Seruni.id – Banyak orang tua yang mencari jalan pintas untuk menghadapi anak-anaknya, dengan mencaci maki dan tak sadar melukai hati mereka. Padahal, hal yang perlu orang tua sadari adalah terus mencari tahu penyebab anak tidak bisa diam.
Bukan menyalahkan dan memaksanya diam, tapi mengulik hal apa yang ada di balik perilakunya tersebut. Ada delapan jenis kecerdasan yang harus kita tahu, yakni:
- Linguistik (bahasa),
- Matematika,
- Visual spasial,
- Musik,
- Interpersonal,
- Intrapersonal, Kinestetik, dan
- Naturalis.
Jika anak sangat pintar menggunakan kemampuan motoriknya, contoh untuk mereka yang mahir menari, bermain sepak bola, pun berenang, maka sang anak memiliki kecerdasan kinestetik, yakni seorang dengan kecerdasan dalam melakukan gerakan tubuh dan anggota badan.
Namun, jika buah hati kalian senang melompat, berlari, berjoged, naik sepeda, dan lain sebagainya, mungkin kecerdasan kinestetiknya bagus, hingga perlu distimulasi agar berkembang lebih maksimal.
Banyak ciri lain yang kerap ditunjukkan anak yang memiliki kecerdasan kinestetik baik. Misalnya, dengan menyukai permainan yang melibatkan fisik, memiliki koordinasi mata dan tangan yang baik, lebih mudah belajar dengan praktik, pandai menggunakan bahasa tubuh, dan sebagainya.
Sebaliknya, jika kecerdasan kinestetik anak biasa-biasa saja, biasanya mereka lebih suka dengan aktivitas yang tidak melibatkan terlalu banyak gerakan tubuh. Namun, bukan berarti kita membiarkan begitu saja, kita justru perlu membantu merangsang anak untuk lebih banyak bergerak.
Karena di dalam bergerak anak bisa mempelajari dan meningkatkan kemampuannya. Cara mudah melihatnya adalah dengan memerhatikan aktivitas anak yang tidak bisa diam, senang berlarian, melompat-lompat, naik-naik ke kursi, selalu menggerakkan tangan atau kakinya ketika duduk, berjoged, dan sebagainya.
Biasanya, anak yang cerdas kinestetik butuh penyaluran energi gerak yang lebih tinggi dibandingkan anak lain yang biasa-biasa saja. Jika lebih diperhatikan, biasanya anak cerdas kinestetik tidak memiliki masalah dengan kemampuan menjumput, menempel, menggunting, menulis, menaiki tangga.
Baca Juga: 7 Cara Mengenali Bakat Anak Sejak Dini
Karena semuanya tumbuh sesuai dengan tahapan perkembangannya, bahkan tak jarang lebih cepat. Di dalam kelas, biasanya anak yang cerdas kinestetik tidak mau diam terlalu lama, karena pasti ada saja gerakan yang ia buat, seperti berdiri, menggoyang-goyangkan kepala, hingga berjalan-jalan di dalam kelas.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of Eastern, Finlandia pun menemukan, banyak siswa yang aktif pada kegiatan kinestetik, seperti atletik, ternyata memiliki kemampuan membaca dan matematika lebih baik. Dua kemampuan ini adalah kemampuan dasar akademik yang nantinya akan mendukung mereka untuk mencapai nilai akademik secara maksimal di mata pelajaran yang lain.
Selain itu, aktif bergerak juga membuat anak tumbuh lebih sehat. Karena, bergerak akan meningkatkan kinerja berbagai organ tubuh yang akan melancarkan sistem peredaran darah dan metabolisme tubuh.
Ketika anak berlari dengan waktu tertentu, detak jantungnya pasti akan meningkat, sehingga membuat jantung menjadi lebih kuat, peredaran darah lebih lancar, dan suplai sari makanan ke berbagai area tubuh pun semakin baik.
Tubuh juga akan terasa lebih bugar dan fit. Karena saat energi akan terkuras, anak butuh nutrisi untuk kebutuhan tubuhnya demi mengembalikan energi yang terkuras tadi. Dengan begitu, pertumbuhan anak pun akan berlangsung lebih optimal. Jadi, tak perlu khawatir apalagi marah, jika anak tak bisa diam dan selalu berlarian ke sana kemari. Karena, hal itu justru menjadi tanda anak punya kecerdasan kinestetik yang tinggi.
Selain menghindari sikap reaktif, kamu perlu berhati-hati ketika menganalisis apa yang terjadi pada anak hiperaktif, dengan mencari tahu penyebab anak tidak bisa diam. Kamu juga tak boleh langsung mengecap perilaku mereka sebagai sebuah kelainan, sebelum berdiskusi dengan dokter anak dan ahli psikologi anak. Namun, apakah memiliki sikap hiperaktif adalah hal yang wajar?
Bisa jadi iya. Sebab, anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memang memiliki banyak energi, jadi wajar kalau dia menjadi sangat aktif. Namun, yang perlu kamu perhatikan adalah apakah perilaku hiperaktif yang ia lakukan sudah sampai menimbulkan masalah di sekolah dan di rumah. Di titik ini, kamu perlu mengetahui hal yang mungkin menjadi penyebab anak tidak bisa diam. Seperti:
Pengaruh Penyakit Fisik
Masalah dalam fungsi fisik anak, tentunya bisa memengaruhi mood dan keaktifannya, seperti demam atau sakit gigi yang membuatnya lesu dan kurang bersemangat. Nah, dalam kasus ini, hiperaktif bisa jadi merupakan gejala dari penyakit lain seperti hipertiroidisme dan kelainan telinga bagian dalam.
Hipertiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Penyakit ini memang jarang menjangkit anak-anak. Namun, ketika mengidap hipertiroidisme, anak yang semula tak terlalu aktif bisa berubah menjadi hiperaktif. Selain itu, dia juga menjadi lebih sering merasa cemas.
Sementara anak yang memiliki kelainan pada telinga bagian dalam, juga menjadi lebih aktif. Gangguan pendengaran dan pusat keseimbangan tubuh bisa memicu anak untuk terus bergerak. Jadi, salah satu penyebab anak tidak bisa diam adalah pengaruh penyakit fisik.
ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan pada kinerja otak anak, yang menjadi penyebab anak tidak bisa diam dan hiperaktif. Kerja otak anak yang mengidap ADHD bisa dianalogikan seperti kendaraan di lampu merah.
Otak pengidap ADHD sedikit lebih lambat ketika ingin memulai berjalan saat lampu hijau. Ia juga kesulitan untuk berhenti saat lampu berubah menjadi merah. Inilah sebabnya anak yang mengidap ADHD kesulitan untuk fokus pada satu hal di waktu yang relatif lama, sangat aktif, dan impulsif.
Gejala ini bisa bervariasi pada rentang usia yang berbeda-beda. Misalnya, anak usia balita yang mengidap ADHD mungkin lebih ceroboh dan sering terjatuh. Sementara, anak usia SD gejalanya adalah tak bisa duduk diam di kursi untuk mengikuti pelajaran hingga selesai. Meski hiperaktif merupakan gejala dari ADHD, bukan berarti semua anak yang hiperaktif pasti mengidap ADHD.
Pengaruh Zat Aditif Makanan
Riset menunjukkan bahwa zat aditif makanan bisa memicu pengidap ADHD lebih hiperaktif. Zat aditif makanan ini antara lain seperti pewarna, pemanis, dan pengawet buatan. Meski begitu, persentase anak yang menjadi lebih hiperaktif setelah mengonsumsi makanan dengan zat aditif sangatlah kecil. Terlepas dari hal ini, mengurangi konsumsi zat aditif tetap merupakan hal yang baik, karena zat aditif tetap bisa menjadi penyebab anak tidak bisa diam dan timbulnya penyakit jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
Lantas, bagaimana cara menghadapi anak yang tidak bisa diam?
Setelah mengetahui penyebab anak tidak bisa diam, orang tua juga perlu belajar untuk menghadapi tingkah mereka saat sedang tidak bisa diam, antara lain:
- Belajar mengendalikan emosi.
- Perhatikan perilaku anak dan catat perubahan yang terjadi.
- Bicara pada guru untuk mengetahui perilaku Si Kecil di sekolah.
- Berdiskusi dengan orangtua lain yang juga memiliki anak hiperaktif.
- Bertanya dan memastikan kondisi Si Kecil pada dokter anak lebih dulu untuk mengetahui kemungkinan anak terkena hipertiroidisme atau gangguan telinga bagian dalam.
- Berdiskusi dengan psikolog anak untuk mendiagnosis kemungkinan ADHD pada anak.
- Meski repot dan melelahkan, ibu dan ayah tetap harus bersabar dan tak boleh memarahi Si Kecil jika ia tidak bisa diam. Hindari bersikap reaktif dan pupuk kebiasaan untuk mencari tahu penyebab sikap menjengkelkan Si Kecil.
Jadi, mulai sekarang jangan langsung memaki dan menanam luka di hati dan ingatan anak kita ya, Bu.