawan jenis!