HARI ini , Sabtu (12/11/2016) sejumlah kelompok masyarakat memperingati hari ayah, dengan berbagai pola dan kekhasannya masing-masing. Kompleksnya ragam masalah anak, dewasa ini peran ayah sangat dibutuhkan agar tumbuh kembang anak optimal.
Apalagi, sejumlah penelitian melaporkan, munculnya beragam masalah anak sebagai pelaku menyimpang, diantaranya dipengaruhi oleh fatherless (ketiadaan) peran dan figur seorang ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun secara psikis.
Adanya masalah kecemasan, perilaku menyimpang, rendah diri, rasa malu, rendah kontrol diri, dari sejumlah laporan riset, dipengaruhi oleh rendahnya peran ayah dalam pengasuhan. Untuk itu, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto berbagi tips bagi ayah agar anak Anda tumbuh dengan hebat. Simak tipsnya berikut ini.
1) Luangkan waktu untuk anak, sesibuk apapun.
Anda ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak, tapi Anda merasa memiliki segudang urusan yang harus segera diselesaikan dan butuh waktu untuk menyendiri. Ingatlah, bahwa salah satu aspek terpenting daalm mengasuh anak agar tumbuh bahagia adalah dengan menghabiskan waktu bersama mereka dan ketika Anda bisa melakukannya, usahakan untuk benar-benar bersama mereka.
Apa maksudnya? Artinya kita harus fokus pada diri mereka dan kebutuhan mereka, melakukan hal yang mereka ingin lakukan dan tidak melulu harus berupa sesuatu yang termudah atau pilihan yang enak buat Anda. Artinya Anda menyesuaikan dengan level mereka serta mengalir dalam energy mereka. Jika anak Anda tampak sangat membutuhkan perhatian Anda, hentikan sejenak kegiatan Anda. Sisihkan waktu khusus, setidaknya lima menit, bersama mereka untuk melakukan sesuatu yang mereka nikmati
2) Berikan keteladan positif.
Karena perkembangan anak tak lepas dari proses belajar sosial dari seorang ayah dan bunda. Untuk membentuk karakter anak yang baik, orang tua harus mendidiknya dengan baik pula. Pendidikan yang baik bagi anak harus mampu membentuk karakter sehingga tumbuh dalam kehidupan. Dengan demikian, orang tua hendaknya benar-benar memperhatikan tumbuh-kembang anak sehingga internalisasi nilai-nilai yang diajarkan benar-beanr merasuk.
Oleh anak, ayah diidolakan sebagai sosok yang tangguh, kuat, dan dianggap seperti super hero. Ayah dipandang sebagai seorang jagoan yang hebat dan mampu melindungi keluarga. Dengan demikian, asumsi anak tentang ayah tersebut seolah menjadi universal. Namun demikian, apabila seorang ayah tidak mencerminkan asumsi anaknya, dia bisa dijauhi anak.
Namun, seorang ayah juga harus memiliki cinta dan kasih sayang yang besar kepada anak yang menjadi porsi terbesar cara anak menilai ayahnya. Ayah harus memiliki keyakinan, cara apa pun yang digunakan, walau salah, keliru, bingung, tidak tepat, namun saat dilakukan dengan kasih sayang, bisa berbuah kebaikan, wangi, dan, ranum. Kasih sayang merupakan motivasi bagi anak untuk menumbuhkan cinta yang sama terhadap orang lain. Ungkapan kasih sayang ayah kepada anak tertuang dalam berbagai tindakan seperti pelukan.
3) Menjadi penyemangat dan pendukung, agar anak selalu melakukan hal positif.
Apresiasikan potensi yang dimiliki anak, sejatinya setiap anak memiliki potensinya masing-masing baik dalam akademik, seni, olahraga dan lain-lain. Dengan membantu mengapresiasi potensi yang dimiliki anak, anak akan berfikir untuk mendalami kemampuannya, sehingga cara berfikirnya akan lebih terarah kepada hal yang positif yang akan membuatnya lebih maju dengan kemampuan yang dimilikinya, daripada ia harus menghabiskan waktunya dengan sia-sia.
Jangan biarkan anak memilih jalannya sendiri, arahkan setiap keinginanya kepada hal yang lebih baik. Jadilah tempat curhat terbaik bagi anak dengan menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi anak, ketika anak merasa tidak ada teman yang cocok dengannya maka jadilah teman yang baik bagi anak, ketika anak merasa sedih karena temannya jadilah sahabat yang menegarkannya dan lebih dari pada itu jadilah orang tua yang pengetian dan teladan yang baik bagi anak. Dengan begitu anak akan merasa senang dan tenang ketika ia diarahkan dan anak akan selalu meminta arahan dan solusi kepada orang tuanya.
4) Apresiasi bila anak berhasil melakukan hal positif, jelaskan bila ada kesalahan pada anak.
Saat anak melakukan kesalahan, seringkali orang tua panik. Dan kepanikan ini lantas disertai dengan teriakan, omelan beserta kritikan yang bahkan nggak juga kelar disaat itu saja. Tapi juga berlanjut dihari-hari setelahnya. Ampuuuuun deh! Rasanya ingin meresleting mulut untuk tetap diam saat kejadian ini terjadi. Karena sesungguhnya ini bukanlah tindakan yang efektif apabila keinginan orang tua adalah ingin si anak berhenti melakukan hal yang tidak disukainya tersebut. Info lebih lanjut, silahkan baca artikel tentang emosi-strategi dan bicara kasar.
Namun sebaliknya. Jika si anak melakukan hal-hal baik yang disukai orang tua, orang tua lantas diam saja. Tidak memberikan respon apa-apa. Karena berpikir bahwa hal-hal baik tersebut memang sepantasnya dilakukan sehari-hari oleh anak. Jadi melakukan hal baik tidaklah istimewa. Apalagi kalau hal baik yang dilakukan dianggap hal kecil seperti membereskan mainan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya. Kemudian hal ini dianggap wajar saja dilakukan sehari-hari seharusnya tanpa harus disuruh oleh orang tua.
5) Jadilah pendengar yang baik dan bijaksana.
Jadilah figur yang bijaksana dalam menyelesaikan masalah, karena hal demikian akan jadi “sekolah pertama” bagi anak dalam membangun relasi sosial dengan sebayanya.
6) Hindari perilaku kekerasan dalam pengasuhan.
Sudah selayaknya memberikan tempat yang nyaman dan aman bagi pertumbuhan secara fisik dan mental seorang anak yang sedang tubuh dan berkembang. Hal ini bukan hanya tanggung jawab sebuah keluarga bahkan juga masyarakat, pemerintah dan negara. Hak-hak perlindungan anak dijamin dalam sebuah undang-undang.
Kendati tidak mudah menjadi orangtua, namun siapkan diri kita sejak membentuk sebuah keluarga baru dan menyadari bahwa tugas kewajiban dan tanggung jawab selaku orangtua adalah mengasuh, memelihara dan mendidik serta melindungi anak . Mendorong kemampuan perkembangan bakat dan kemampuan anak. Ada tiga hal penting dalam memenuhi kebutuhan dasar anak selama masa perkembangan tersebut, yakni Asuh, Asih dan Asah.
7) Libatkan anak dalam mengambil keputusan sesuai tahap perkembangannya.
Hanny Muchtar Darta dari EI Parenting Consultant mengemukakan, sebagai orangtua kita harus memberikan kesempatan anak untuk turut mengambil keputusan termasuk dalam hal pemilihan menu makanan.
Anak yang berusia 5 hingga 12 tahun bisa diajak berdialog, bisa ditanya diskusi, misalnya bertanya minggu depan kita akan makan apa atau liburan kemana. Jadi biarkan anak memilih diantara pilihan yang ada tentunya pilihan yang baik.
Jika kebiasaan ini dipupuk, saat anak berusia 9 hingga 10 tahun, ia bisa menawarkan diri apa maunya tanpa orangtua harus memberikan pilihan. “Anak akan bisa bilang ma, ingin makan roti keju dan daging. Anak mempunyai inisiatif sendiri,” ungkapnya.
8) Hindari game/ mainan dan tontonan yang tidak aman bagi anak.
Game atau mainan perlu diseleksioleh ayah. Salah satunya agar anak mudah mengerti adalah dengan cara, pantau dan jelaskan agar anak memiliki kemampuan memilih mainan dan tontonan positif. (DP)